Medina mendorong trolinya menuju ke tempat buah dan sayur di salah satu Mall. Sebenarnya baru beberapa bulan ini Medina suka masak sendiri, bulan-bulan sebelumnya Medina lebih suka jajan diluar karena masih disibukan dengan tugas-tugas perkuliahannya seperti praktikum yang hampir tiap hari serta tumpukan deadline lapraknya, sebelumnya ia juga sempat mengikuti beberapa lomba-lomba diluar kampus.
Entah firasat atau bukan akhir-akhir sebelum meninggal, Mama Alda sering menyuruh Medina dan juga Almira untuk belajar memasak sendiri.
Sekarang Medina juga tidak mau merepotkan Tante Rita yang selalu memasakkan makanan untuknya dan juga Almira.
Medina mengambil beberapa sayur dan buah yang menjadi favoritnya seperti bayam, wortel, kangkung, tomat, apel, dan lain sebagainya. Setelah dirasa cukup, Medina mendorong trolinya kearah tempat makanan ringan dan softdrink sebenarnya dia tidak suka dengan softdrink namun terkadang ia juga memerlukannya untuk sekedar teman ketika mengerjakan tugas sampai larut malam.
Ketika dirinya sampai ditempat makanan ringan, matanya tidak sengaja melihat Snack kentang yang membuatnya justru langsung teringat sang Kakak, Almira.
"Ini Snack kesukaan Kak Almira," ucapnya dalam hati.
Medina segera mengambil Snack itu dan ia juga mencari beberapa makanan ringan yang lain yang bisa menemaninya mengerjakan tugas yang terkadang selesai hingga larut malam.
Setelah membayar seluruh belanjanya, Medina menuju ke basement. Ia menenteng tas plastik belanjaannya dengan susah payah, bulan ini ia belanja cukup banyak karena kuliahnya hanya diliputi oleh UAS dan tentamen sebenarnya biasanya yang bertugas belanja bulanan seperti ini adalah Almira namun karena kondisi sang Kakak masih belum mungkin jadinya Medina turun tangan dan menggantikan posisi Almira mulai dari belanja hingga memasak.
Ketika Medina hendak bejalan kearah taksi online yang dipesannya tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menabraknya dari arah belakang.
"Eh sorry-sorry. Saya enggak sengaja," ucap laki-laki itu sambil membantu Medina mengambil belanjaan yang tercecer kedalam tas plastik.
"Iya enggak apa-apa kok kayaknya Mas juga lagi buru-buru," jawab Medina tulus.
Namun saat selesai membereskan belanjaannya yang tercecer, Medina langsung terkejut bukan kepalang karena laki-laki yang menabraknya adalah Agya. Sepertinya Agya tidak menyadari juga jika perempuan yang ia tabrak adalah Medina, adik Almira.
"Kamu?" ucap Medina
"M-medina?" Jawab Agya.
Medina langsung memutarkan bola matanya dengan sempurna.
"Kebetulan banget kita ketemu disini, Medina."
"Kebetulan? Apa maksudnya ya Kak?"
"Aku mau minta maaf sama kamu dan Almira."
"Minta maaf?"
"Aku cuma mau minta tolong sama Kak Agya supaya jangan pernah temuin Kak Almira lagi!" tandas Medina yang tidak ingin Kakaknya kembali merasakan patah hati lagi.
"Tapi-" belum selesai berbicara Medina langsung masuk kedalam mobil dan meninggalkan Agya.
Agya hanya dapat melihat mobil yang ditumpangi oleh Medina pergi. Hatinya begitu penuh sesal. Hatinya masih untuk Almira, perempuan yang bertahun-tahun mengisi hatinya.
"Almira, aku akan dapetin kamu lagi!" serunya dalam hati.
Entah apa maksud dan tujuan yang membuat Agya kembali mengejar perempuan yang sudah ia hancurkan hidupnya itu. Bahkan saat ini Agya lebih berambisi dan seperti orang yang terobsesi pada Almira. Namun saat ini ia masih belum berani untuk menemui Almira di rumahnya.
"Suatu saat nanti kita akan bersama lagi Mira, aku masih sangat mencintai kamu dan aku akan perjuangkan cinta aku sama kamu," gumamnya.
Sementara itu di Weekend kali ini Almira hanya menghabiskan waktunya di kamar dan ia bingung harus kemana dan bagaimana untuk menjernihkan pikirannya sebelum esok hari ia harus berkutat lagi dengan berbagai macam pekerjaan yang diberikan oleh Perusahaan.
"Medina kemana ya? Biasanya dia kalau belanja bulanan itu cepet pulangnya tapi kenapa sekarang dia lama ya? Seharusnya dia udah pulang. Duh, jadi khawatir deh takutnya dia kenapa-kenapa," keluh Almira sambil bangun dari tempat duduknya.
"Biasanya kalau Weekend kayak gini dulu itu aku selalu pergi ke luar bareng Agya. Tapi, sekarang. Udahlah Almira jangan diungkit-ungkit lagi," batinnya yang masih teringat tentang kenangan-kenangan bersama dengan mantan kekasihnya itu.
Tidak mudah memang melupakan kenangan-kenangan manis yang sudah terukir selama bertahun-tahun dengan seseorang yang dicintai tapi kenyataannya memang pahit, mereka berdua harus berpisah sebelum mengucap janji suci.
Sampai saat ini Almira masih belum mengerti dengan alasan mengapa mantan kekasihnya itu memutuskan hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun, apa yang ada dipikirannya hingga ia tega meninggalnya. "Aku masih enggak nyangka kamu bisa perlakukan aku seperti ini, Agya. Dulu kamu yang selalu buat aku bahagia dan selalu menghibur aku disaat aku sedih tapi sekarang justru kamu yang memberikan luka yang sangat hebat dalam hati aku," gumamnya dengan rasa kecewa yang begitu mendalam.
Hal yang membuatnya merasa sangat sakit adalah saat dimana Agya membatalkan hubungan disaat pernikahan mereka akan segera dilaksanakan. "Kalau kamu enggak niat menikahi aku kenapa kamu enggak putuskan aku sebelum hubungan kita naik ke jenjang yang lebih serius," batinnya lagi merasa menyesal.
Terkadang rasa rindu itu muncul namun Almira segera menarik nafasnya supaya ia tidak merindukan laki-laki itu lagi. Sudah cukup sampai disini laki-laki itu menyakiti hatinya jangan sampai ia jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Sekarang, Almira juga yakin jika ia akan mendapatkan sosok laki-laki yang mencintai dirinya dengan tulus. "Aku yakin bisa mendapatkan sosok cowok yang bener-bener mencintai aku dengan tulus," ucapnya.
Padahal sejujurnya sekarang Almira masih trauma dengan laki-laki meskipun ia yakin jika diluar sana masih banyak laki-laki baik dan mau bertanggung jawab dengan perempuannya. Untuk sekarang ini Almira merasa tidak ingin dekat lagi dengan laki-laki, rasa traumanya cukup besar. Ia tidak ingin lagi berhubungan dengan laki-laki bertahun-tahun namun harus berakhir menyakitkan.
Harapannya sekarang ia bisa melupakan semua bayang-bayang masalalunya yang masih terekam jelas dalam benak pikirannya. Meskipun ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan semuanya namun semua itu tidak mudah dan prosesnya tidak bisa cepat.
Medina yang baru datang dengan membawa banyak belanjaannya langsung tercengang saat melihat Kakaknya tengah melamun. "Kak Almira kayaknya udah jadi kebiasaan deh ngelamun terus," batinnya.
Ia segera menyimpan barang-barang belanjaan yang dibawanya dan ia langsung menghampiri Almira.
"Kak Mira," ucapnya.
Almira langsung tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara sang adik.
"Medina, Kakak itu dari tadi nungguin kamu loh. Kamu kemana aja sih? Biasanya kamu kan kalau belanja itu cepet. Kakak takut kamu kenapa-kenapa tau," jelas Almira langsung mencecar sang adik yang baru datang.
Medina terdiam sebentar. "Kayaknya aku enggak usah cerita sama Kak Almira kalau tadi aku ketemu sama Kak Agya. Nanti yang ada Kak Almira kepikiran lagi dan jadi susah move on," batinnya.
"Medina kamu kok malah diem sih?"
"Enggak kok, Kak. Kaka itu berlebihan banget ya, aku kan emang lama kalau ke Mall kayak enggak tahu aku aja," balas Medina berusaha mencari alasan.
"Sudah sana lebih baik Kakak cek aja semua belanjaan aku takutnya ada yang kurang atau apa," ucap Medina mengalihkan pembicaraan.
Almira langsung bangun dari duduknya. "Oh iya Kakak baru ingat kalau tadi Kakak enggak sempat bilang sama kamu buat beliin Kakak Snack kentang itu loh," kata Almira.
Medina langsung tersenyum lebar. "Kakak tenang aja. Aku beliin tuh snack kentang kesukaan Kakak. Aku kan adik yang baik dan pengertian," ucap Medina memuji dirinya sendiri tapi memang benar begitu kenyataannya ia begitu perhatian dan sangat mencintai saudara perempuannya itu.
"Wah? Beneran?" jawab Almira yang langsung berjalan mendekati kearah belanjaan Medina.