Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Second Chance Revenge

WhiteDaisy_1
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.9k
Views
Synopsis
Thea selalu merasa hidupnya sempurna. Dia adalah anak dari Keluarga Hartono yang kaya raya dan terkenal. Thea memiliki segala hal yang diimpikan wanita: kecantikan, kekayaan, dan kasih sayang. Hidupnya makin lengkap karena menikahi kekasih yang amat dicintainya, Bara. Tapi perasaan bahagianya sebagai istri tidak bertahan lama, Thea memergoki suaminya berselingkuh dengan sabahatnya sendiri. Malangnya, bukannya merasa bersalah, Bara malah membunuhnya. Rasa cinta itu berubah menjadi benci, dan saking kuatnya perasaan itu, Thea hidup kembali. Jiwanya memasuki tubuh wanita muda bernama Tari. Dengan tubuh barunya itu, Thea bersumpah akan membalas dendam! Dengan bantuan Faro, atasan Tari, apakah Thea berhasil menjalankan misi balas dendamnya? . . "Kau seperti orang yang berbeda," kata Faro. Thea yang kini mendiami tubuh Tari memandang Faro dengan tajam. "Aku memang bukan orang yang sama, tak akan kubiarkan orang lain menipuku lagi." Thea sudah memikirkan 1001 cara utk menghukum Bara. Bara tidak seharusnya bermain api dengannya, kini dia harus merasakan panasnya terbakar!
VIEW MORE

Chapter 1 - Love is a Lie

Anthea Hartono melangkahkan kakinya ke dalam rumah dengan antusias. Thea melirik jam di ruang tamu. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Thea baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya di Singapura tapi bukannya lelah malah dia merasa senang dan rasanya ingin segera berlari sambil loncat-loncat.

Seharusnya dia baru bisa pulang lusa tapi karena dia mau cepat-cepat bertemu dengan suaminya maka dia mempercepat semua urusan bisnis di sana, bahkan sampai begadang beberapa hari ini untuk menyelesaikan pekerjaannya. Suami yang paling dicintainya, Bara Wijaya, pasti akan kaget dan gembira melihat kejutan darinya ini.

Bagaimana tidak? Thea dan Bara baru menikah seminggu yang lalu tapi Thea harus buru-buru meninggalkan suaminya sehari setelah resepsi pernikahan mereka. Thea ingin segera melihat wajah tampan Bara dan menebus ketidakhadirannya selama beberapa hari ini. Suaminya terlalu pengertian, bahkan Bara suka tidak menghubungi Thea karena khawatir Thea sedang sibuk dan malah jadi menganggu.

Pekerjaan Thea tidak bisa ditunda dan untungnya Bara mengerti akan hal itu. Suaminya selalu mengalah padanya bahkan sejak mereka pacaran. Bara tidak pernah menuntut waktu lebih dari Thea karena dia tahu Thea memiliki ambisi dan tanggung jawab yang besar.

"Arghh."

Thea mematung. Dia bisa mendengar erangan Bara dari kamar tidurnya. Cahaya lampu mengintip keluar dari pintu kamar tidur yang sedikit terbuka.

Thea meletakkan kopernya di samping meja dan berjalan hati-hati ke arah kamar tidurnya. "Apa yang sedang Bara lakukan selarut ini? Tidak mungkin dia bekerja karena dia kan paling anti dengan lembur," pikir Thea.

Rasa penasarannya segera berganti dengan keterkejutan melihat Bara berada di atas seorang wanita. Kedua orang tersebut tidak mengenakan sehelai benang pun dan terlihat kehabisan nafas. Mulut kedua insan itu beradu di atas kasur kamar tidur Thea.

Thea hanya bisa menutup mulutnya, berusaha untuk tidak berteriak karena terkejut. Tanpa disadari air mata mulai mengalir di pipinya. Apa yang dia saksikan saat ini membuat hatinya hancur. Bagaimana mungkin Bara melakukan hal ini? Thea dan Bara sudah menjalin kasih sejak tiga tahun yang lalu dan mereka saling mencintai dengan tulus. Thea selalu ada untuk Bara dan mendukung Bara dengan segenap kemampuannya.

Erangan dan desahan kembali terdengar dari mulut Bara dan wanita di bawahnya. Thea tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas karena tertutup oleh badan Bara, akan tetapi Thea merasa suara wanita itu familiar.

Thea masih berdiri di luar dan bersembunyi di balik pintu tanpa berani mengintip lagi karena rasa sakit di hatinya begitu besar. Sepertinya urusan kedua orang itu sudah selesai karena Thea mendengar jeritan keras, setelah itu yang terdengar hanya suara Bara dan wanita itu mengatur nafas mereka.

"Kau hebat malam ini," kata wanita itu pada Bara. "Aku tak sabar menunggu hari dimana kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dari Thea," kata wanita itu dengan desahan manja.

"Sabar ya, Sayang. Setelah perusahaanku stabil pasti aku akan segera meninggalkan Thea. Saat ini aku masih membutuhkan uangnya untuk membiayai operasional. Kau tahu sendiri kan betapa kayanya dia? Untung saja dia sangat bodoh dan mau melakukan apa saja untuk pria yang dicintainya. Mudah sekali menipu anak keluarga kaya," kata Bara sambil terkekeh.

Wanita selingkuhan itu ikut tertawa. "Siapa sangka rencanaku menjodohkan kalian berhasil? Thea memang buta soal cinta makanya mudah sekali membodohinya."

Mata Thea membulat mendengar perkataan wanita itu. "Tidak mungkin," kata Thea dalam hati. Thea bisa menduga siapa wanita itu. Suara wanita itu memang menjadi serak setelah melakukan perbuatan tidak pantas tapi Thea tetap mengenalinya. Dan dugaannya terbukti benar dan terkonfirmasi ketika wanita itu berkata soal menjodohkan Bara dengan dirinya. Hanya ada satu orang yang paling semangat mengenalkan Thea dengan Bara. Wanita itu bisa dipastikan adalah Vivi Ayunda, sahabat baiknya semenjak kuliah.

Vivi memeluk Bara dengan manja. "Tapi sedih juga rasanya harus membagi dirimu dengan Thea. Kau cepatlah kuasai hartanya agar aku bisa memilikimu seutuhnya lagi."

"Aku milikmu seorang, Sayang. Baik dulu maupun sekarang hal itu tidak pernah berubah. Anggap saja saat ini aku sedang 'bekerja' agar kehidupan keluarga kita nanti bergelimangan harta. Aku tak pernah menganggap Thea sebagai wanita, jujur saja dia sama sekali tidak menarik. Kau seribu kali lebih cantik daripada dirinya. Satu-satunya hal yang membuatku bersedia menghabiskan waktu mengejarnya adalah karena dia anak Keluarga Hartono yang kaya tujuh turunan."

Teganya Bara dan Vivi! Apakah semua waktu yang dia habiskan, semua kencan, kata-kata manis, dan janji-janji yang diutarakan Bara kepadanya selama ini hanya kebohongan belaka? Air mata semakin deras mengalir, Thea berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Dia ingin tahu sejauh apa kebohongan Bara dan sahabatnya itu.

"Aku akan menceraikan dia ketika waktunya tepat," Bara mencium lembut tangan Vivi.

Thea sudah tidak sanggup mendengar ucapan Bara. Pasti ini semua hanya mimpi buruk karena kelelahan bekerja. Pasti Thea yang asli saat ini sedang tertidur di kamar hotel di Singapura setelah selesai bekerja. Tidak mungkin kisah cintanya berakhir dengan pengkhianatan.

Thea memutuskan pergi saja dari rumahnya dan kembali besok pagi setelah menenangkan diri. Dia segera mengambil kopernya tapi karena terburu-buru, tidak sengaja kopernya menyenggol meja dan mengakibatkan gelas di meja jatuh di lantai.

Prangg!

Suara pecahnya gelas memenuhi satu rumah. Kegaduhan mulai muncul dari kamar, terdengar langkah kaki yang buru-buru menuju lokasi jatuhnya gelas. Bara keluar dengan masih bertelanjang dada.

"Thea?!" kata Bara kaget. Dia melihat Thea menatap kosong gelas yang sudah hancur berantakan. Muka Thea kacau oleh air mata.

"Teganya kau Bara!" jerit Thea. "Teganya kau selingkuh dengan sahabatku sendiri!" Thea mulai memukul dada Bara dengan sekuat tenaga.

Vivi yang mendengar suara jeritan langsung keluar dengan memakai bath robe. Dia segera mendorong Thea agar berhenti memukul Bara.

"Cukup Thea!"

Thea yang sudah sakit hati tidak bisa berpikir dengan akal sehatnya. Dia menampar keras pipi Vivi.

Plak!

"Berani-beraninya kau! Kau hanya selingkuhan! Teganya kau berbuat seperti itu dengan suamiku. Apa kau tak memikirkan perasaanku, Vi? Aku ini sahabatmu!"

Pipi Vivi mulai memerah. Bara langsung menampar Thea sampai tersungkur. Tamparannya sangat keras dan sakit. "Jangan sentuh dia," teriak Bara pada Thea.

Rasa sakit menjalar di pipi Thea. Dia sangat kaget dan kecewa pada Bara. Tapi rasa sakit di pipinya tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit hatinya. Bisa-bisanya Bara malah membela Vivi.

"Yang selingkuhan itu kamu, Thea! Aku dan Bara sudah berpacaran sejak SMA! Jauh sebelum kamu mengenal Bara. Kamu bodoh sekali ya, mudah ditipu!" Kata Vivi sambil terkekeh.

Thea menatap kedua sejoli itu dengan tidak percaya. Tidak ada rasa bersalah dalam diri mereka walaupun sudah tertangkap basah.

"Aku mau cerai!"

"Cerai? Tidak bisa! Kita baru menikah seminggu dan kau bilang mau cerai? Ada-ada saja. Keluargamu pun pasti tidak setuju, mau taruh dimana muka Keluarga Hartono yang terkenal dan penuh wibawa," kata Bara. Dia yakin Thea tidak akan menceritakan perbuatan busuknya karena ibu Thea sedang sakit parah. Pasti Thea tidak mau membuat ibunya khawatir dan memperburuk kesehatannya.

"Aku tidak peduli! Aku akan ceritakan perselingkuhan kalian pada ayah bahkan pada dunia. Akan kupastikan kalian tidak berani memunculkan muka kalian di hadapan publik lagi!" Ucap Thea sengit. Thea berusaha bangkit tapi Vivi kembali mendorongnya.

"Kau bilang apa? Jangan gila ya kamu Thea! Kau mau mempermalukan aku?" Vivi menampar Thea dua kali dengan sekuat tenaga. Suara tamparannya begitu keras di tengah malam yang sunyi.

Thea merasa kepalanya berputar. Pandangannya mulai kabur. Dia berusaha mengatur nafas tapi rasanya oksigen tidak mau masuk ke paru-parunya.

"Hah...Hah...Hah..." Thea tersegal-segal. Asma Thea kambuh lagi. Asmanya memang suka kumat kalau dia stress dan kelelahan. Dengan sisa tenaganya, dia berusaha menggapai kopernya yang tergeletak di lantai untuk mengambil inhaler.

"Bar.. Bara...Tolong...In..ha..ler..." ucapnya terbata-bata. Tenaga sudah hilang dari tubuh kecilnya.

Bara dengan sigap mencari inhaler di koper Thea. Lalu segera menghampiri istrinya. Sebelum Thea sempat menghirup inhaler tersebut, Vivi segera merebutnya.

"Biar saja dia kehabisan nafas. Kau tak dengar perkataannya tadi apa? Kalau dia mengadu ke ayahnya kita pasti tamat, Bar. Ini kesempatan emas untuk menyingkirkan dia dan menguasi hartanya," kata Vivi sambil tersenyum licik. Matanya berkilat-kilat karena senang karena kesempatan bagus yang datang secara tiba-tiba.

"Tapi, Vi.."

"Sudah, Sayang. Percaya padaku. Dia kehabisan nafas bukan salah kita. Kita pura-pura tidak tahu saja."

Thea berusaha menarik nafas dan menenangkan dirinya. Dia berusaha menggapai inhaler di tangan Vivi, tapi semua itu sia-sia.

"Selamat tinggal Thea." Kata Vivi dengan seulas senyum.

Thea masih tidak percaya bahwa dua orang yang dia sayangi mengkhianatinya dan membiarkannya sesak nafas. Thea bersumpah akan balas dendam di kehidupan selanjutnya.

Mata Thea mulai tertutup. Lalu semua menjadi gelap.

.

.

Thea yakin dia sudah meninggal dunia. Dia ingat kehabisan nafas. Tapi saat Thea memandangi cermin, dia masih hidup. Dia menyentuh tangan dan wajahnya. Sentuhannya hangat dan nyata.

Thea harusnya senang dan bersyukur, tapi tidak bisa demikian. Saat dia melihat ke cermin, bukan wajahnya yang terlihat. Wajah orang lain yang muncul di cermin.

Thea mengambil satu kesimpulan. Jiwa Thea telah berpindah ke tubuh orang lain.