Chereads / Dilema Cinta dan Dendam / Chapter 2 - Harus kuat

Chapter 2 - Harus kuat

Pesta pernikahan sang actor sangat meriah, sang pengantin yang terlihat tampan dan juga Kiraz yang terlihat berbeda dengan riasan wajahnya membuat semua orang berdecak kagum terlebih para fans yang memang sangat menginginkan mereka bersama seperti dalam drama yang sedang mereka lakoni. "Ashraf tersenyumlah sedikit lihatlah kamera di depan sana," pinta Kiraz memaksa Ashraf untuk melihat kamera yang sedang memfoto mereka berdua. Di tengah jepretan kamera lampu Blitz pandangan Ashraf terkunci pada sosok Zoya yang datang bersamaan dengan Rafael dan seakan-akan mereka adalah sepasang kekasih yang sedang hangat-hangatnya berbagi kasih.

"Apa yang kau lihat?" Kiraz mengikuti arah pandangan Ashraf dan melihat wanita yang digandeng oleh Rafael fotografer yang sangat terkenal itu, "Kenapa wanita itu bersamanya apakah dia kekasihnya?" ucap Kiraz tanpa sadar matanya masih fokus kesana hingga tidak sadar jika Ashraf sudah tidak ada di tempatnya.

"Hai, ini pengantin prianya. Kenalkan ini adalah anakku," Abraham dengan sombongnya memperkenalkan Ashraf kepada Rafael dan juga Zoya teriris tentu saja harusnya Abraham tahu jika dia adalah menantu yang sebenarnya. Ashraf memandang tajam pada Zoya membuatnya tak bisa berkutik, Rafael yang menyadari hal tersebut langsung menggenggam tangan Zoya dan memperkenalkannya sebagai istrinya. "Senang bertemu denganmu, sangat sulit untuk bisa bertatap langsung dengan anda yang seorang actor multitalenta dengan segudang prestasi tentunya anda sangat sibuk sekali bukan? Btw selamat atas pernikahannya semoga menjadi pasangan yang berbahagia, kenalkan dia adalah calon istriku Tuan Ashraf."

"Oh jadi ini calon istrimu apa pekerjaannya Tuan Rafael mengingat kau seorang fotografer pasti calonnya tak akan jauh dari dunia yang sedang anda geluti saat ini?" ujar Abraham membuat Rafael semakin tertantang untuk membuat Ashraf kepanasan. "Iya kau benar, dia baru akan mengikuti fashion week di Paris pekan depan," ucap Rafael membuat Zoya gugup namun Rafael semakin menguatkan genggamannya membuatnya tersadar tentang keadaan yang sedang terjadi saat ini.

Ashraf memicingkan kedua matanya mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Rafael membuatnya tak percaya dengan apa yang sedang terjadi dengannya. Semudah itukah Zoya mengambil keputusan dalam hidupnya.

Suasana pesta sangat ramai dan megah karena memang keduanya sama-sama memiliki nama dan juga dari garis keturunan yang jelas, jelas-jelas keturunan orang kaya yang selalu memperkaya diri mereka dengan perjodohan. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Faiz melihat Ashraf yang sudah banyak meminum wine dirinya sudah setengah mabuk. "Aku membencinya Faiz kau tahu kenapa dia dengan mudahnya meninggalkanku seperti ini, aku masih mencintainya...sangat Faiz. Tolong kembalikan dia padaku," cerca Ashraf. Mendengar hal itu tentu saja Faiz yang kesal apa dia orang 'meninggalkanku' yang benar saja justru dialah yang meninggalkan Zoya hanya untuk menuruti perintah orang tuanya yang sialan itu hanya demi kekayaan menjual anaknya dan tak melihat apakah anaknya bahgia bersama dengan wanita pilihannya.

Faiz menoleh ke arah Rafael dan juga Zoya yang datang bersamaan mereka datang dan memperkenalkan diri sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta membuat Ashraf merasa kecewa dengan Zoya padahal dialah orang yang memulai luka untuk Zoya.

"Sebaiknya kau menyudahi meminum alkohol Ashraf kau sudah sangat mabuk jadi jangan mempermalukan dirimu sendiri!" ujar Faiz. "Aku kecewa Faiz bisakah kau memahami perasaanku?" ujar Ashraf.

Faiz hanya memandang kasihan terhadap sahabatnya tersebut.

****

Zoya menatap Ashraf dari jauh kekecewaannya semakin dalam kepada laki-laki yang kini menjadi suami wanita lain, bukankah ini adalah bukti nyata jika dirinya sedang dimadu? Zoya ingin menangisi nasibnya namun apalah daya dia sekarang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja dan tak mungkin jika dia harus berteriak menangisi semuanya.

"Apa kau baik-baik saja Zoya?" tanya Rafael yang memandang wajah Zoya terlihat gurat gelisah di sana. "Ya aku baik-baik saja mungkin hnya butuh istirahat, apa kita sudah akan pulang. Ayolah Rafael kita pulang sekarang!" ajak Zoya pada Rafael dia tak ingin berlama-lama membuat dadanya terasa sesak seperti terhimpit batu besar. Semua telah terjadi lebih baik dia membangun tembok penghalang yang besar agar Ashraf tak lagi datang dan dengan mudahnya memporak porandakan isi hatinya kembali.

"Baiklah ayo kita pulang sekarang." Rafael menggandeng tangan Zoya keluar dari. kerumunan banyak orang padahal pestanya baru akan dimulai nanti satu jam lagi namun Zoya dengan rasa lelahnya sudah ingin pergi dari sana secepatnya.

"Kau tak apa kan? apa kau sakit?" tanya Rafael khawatir dengan keadaan Zoya. "Aku baik-baik saja terima kasih, eh iya bisakah kau antarkan aku ke apartemen aku ingin segera beristirahat di sana." Rafael tidak menjawabnya tapi dia langsung mengambil tindakan untuk segera ke sana.

Begitu sampai di apartemen Zoya segera mengganti pakaiannya dan menghapus sisa make up yang masih menempel di wajahnya. Rafael menarik lapas yang ada di tangan zoya dan segera membersihkannya dengan benar. Zoya terpaku dengan tindakan Rafael, jika. saja Ashraf ada di sini dan melakukan hal yang. sama. sepeti yang dilakukan oleh Rafael, bolehkah Zoya berbangga hati padanya. Namun faktanya, bisa jadi malam ini adalah malam terindah buat mereka berdua melewati malam panjangnya.

"Maukah kau tidur di sini bersama denganku?" tanya Zoya membuat Rafael berdecak kesal padanya. "Kenapa kau memintaku untuk tidur di sini apakah kau masih waras?" tanya Rafael.

"Tentu saja, aku masih dalam kondisi sadar," ucap Zoya. "Aku butuh teman Rafael aku tak ingin menangisi dirinya, aku butuh sandaran dan aku..." Rafael memeluk tubuh Zoya menyandarkan kepalanya di dada bidangnya.

"Apa kau tak takut denganku?" tanya Rafael. "Kenapa harus takut denganmu, memangnya siapa kau? kita sama-sama makan nasi bukan?" ucap Zoya.

Mendengar lelucon Zoya terang saja membuat Rafael terkekeh seketika. "Zoya kau lupa aku adalah laki-laki normal dan kau adalah seorang wanita cantik aku tak ingin lepas kendali kau tahu itu, meskipun kau telah terikat tapi kau jangan lupa jika saat ini hatimu sedang terluka bisa saja kau melepaskan kekesalannya padaku, memang bagiku tak masalah jika kau mau melakukannya denganku bukankah aku juga tidak kalah tampan dengan suami kamu Ashraf?" seketika tawa Zoya meledak mendengar penuturan Rafael memang ada benarnya apa yang dikatakan olehnya, namun apakah dia akan begitu rendahnya sehingga mau melakukan itu pada Rafael.

"Aku akan menemanimu kau tidurlah, aku akan tidur di kamar sebelah tapi untuk saat ini aku ingin menonton tv terlebih dahulu," ujar Rafael. "Bolehkah aku ikut denganmu?"

"Kau harus istirahat Zoya, menurutlah atau jika tidak aku akan pulang," ancam Rafael.

"Baiklah aku akan tidur sekarang, night rafael." Zoya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, hingga terdengar dengkuran halus pertanda Zoya telah tertidur Rafael baru keluar kamarnya Zoya dan menyalakan tv plasma 21'

Zoya terbangun dari tidurnya rasa haus menyerangnya membuatnya mau tidak mau harus ke dapur mengambil air, tapi ternyata tv nya masih dalam keadaan menyala dan tersangkanya tertidur dengan posisi yang tak enak di pandang. Diambilnya selimut dan ditutupnya dada bidang Rafael yang terlihat menggoda di mata Zoya namun baru saja akan beranjak pergi tangannya ditarik oleh Rafael hingga tubuhnya jatuh menimpa Rafael membuat mereka berdua saling memandang satu sama lain. "Apa yang kau lakukan?" pekik Zoya.