Pemuda tampan itu mengerti alasan mengapa dia di sana tetapi pria paruh baya itu tak mengerti bahwa sebenarnya putranya memiliki satu alasan yang lain. Namun biarlah alasan itu bersembunyi di dalam hatinya, dia tidak ingin mengatakan alasan tersebut kepada ayah angkat nya.
Taxi itu melintas melewati sebuah taman yang cukup indah. Di taman tersebut terdapat sebuah air mancur yang sangat menyegarkan.
"Tolong berhenti sebentar!" pemuda tampan tersebut berkata kepada sang sopir yang membuat mobil itu menepi dan berhenti. Niko turun dari dalam mobil mencoba menikmati angin segar yang ada di tempat tersebut. Sudah cukup lama dia tidak menikmatinya. Dia ingin merasakan aroma kampung halamannya yang sangat dia merindukan. Pemuda itu memejamkan mata mencoba merasakan segala yang ada di sekitarnya.
"Ingatlah! Jangan sampai identitas mu terbuka. Jangan berhubungan dengan orang lain dan jangan jatuh cinta. Kamu harus melupakan semua kehidupan dan semua impianmu karena satu hal yang harus kamu ingat bahwa ayahmu telah meninggal dunia dengan cara yang sadis. Kamu datang ke kota itu untuk membalas kan dendam kematian ayahmu. Sedetik pun kamu tak boleh menyia-nyiakannya. Hidupmu bukan untuk dinikmati. Kamu hidup hanya untuk balas dendam. Kamu tidak boleh melupakan semua tugas itu."
Nasehat itu kembali terdengar di telinga Niko. Dia pun berusaha mengingat segalanya mengingat tugas yang diberikan oleh sang ayah untuknya. Dia datang untuk membalas kan dendam. Tetapi hatinya merasa tak senang ketika dia mengingat tentang bales dendam itu. Hatinya menjadi merasa tak senang ketika dia mengingat balas dendam yang sangat menyakitkan itu. Hati kecilnya bertanya-tanya apakah balas dendam itu benar-benar harus ada? Tidak ada kata-kata maaf yang bisa menghilangkan nya?
Dia terluka, sebagai seorang putra yang kehilangan ayahnya, dia pasti merasa terluka. Pria tampan itu terluka, tetapi dia tak ingin ada anak lain yang terluka. Jika apa yang dilakukan oleh orang-orang itu kepada ayahnya dibalas dengan perbuatan yang sama tante saja akan ada anak-anak seperti dia yang kehilangan ayah tanpa harus tahu alasannya. Niko tidak ingin menciptakan Niko yang baru. Dia tidak ingin membalas perbuatan orang lain dengan cara yang sama karena akan ada anak-anak yang kecewa arema kehilangan ayahnya, karena akan ada istri istri yang menangis kehilangan suaminya. Apakah balas dendam itu harus ada?
Seorang wanita cantik mengenakan hijab juga berada di tempat itu. Wanita cantik tersebut sedang membawa anak didiknya untuk bermain di taman. Wanita cantik itu sedang bernyanyi dan menari di hadapan anak-anak usia tk. Dia adalah wanita cantik yang ada di dalam foto yang tersimpan rapi di dalam kantong Niko. Wanita itu kini bekerja sebagai guru tk.
Niko membuka kedua matanya kemudian melangkahkan kaki kembali masuk ke dalam taksi lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Wanita cantik itu mendapatkan telepon tiba-tiba. Kecemasan tampak menghiasi wajahnya ketika dia melihat sebuah nama yang tertera di ponsel miliknya. Dia menekan tombol berwarna hijau kemudian meletakkan ponsel di telinga.
"Hallo, baiklah dokter. Saya akan segera ke sana!" jawabnya. Setelah menitipkan anak-anak di dekatnya kepada teman-teman yang lain dia pun berlari menuju rumah sakit di mana ayahnya berada.
"Maaf, tetapi kami tidak bisa lagi menolong ibu anda!" ucap salah seorang dokter kepada Afifah.
"Tidak dokter. Anda harus menyelamatkan ibu saya. Saya mohon dokter! Saya akan berusaha mencari biayanya kemanapun. Tolong saya dokter!" Afifah menangis dihadapan sang dokter. Ibu adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Ibu adalah satu-satunya harapan bagi dia untuk tetap bertahan hidup. Dia tak mau kehilangan wanita itu.
"Kenapa kamu tidak menyerah saja? Ini sudah lebih dari 10 tahun. Seharusnya kamu bisa menjalani hidup barumu dengan menggunakan semua uang itu. Tapi lihatlah, kerja keras kamu hanya untuk membiayai pengobatan ibumu. Kamu seharusnya bisa menjalani hidup lebih baik dengan semua uang itu." dokter menyarankan kepada Afifah untuk menyerah dan menjalani hidup barunya.
"Tidak dokter, untuk apa saya hidup jika saya tak punya alasan untuk hidup. Ibu adalah satu-satunya alasan bagi saya untuk tetap hidup. Tolong jangan perlakukan saya seperti ini. Tolong ijinkan saya tidak berada di samping ibu saya. Saya mohon dokter!"
Wanita itu berkata sambil menangis di hadapan sang dokter. Pria paruh baya dengan mengenakan pakaian serba putih itu merasa kasihan melihat wanita tersebut terus memohon kepada dirinya. Akhirnya diapun mengikuti keinginan Afifah.
"Baiklah, tetapi aku tak bisa menunggu lama. Segera bawakan uang itu agar aku bisa melakukan operasi kepada ibumu!" ucap pria paruh baya itu.
"Terima kasih dokter. Terima kasih banyak!" ucapkan wanita itu. Dia sangat bersyukur karena sang dokter sudah mau membantunya meski dia juga tahu tahu kemana dia akan mencari biaya untuk pengobatan ibunya. Penghasilan Afifah sebagai guru tk tidaklah seberapa. Dia sudah mencoba melamar pekerjaan ke berbagai tempat tetapi belum mendapat panggilan. Biaya operasi ibunya juga tidak sedikit. Dia pasti membutuhkan biaya yang sangat besar. Wanita itu kembali termenung dalam kesendirian.
Ponselnya berdering, sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel itu. Segera dia menerima panggilan dan meletakkan ponsel di telinganya.
"Halo," jawabnya ragu. Namun di dalam hati dia pun berdoa semoga ada kabar baik yang akan diterimanya.
"Apakah saya berbicara dengan Afifah?" tanya seseorang dari seberang telepon.
"Ya," jawabnya.
"Anda diterima bekerja sebagai sopir paruh waktu. Silahkan datang ke kantor kami!" ucap seseorang dari seberang telepon. Afifah hanya bisa tersenyum miris mendengarnya. Setelah menutup pembicaraan dengan menyetujui keinginan pria tersebut untuk pergi ke kantor dia pun menu dahi panggilan telpon tersebut. Tetapi wanita itu tidak bahagia.
Bekerja sebagai seorang sopir pribadi paruh waktu bukanlah keinginannya. Bekerja sebagai sopir adalah pekerjaan yang sangat berbahaya apalagi dia adalah seorang wanita yang menggunakan hijab. Pekerjaan itu bertentangan dengan hati dan prinsipnya. Wanita itu duduk di kursi rumah sakit berpikir apakah yang harus dilakukannya. Demi menyelamatkan sang ibu di harus mendapatkan uang yang lebih banyak daripada sebelumnya.
Wanita itu kembali berdiri dari melangkahkan kaki dengan berat menuju kantor di mana dia kan mulai bekerja. Pekerjaan ini bukanlah pilihannya tetapi dia sama sekali tak punya pilihan lain. Akhirnya diapun hanya bisa pasrah dan berdoa semoga Tuhan senantiasa melindungi nya.
"Apakah anda bersedia bekerja di sini?" seorang pria bertanya kepada Afifah. Pria itu merasa heran dengan penampilan wanita yang akan bekerja dengan dirinya. Menjadi sopir bukanlah pekerjaan yang mudah. Tetapi Afifah hanya mengangguk kan kepala. Jika ada pilihan lain dia akan memilih pekerjaan yang lebih baik.