Sreeet....
Bunyi cambukan terdengar jelas di telingaku. Kedua anak buah Ayah benar-benar brutal dalam melakukan aksinya, seperti tidak mengenal siapapun yang mereka siksa, jika itu sudah perintah dari Ayah. Aku hanya bisa meringis kesakitan dengan tangis histeris. Tapi Ayah tetap tidak memperdulikan rasa sakitku, Mas Brama saja tidak berkata apapun seolah tidak mau tau.
"Tega sekali kamu, Mas." Ujarku dalam hati.
"Yah, apa tidak sebaiknya sudahi saja cambukannya, kasihan Salsa. Toh kali ini dia hanya bertemu secara tidak sengaja, bukan seperti beberapa bulan lalu yang jelas-jelas dia sengaja mendatangi anak itu," ungkap Mas Brama yang kali ini mulai mencoba menghentikan siksaan anak buah Ayah dariku.
Kenapa tidak dari tadi saja sih, Mas? Mengapa masih menunggu saat aku sudah tersiksa seperti ini. Apa kamu masih ingin melihat bagaimana bengisnya ayahmu menyiksaku?