Chereads / DEFINISION LOVE / Chapter 6 - Chapter 6 DL

Chapter 6 - Chapter 6 DL

Beberapa kali ia mengerjapkan mata, karena menahan rasa ingin tertawa dengan kejadian di depannya.

Kejadian itu membuat Edison tertawa sekejap.

"Cepat bangun aku akan membantumu!" Edison mengulurkan tangannya.

Tapi Selena bangkit sendiri, dengan tulang nya yang sedikit sakit. Bahkan sikut gadis itu memar.

"Sakit?"

"Tidak, hanya seperti di setrum."

Selena sepertinya malu, ia berjalan ke arah toilet. Namun langkahnya tertahan dan berbalik. "Bolehkah aku menggunakan toilet mu?" tanyanya kemudian.

Edison hanya mengangguk pelan. "Apa kamu bertanya karena ingin aku masuk ke sana bersama mu?"

Selena kembali membalikan tubuhnya dan segera mengunci pintu toilet Edison dari dalam. "Dasar laki-laki pikirannya mau enaknya saja." Selena menggerutu sembari membuka baju dan mandi. Ia melihat ke arah lain toilet itu, semua barang-barang nya tertata rapi.

"Ah, dia ternyata mencintai kerapihan." Lirihnya.

Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan mandi nya. Hanya menggunakan handuk putih yang menutupi tubuh cantiknya itu. "Edison, apa aku boleh memakai baju mu lagi?" tanya Selena.

"Pergi ke kamar sebelah banyak baju di sana, kenapa kamu suka baju pria yang bahkan gombrong ketika di pakai olehmu."

"Aku tidak suka baju ketat."

"Selena hanya diam dia berwajah pucat sekali,"

Tanpa mendengarkan lagi ucapan Edison, ia berjalan ke ruangan yang disebutkan nya itu untuk mengganti baju.''

"Nona, apa ada yang bisa saya bantu?" Nyonya Nana menghampiri Selena yang lemas.

"Nyonya, apakah ada pembalut?"

"Nona sedang datang bulan?" Tanya Mrs Nana.

Selena mengangguk. "Benar, sakit sekali! Aku selalu mengalami hal seperti ini setiap bulan."

"Tunggu sebentar saya akan ambil di bawah."

Kepala pelayan itu pergi ke lantai satu, dan dia kembali dengan membawa pembalut untuk Selena seraya menyodorkan nya.

Gadis itu segera memasuki toilet dan memakainya. Pelayan itu pengertian dan memberikan gadis itu baju cukup longgar agar tidak membuat perutnya tambah sakit.

"Tidur saja, biasanya sakit karena menstruasi akan berkurang setelah tidur!"

Selena mengangguk paham.

Edison kemudian mandi, setelah ia mengganti baju ia baru sadar Selena tidak kembali ke kamarnya. Mungkin dia sarapan, pikir nya.

Laki-laki itu keluar menuju lantai satu. "Nyonya, dimana gadis itu?"

"Nona Selena Tuan?"

"Ya!" jawab Edison.

"Di lantai atas, dia sedang sakit." jawab kepala pelayan itu.

"Bukankah tadi dia baik-baik saja?" Edison bingung.

"Memang seperti itu Tuan, perempuan sama setiap bulan."

Edison kemudian melanjutkan sarapannya. Ia kembali ke lantai dua untuk melihat Selena.

Begitu ia membuka pintu gadis itu sedang meringis memegang perutnya, Edison panik mengira Selena benar-benar sakit parah sehingga membuatnya berlari menghampiri gadis itu.

"Kenapa?"

"Sakit!" jawab Selena segera.

Edison membuka kancing kemeja yang di kenakan nya. Kemudian ia memanggil kepala pelayan dari depan pintu kamar itu.

"Nyonya, Edison kenapa?"

"Dia sedang datang tamu bulanan Tuan."

"Tamu bulanan?"

"Ya, menstruasi Tuan."

"Apakah sesakit itu?"

"Iya, ada yang ringan ada yang berat. Sakit PMS parah itu dikategorikan rasanya seperti serangan jantung."

"Bilang Jhon untuk mengurus semua urusan saya di Kantor. Saya hari ini tidak masuk kerja."

Perintah itu langsung di angguki.

Baru saja ia melangkahkan kakinya pergi. Edison kembali memanggil. "Nyonya, apakah ada cara meringankan sakitnya." tanya Edison khawaty dengan keadaan Selena.

Ia membalik tubuhnya segera. "Mengompres nya dengan air hangat Tuan."

"Baik minta air itu."

Nyonya Nana tersenyum simpul.

Edison duduk di ujung ranjang dengan menatap wajah Selena yang sedari tadi tak membuka matanya. Kaki gadis itu dingin, saat Edison tak sengaja menyentuh nya.

Para asisten rumah tangga di bawah, sedang membicarakan kelakuan bos besar mereka. Ini untuk pertama kalinya Edison menunda bekerja hanya demi seorang wanita.

Bahkan seperti diketahui, sebelumnya Edison malah selalu membuang bekas wanita yang ia tiduri. Tapi Selena, benar-benar ia perlakukan berbeda.

Nyonya Nana kembali ke atas memberikan bantalan kompresan untuk Selena setelah menyuruh putranya ke kantor menggantikan Edison.

Edison tampak telaten menaruh air hangat itu di perut Selena. Nyonya Nana juga membuatkan teh manis serta makan di kamar Selena.

Dua jam berlalu, Karina terbangun. "Tuan Edison, anda disini?"

"Ya, kebetulan saya tidak ada kerjaan. Apakah kamu kesakitan seperti ini ketika datang bulan?"

Selena mengangguk. "Apa kamu mau makan sesuatu?"

Ia menggeleng.

Mereka menjadi semakin serba salah karena jawaban Selena yang singkat.

Edison kemudian keluar dari kamar Selena"Kamu bisa memanggil asisten rumah tangga diluar jika butuh sesuatu." ucapnya sebelum membuka pintu, kemudian hilang dari pandangan Selena.

Edison ternyata menyuruh sekitar 10 asisten berdiri di depan pintu kamar Selena.

Satu jam berlalu, Edison lewat di depan kamar gadis itu, kemudian karena penasaran ia bertanya pada Asisten rumah tangga nya itu. "Hei, apa Selena sudah minta sesuatu?"

"Belum Tuan," jawab salah satu pegawai itu.

Ia memijat keningnya, ia berjalan mendekati pintu kamar Selena. Tapi ia kemudian berbalik. Membuat heran para Asisten rumah tangganya itu.

Tapi rasa penasaran Edison akhirnya membuatnya membuka ponsel dan mencari cara membuat mood gadis yang sedang menstruasi bagus. Kemudian dari hasil pencarian nya di internet, ia membaca bahwa gadis itu harus merasa senang dengan pemandangan yang indah.

Edison kemudian masuk ke kamar Selena, kebetulan gadis itu sedang meminum teh manis nya.

"Hai, udah mendingan?"

Selena mengangguk. "Mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Ikut saja denganku."

Selena pun yang masih memiliki ketakutan pada Edison hanya menurut dan bangun dari ranjang itu. Mereka pergi berjalan ke luar rumah, dan menuju halaman rumah Edison.

Ini pertama kalinya Selena terkesan. Sebelumnya ia hanya berjalan-jalan di area pacuan kuda dengan Nyonya Nana.

"Wah!" Selena mencium aroma udara segar di sekitarnya.

"Gimana?" tanya Edison.

"Apa?"

"Apakah sudah baikan?"

"Apa kamu mengajak ku kesini untuk merasa lebih baik?"

Lelaki itu terdiam, ia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Terimakasih Tuan." ucap Selena dengan senyuman nya.

Edison melirik wajah gadis itu yang terlihat senang.

"Panggil aku Edison saja ketika kita berdua!"

Selena kaget lada lelaki itu. Namun ia tetap mengangguk.

"Edison" ucap nya.

Ini lah pertama kalinya Selena memanggil lelaki itu dengan namanya saja.

"Batang itu, untuk apa?" tunjuk Selena, pada sebuah batang kayu kokoh yang berdiri tegak tepat sejajar dengan tubuhnya.

Edison menatap kayu yang di maksud Selena. Pandangannya terpaku, bayangannya pergi pada kejadian ia menembak Devan, kakak gadis itu.

"Edison," Selena menyadarkan nya dari lamunannya.

"Ah, untuk latihan menembak ku."

"Wah, selain pacuan kuda! Kamu juga punya lapangan tembak sendiri, tapi bukan manusia kan yang berdiri di sana." Selena tersenyum menggoda Edison, bahkan senyumnya terlihat sempurna.

Sedangkan Edison merasa ada sesuatu yang menyelinap nyeri ke hatinya. Andai gadis itu tau kenangan apa yang ada di sana, mungkin dia akan histeris. Dan bukan senyuman yang akan Edison lihat sekarang, melainkan tangisan darah.

"Jika kamu sudah selesai dan keadaan mu membaik, ayo kembali ke dalam." Edison mengatakan itu kemudian masuk lebih dulu.

Selena melihat Edison begitu saja. "Dasar, baru saja dia terasa hangat sekarang sudah menjadi es batu lagi." lirihnya sembari mengikuti langkah Edison.

Suasana dingin dari sipat laki-laki itu mulai terasa lagi.