Chereads / Terjebak Dalam Dendam / Chapter 2 - Niat Balas Dendam

Chapter 2 - Niat Balas Dendam

Nur akhirnya memutuskan untuk pulang dari rumah sakit setelah 1 minggu lamanya suami yang dia tunggu tak juga kembali. Wanita itu tiba di rumah dengan menggunakan taksi. Sambil menggendong putranya dia berjalan memasuki rumah besar milik mereka.

"Anda mencari siapa Bu?" Nur merasa heran dengan seorang petugas satpam yang tak dikenalnya kini berdiri di pos satpam rumah miliknya.

"Maaf Pak, anda siapa? Ke mana pak Burhan?" tanya Nur.

"Pak Burhan? Maaf tapi kami tidak mengenalnya. Anda siapa? Ada urusan apa anda datang ke rumah ini?" petugas satpam itu kembali mengajukan sebuah pertanyaan.

"Saya? Saya pemilik rumah ini pak," jawabnya masih dengan hati yang penuh pasar penasaran.

"Maaf Bu, tetapi anda bukan pemilik rumah ini. Pemilik rumah ini ada di dalam." petugas satpam itu mencoba menjelaskan. Nur tidak bisa terima dengan apa yang dikatakan oleh petugas satpam kepada dirinya. Baru satu minggu dia pergi meninggalkan rumah tersebut tetapi mengapa saat kembali rumah itu bukan lagi milik nya.

Petugas satpam itu mengusir Nur dari rumahnya sendiri. Wanita yang baru saja melahirkan itu mencoba memaksa dan memastikan bahwa rumah itu adalah miliknya tetapi dia sudah tidak memiliki kekuatan melawan dua orang petugas keamanan yang ada di rumah tersebut akhirnya diapun mengalah dan memutuskan untuk meninggalkan rumah itu. Di jalanan dia merasa kesepian dan juga ketakutan. Wanita itu terus berjalan hingga bertemu sebuah masjid. Wanita itu berniat untuk beristirahat di sana. Tubuhnya sudah sangat lelah.

"Nak, tunggu di sini ya. Mama mau kamar mandi sebentar," wanita itu berpamitan kepada putranya. Ia terpaksa meninggalkan putranya di sana karena tak mungkin membawa sang putra sampai ke toilet. Meski ragu tetapi wanita itu tetap pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah merasa cukup dia pun kembali namun alangkah terkejutnya Nur karena putranya sudah tak berada di sana. Dia mencoba mencari di sekitar area mesjid yang tampak sunyi karena hari sudah sangat malam tetapi tetap dia tidak menemukan sang putra.

"Niko?" teriak nya sekuat tenaga. Wanita itu mulai menangis mencari keberadaan sang putra. Dia tidak melihat jika seorang pria sedang menggendong putranya. Tanpa belas kasihan Davin menculik putra kakaknya sendiri dan membawanya pergi. Meninggalkan seorang ibu yang hanya bisa menangis menahan luka yang begitu dalam menghujam di dalam hatinya.

***

Devan membawa Niko keluar dari negara itu untuk tinggal di negara tersembunyi. Mereka berpindah dari kota itu agar tak ada satu orang pun yang bisa menemukan mereka. Nur sudah lelah mencari putranya selama bertahun-tahun tetapi dia tak bisa menemukan jejak di mana putranya berada. Wanita itu hanya bisa berusaha bertahan dengan satu tujuan agar dia bisa bertemu dengan putra kesayangannya.

Dua puluh tahun kemudian...

Niko dan ketiga temannya menaiki sebuah sampan melewati aliran sungai yang ada di sebuah desa tempat dirinya tinggal. Pria bertubuh tinggi itu menggunakan kaos berwarna hitam dengan sobekan di beberapa tempat. Penampilannya begitu lusuh dan juga tak layak. Sangat bertolak belakang dengan wajahnya yang tampan. Wajah itu menunjukkan garis-garis keturunan konglomerat, wajahnya yang tirus dengan alis melintang, juga jenggot tipis yang menghiasi dagunya membuat ketampanannya tidak luntur meski dengan pakaian lusuh dan sederhana.

"Turun Niko! Kita sudah sampai," ucap salah seorang temannya. Untuk pertama sekali Niko meninggalkan rumahnya. Dia merasa bosan selalu berada di sana karena itulah dia melanggar aturan sang ayah dan kemudian pergi bersama teman-temannya.

Pandangan Niko tidak berhenti menatap sekelilingnya. Dia tidak pernah bertemu orang yang begitu ramai. Dia masih terperangah dan terpana dengan suasana yang ada di hadapannya. Tiba-tiba pandangannya berhenti pada keramaian yang terdapat di sudut pasar tempatnya berada. Niko mencoba mempertajam indra pendengaran dan juga penglihatannya untuk mengetahui apa yang terjadi di sana.

Tampak beberapa orang sedang mencoba memukuli seorang pria paruh baya. Mereka terus memukul tanpa ampun hingga wajah pria tersebut berdarah. Niko merasa semua ini tidak adil Bagaimana mungkin begitu banyak orang memukuli satu orang yang sudah tak berdaya. Dia mengambil beberapa buah apel yang kebetulan sedang dijual di sana. Kemudian melempar kepala orang yang sedang memukul pria paruh baya tersebut.

Prang...

Seketika tindakan mereka yang membabi buta berhenti. Ketika kepala salah satu teman mereka terkena pukulan apel hingga membuat dirinya terpelanting jatuh ke lantai. Mereka semua merasa penasaran dari manakah arah pukulan tersebut. Orang-orang itu mulai menatap ke arah Niko tetapi pria tersebut sama sekali tidak merasa takut. Dia justru melambaikan tangannya.

Orang-orang tersebut sangat marah dan mulai mengejar Niko. Pemuda tampan itu berlari dengan kemampuannya yang luar biasa dia bisa mengelabui semua orang. Setelah semua orang yang mengejarnya tertipu dia berbalik ke arah menuju seorang pria tak berambut yang sedang terluka.

"Ayo Paman!" ajak Niko.

"Kemana?" tanya pria paruh baya itu tidak mengerti.

"Lari?" jawab Niko.

"Lari?" Niko tidak memberikan kesempatan bagi pria itu untuk berbicara apa lagi menjelaskan masalah yang terjadi di sana. Dia pun segera menarik tangan pria paruh baya itu kemudian mulai berlari. Niko belum mengetahui duduk permasalahan yang terjadi di sana tetapi dia sudah membuat keputusan dan membuat pria itu terus berlari bersama dengan dirinya. Mereka berdua melewati gang gang kecil di pasar sementara orang-orang yang berada di belakang mereka terus berusaha mengejar. Pria paruh baya itu bertabrakan dengan salah seorang penjual sayur hingga membuat sayuran yang di bawahnya berserakan di lantai. Tetapi Niko berhasil melompatinya kemudian dia kembali menarik tangan pria paruh baya itu dan lari.

Kejar-kejaran yang begitu seru terjadi di pasar. Kejar-kejaran itu membuat para penjual berteriak karena dagangan mereka hancur berantakan. Tetapi orang-orang itu belum juga mau berhenti. Mereka terus saling mengejar Tak peduli apa yang terjadi.

Niko dan pria paruh baya itu tiba di sebuah kios kecil. Niko segera menarik pria tersebut kemudian bersembunyi di bawah meja. Namun alangkah Malang nasib mereka karena tempat persembunyian mereka diketahui oleh beberapa orang yang sedang mengejar.

"Paman," ucap Niko.

"Ya!" jawab pria itu.

"Lompat!" sambut Niko.

"Ha, lompat?" pria itu masih tidak mengerti tetapi Niko sudah mendorongnya hingga mereka berdua melompat ke sungai. Pria itu tak pandai berenang sehingga dia terbawa oleh arus. Tetapi Niko berusaha menolongnya mereka berenang beberapa meter jaraknya. Namun penjahat-penjahat itu tidak membiarkan Mereka pergi begitu saja. Para penjahat pun ikut melompat ke sungai dan ikut berenang mengikuti Niko. Mereka bersikeras untuk mendapatkan pemuda yang sangat berani itu.