Chereads / Terjebak Dalam Dendam / Chapter 9 - Pekerjaan Baru

Chapter 9 - Pekerjaan Baru

"Karena anak-anak dan para orang tua sangat menyukai kamu, aku terpaksa memberikan kamu kesempatan lagi. Namun jika kamu mengulanginya, aku tidak akan memaafkan kamu!" ucap wanita tersebut kemudian pergi meninggalkan Afifah. Wanita berhijab itu segera berjalan memasuki ruangan di mana siswanya sudah menunggu. Kehadiran afifah membuat para siswa berteriak karena senang. Wanita berhijab itu adalah guru idola di tempatnya bekerja. Sikapnya yang ceria membuat para siswa sangat menyukainya. Dia pun memulai aktivitasnya menjadi guru tk di sekolah tersebut.

***

"Paman, apakah dia seorang pembunuh?" Niko bertanya kepada Bobot melalui telepon.

"Ha?" pria paruh baya yang tidak memiliki rambut tak mengerti arti dari pertanyaan yang diajukan oleh Niko kepadanya.

"Apakah paman tahu, dia hampir saja membunuhku," ucap Niko.

"Hahaha...." satria paruh baya itu justru tertawa terbahak-bahak. Niko tidak mengerti alasannya.

"Kamu pasti berusaha menyentuhnya bukan?" tanya Bobot. Pemuda tampan itu mengerutkan keningnya.

"Kenapa paman bisa tahu?" tanyanya.

"Dasar pria mata keranjang, Itulah sebenarnya alasan mengapa aku tak ingin kamu memiliki hubungan dengannya karena aku tahu inilah yang akan terjadi. Kamu pikir dia sama dengan wanita yang selama ini kamu temui. Dia itu wanita berbeda. Dia itu wanita berharga. Tidak akan mudah bagi kamu untuk mendapatkannya." jawab Bobot dengan penuh percaya diri.

"Oya, kamu harus tahu dia juga memiliki ilmu beladiri yang cukup baik. Cara dia menjatuhkan kamu cukup menjadi bukti bukan. Sudah! Tuan memanggilku. Aku pergi dulu!" ucapnya kemudian. Pria itu kemudian pergi begitu saja memutuskan panggilan telpon membuat Niko menjadi emosi.

"Dasar laki-laki botak tak tahu diri. Berani sekali dia memutuskan telepon begitu saja. Ini memang kebiasaan buruknya. Lain kali harus aku yang mematikan ponsel terlebih dahulu." dia berkata kepada dirinya sendiri. Pemuda tampan itu marah karena sikap Bobot yang selalu memutuskan telfon terlebih dahulu sementara masih ada yang ingin dikatakan oleh dirinya.

Tetapi kemudian dia mulai berfikir tentang ucapan yang disampaikan oleh Bobot. Bukan wanita biasa, dia wanita mulia dan berharga. Semua itu terus menjadi bahasa di telinganya. Semua itu terus menjadi bahasa yang tak bisa diungkapkan nya. Rasa penasaran di dalam hatinya semakin bertambah besar terhadap wanita tersebut.

***

Wanita itu baru saja terbangun dari tidurnya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Setelah menunaikan salat subuh wanita itu kembali tidur. Dalam keadaan mengantuk dia meraih ponsel yang terletak di atas meja lalu menekan tombol berwarna hijau lalu tanpa melihat siapa yang menghubunginya dia meletakkan ponsel di telinganya.

"Hallo," ucapnya sembari memejamkan mata. Mata itu terasa berat karena itu sulit untuk membukanya. Namun tiba-tiba kedua mata itu terbuka lebar. Rasa kantuk yang menguasai dirinya terbang entah kemana. Afifah berdiri tegak mencoba mengumpulkan semua konsentrasi nya. Dia mempertajam indra pendengarannya.

"Apakah benar?" tanyanya kemudian. Setelah meyakinkan diri sendiri dan memastikan bahwa pendengarannya tidak salah wanita itu mulai melompat bahagia. Dia menari ke sana kemari dia berjalan berputar-putar merayakan kabar bahagia yang baru saja diterimanya. Akhirnya wanita itu diterima bekerja menjadi seorang pengasuh di sebuah rumah pengusaha kaya raya. Akhirnya dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang sangat besar. Bahkan gaji itu jauh lebih besar dibandingkan dengan gajinya menjadi seorang guru tk.

Afifah merasa sangat bersyukur karena akhirnya dia mendapatkan pekerjaan lain selain sopir pribadi. Biarkan meninggalkan pekerjaan itu demi pekerjaan barunya. Dia bisa menghindari orang-orang yang ingin berbuat buruk kepadanya. Dia bisa menghindari pemandangan pemandangan yang tidak pantas dilihatnya.

***

Afifah sudah tiba di sebuah rumah yang begitu besar. Untuk pertama kalinya dia menginjakkan kaki di rumah yang lebih cepat disebut istana. Setelah mencoba berkelana mencoba mencari pekerjaan di berbagai tempat akhirnya diapun menemukan tempat terbaik untuk dirinya. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam gedung hijau tersebut tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam rumah mewah itu karena rumah itu adalah milik keluarga paling kaya di kota mereka. Menjadi pelayan rumah tersebut setara dengan menjadi kepala sekolah umum di luar rumah itu. Gaji tukang kebun di rumah tersebut 10 kali lipat lebih besar dari gaji tukang kebun di luar rumah itu.

Banyak orang yang berlomba-lomba untuk bisa bekerja di sana. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk bisa bekerja di rumah itu meski hanya sebagai seorang pelayan saja karena disana adalah tempat uang berada. Dengan bekerja di rumah keluarga kaya raya itu seseorang bisa membeli semua yang diinginkannya.

Disanalah wanita itu berada. Tatapannya menunjukkan kekaguman berdiri di depan gedung besar tersebut memandang gedung yang tinggi itu. Dia terpana, berharap bahwa dirinya akan mengalami hidup yang baik ketika berada di sana. Menggunakan pakaian seragam yang diberikan oleh keluarga besar itu membuat penampilannya begitu resmi. Pakaian jas berwarna hijau sangat serasi dengan jilbab berwarna hijau muda. Dia berjalan memasuki rumah besar tersebut.

Para karyawan baru berkumpul di sebuah ruangan. Mereka sedang mengikuti meeting di pagi hari. Ada lebih dari 10 orang karyawan baru yang akan diterima di rumah itu. Sebagian dari mereka bekerja sebagai pelayan rumah sebagian dari mereka bekerja sebagai tukang kebun dan sebagian dari mereka bekerja sebagai petugas keamanan juga Afifah yang akan bekerja sebagai pengasuh anak pemilik gedung besar itu.

"Selamat pagi semuanya! Perkenalkan saya adalah Erik, saya bekerja sebagai kepala keamanan di rumah ini. Semua pekerjaan kalian berada di bawah naungan saya. Semua yang kalian lakukan akan saya awasi!" ucap pria itu memperkenalkan dirinya sendiri. Dia memberikan pengarahan beberapa peraturan yang harus dipenuhi ketika berada di rumah besar tersebut. Afifah mendengarkan pengarahan itu dengan seksama.

Disaat mereka sedang mendengarkan pengarahan tiba-tiba seorang pria memasuki ruangan tersebut. Kehadiran pria itu membuat Erik sedikit terganggu. Tatapan semua orang tertuju kepada pemuda tampan yang baru memasuki ruangan tersebut.

"Hei, kenapa kamu masih berdiri di sana. Segera masuk. Sudah terlambat, justru tidak merasa bersalah sedikitpun!" Erick mengingatkan pria itu.

Niko merasa heran mendapatkan peringatan dari pria tersebut. Pemuda tampan itu menunjuk dirinya sendiri. Sepertinya dia bukan termasuk golongan karyawan di rumah besar itu.

"Dengan pak Niko?" seorang pria menghampiri pemuda tampan tersebut sambil bertanya. Niko mengangguk membenarkan nya. Erick menjadi salah tingkah karena dia salah mengenali orang. Ternyata yang masuk ke dalam ruangan itu adalah seorang profesional dibidang IT. Dia diminta secara khusus oleh gedung hijau untuk menjadi pengawas tehnologi di gedung tersebut.

Niko hendak meninggalkan ruangan tetapi dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Pemuda tampan itu mengalihkan pandangan menatap Afifah.

"Kamu?" tanyanya kepada Afifah yang sudah menyembunyikan wajahnya.