Chereads / Namaku Kamilia, Tuan / Chapter 37 - MEREBUT PERUSAHAAN

Chapter 37 - MEREBUT PERUSAHAAN

Anita sejenak tampak ragu-ragu untuk menjelaskan. Dia mendekati pemuda itu, mencari kehangatan di sana. Bagas menolak, tidak ada hasrat untuk bercinta kini. Lelaki itu hanya ingin segera tahu tentang Kamilia.

Anita menggeser duduknya. Sekarang dia mengerti, untuk apa Bagas menyewa dirinya. Dia hanya perlu bercerita bukan membuka kancing baju. Anita merasa senang, malam ini dia terbebas dari tugas rutinnya. Namun, tetap mendapatkan uang. Wanita itu tersenyum.

"Ceritakan kembali tentang Arya!" suruh Bagas.

"Beberapa kali aku pernah dibooking Tuan Arya. Dia selalu bilang 'bermain-main' padahal itu menyakitkan bagiku. Mentang-mentang dia sudah membayarku," gerutu Anita.

"Apalagi?" tanya Bagas. "Kau tahu rumahnya?"

"Tidak," jawab Anita.

Bagas mengantarkan Anita kembali ke tempat Tante Melly. Rupanya Anita tertarik kepada Bagas. Dia bersedia membantu Bagas mencari Kamilia.

**

Malam semakin dingin, gerimis kembali membasahi Ibukota. Berangsur-angsur badan Kamilia normal kembali, suhu tubuhnya turun. Tuan Arya semakin melunak sikapnya. Rencana yang sudah disusun lelaki itu tidak mau berantakan.

Tuan Arya berencana menggunakan Kamilia untuk kepentingan bisnisnya dengan Tuan Freza. Dia masih dendam atas perbuatan Tuan Freza terhadapnya. Tuan Arya ingin membuatnya mengemis.

"Hahaha hahaha. Aku akan membuatmu merangkak di kakiku, perusahaan itu akan aku rebut kembali!" Tuan Arya sudah berpikir tentang keberhasilannya.

Kamilia memandang Tuan Arya dari tempat tidurnya. Dia belum mengenal lelaki ini, ada firasat buruk tentang lelaki ini terhadap Tuan Freza.

"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Kamilia. Dia melihat tatapan aneh dari Tuan Arya. Kamilia khawatir, takut Tuan Arya tidak bisa mengendalikannya dirinya.

Arya hanya mengangkat bahunya, alisnya terangkat. Kamilia tidak mengerti apa yang ada di pikirannya. Padahal Tuan Arya sedang berpikir bagaimana cara memulai menghancurkan Tuan Freza.

Tuan Arya memperlihatkan wajah Kamilia sambil berpikir tentang Tuan Freza. Diperhatikan begitu rupa, Kamilia waspada, khawatir Tuan Arya memperlakukan dirinya kembali seperti binatang.

"Melawanku, kamu jangan mimpi Freza!" cetus Tuan Arya tiba-tiba.

Kamilia tercekat mendengar nama bapaknya disebut. "Jadi, dia tahu keluargaku," batinnya. Kamilia memasang pendengarannya lebih tajam lagi.

**

Tangan Tuan Freza mengepal begitu mendengar cerita Bagas. Dia sudah melupakan nama Arya dalam hidupnya.

"Aku sudah mengampuninya dulu. Kini cecunguk itu datang lagi!" Tuan Freza geram.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Bagas.

"Dulu, kakekmu menjadikan ayahnya Arya sebagai orang kepercayaannya, ketika Papah sudah besar bukannya dikembalikan malah Arya yang meneruskan. Akhirnya dengan berbagai cara perusahaan itu berhasil Papah rebut kembali. Menimbang ayahnya Arya banyak jasanya, maka Papah memberinya sebuah CV," jelas Arya. "Sekarang lihat saja, berani bermain-main denganku!"

"Bisnis narkoba?" tanya Bagas hati-hati.

"Bukan itu, ini halal," jawab Tuan Freza.

Bagas mengangguk-angguk tanda mengerti. Sekarang tinggal menyusun rencana untuk membuat Arya kapok. Tuan Arya dan Bagas berencana akan mengambil kembali CV yang dulu diberikan kepada Arya.

Tuan Freza menyewa pengacara untuk mengurus itu. Perusahaan yang dikelola Tuan Arya memang belum sepenuhnya menjadi miliknya. Masih bisa dibolak-balik kepemilikan.

Freza mengetahui kalau ternyata Arya akan berbuat curang kepadanya. Melalui pengacara keluarga, Freza tahu kalau Arya sudah mendatangi kantor pengacara tersebut. Freza sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan kepada Arya.

Matahari cerah menyinari bentala. Secerah hati Bagas yang melangkah dengan penuh semangat. Burung murai peliharaan Tuan Freza berkicau nyaring. Hari ini adalah hari pertama Bagas bekerja di kantor barunya.

"Merry, kalau ada tamu suruh

menunggu, jangan langsung masuk!" pesan Bagas kepada resepsionis.

"Baik, Pak," kata Merry.

**

Kamilia mulai bisa bangun setelah tiga hari terbaring sakit. Bilur-bilur merah di sekujur tubuhnya tidak sempat diabadikan. Semenjak datang ke rumah ini dirinya benar-benar seperti dalam penjara. Terputus semua akses dengan dunia luar karena ponselnya diambil Tuan Arya.

Kamilia berkaca di cermin. Dia melihat sebuah wajah kuyu tanpa sinar kehidupan. Berulang kali dia mengusap wajahnya. Seandainya cermin itu bisa bicara, tentu jawabannya bukan dia kini wanita tercantik itu. Kamilia tersenyum kecut, memikirkan bagaimana caranya agar terlepas dari jeratan Arya.

"Selamat sore, Nona?"

Suara itu begitu mengejutkan bagi Kamilia. Ah … ternyata dokter yang mengobatinya datang. Dokter setengah baya seumuran Tuan Freza.

**

"Mengapa aku tidak boleh masuk ke kantorku sendiri!?" tanya Dokter Tuan Arya kepada Merry. Lelaki itu sangat marah saat Merry menahan langkahnya. Kantor yang sudah dihuninya selama sepuluh tahun.

Merry hanya menunduk, tidak berani menatap mata bekas atasannya itu. Eh … kok bekas? Ya sebab kini pemiliknya sudah mengambil alih kembali.

"Maafkan aku, Tuan," jawab Merry.

"Ini maksudnya apa?" tanya Arya.

"Silahkan menunggu sebentar, Tuan!" Mery menyuruh Arya.

"Apa-apaan ini!" teriak Arya kalap. Dia menepiskan tangan Merry. Kemudian, menerobos masuk ke kantornya.

Seketika dirinya mematung. Ada seseorang duduk di kursinya yang menghadap belakang. Amarahnya sejak tadi ditahan-tahan kini mencapai ubun-ubun. Berani sekali mempermainkan seorang Arya.

"Siapa kau!?" tanya Tuan Arya geram.

Orang yang duduk di kursi diam saja. Hanya terlihat kursinya yang bergerak-gerak. Tuan Arya semakin penasaran. Baru tidak masuk kantor tiga hari, kursinya sudah ada menduduki.

"Siapa kau!? Minta mati rupanya?" teriak Tuan Arya lagi.

Merry yang berdiri di sisi Tuan Arya hanya menunduk. Dia tidak berani berkata apa-apa. Saat Tuan Arya akan berjalan menghampiri kursinya. Tiba-tiba kursi itu berputar, tampak seorang wanita cantik dengan riasan flawless. Wajahnya yang sedikit tirus semakin sempurna kecantikannya.

"Kkk kau!" Tuan Arya tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. "Bagaimana kau bisa berada di sini?"

"Apa yang tidak bisa buat Freza!?"

Seseorang berkata sambil bertepuk tangan. Ia masuk dibarengi seorang laki-laki muda yang tampan. Wajah Tuan Arya pucat pasi, rupanya dia sudah keduluan langkah. Dirinya kalah cepat bertindak. "Sialan gara-gara perempuan itu sakit!" gerutunya dalam hati.

"Freza!" seru Tuan Arya tertahan.

"Kita bertemu lagi, saudaraku kata Tuan Freza.

Wanita yang duduk di kursi Tuan Arya bangkit. Tuan Freza sudah duduk di sana kini. Wanita itu terlihat ringkih, lelaki tampan tadi dengan sigap berdiri di sampingnya.

"Perkenalkan ini putriku, Kamilia, " kata Tuan Freza kepada Arya.

Tuan Arya tidak kaget lagi. Dia memang sudah tahu siapa Kamilia. Lelaki itu hanya heran mengapa Kamilia sudah ada di sini. Tadi waktu dia pergi, Kamilia masih meringkuk di kasurnya.

**

Dua jam sebelumnya. Tuan Arya bersiap-siap untuk pergi ke kantornya. Tiga hari dia bersembunyi karena kejaran Bagas. Juga memastikan Kamilia baik-baik saja. Dalam hatinya berjanji untuk tidak melakukan penyiksaan lagi. Berurusan dengan hukum dirinya paling anti.

Lima menit setelah Tuan Arya meninggalkan rumah. Sebuah mobil hitam tampak mendatangi rumah Tuan Arya. Mereka bergerak sangat cepat. Kamilia tampak memasuki mobil tersebut. Di dalam mobil sudah ada juru rias yang siap mengubah wajah pucat Kamilia. Baju elegan eksekutif muda juga sudah disiapkan. Mereka dengan cepat mendahului Tuan Arya sampai di kantornya.

**

Tuan Arya yang masih shock dengan kejadian ini, lebih kaget lagi ketika tiba-tiba datang dua orang laki-laki berseragam polisi datang mencarinya.

"Yang mana Tuan Arya?" kata Pak Polisi.

"Saya, Pak," jawab Tuan Arya.

"Anda kami tahan," kata Pak Polisi lagi.

"Salah saya apa?"

Pak Polisi memperlihatkan sebuah surat visum dokter. Wajah Tuan Arya semakin pucat. Dia memandang perempuan yang kini tengah memandangnya.