Chereads / Dilema Cinta dan Dendam / Chapter 5 - Selalu berdua

Chapter 5 - Selalu berdua

"Kita sudah sampai, ini adalah apartemen baru kita di sini. Kita akan memulainya bersama di sini Zoya," seru Rafael yang membuat Zoya terkekeh mendengarnya bagaimanapun dia bahagia karena ada Rafael yang akan selalu membantu dirinya nanti.

Zoya berharap jalan yang dipilihnya adalah salah satu cara untuk membuktikan jika dirinya juga bisa melakukan sesuatu yang bisa dibanggakan bahkan dilihat oleh banyak orang nantinya.

"Besok kita ke agency karena itu lebih baik kita istirahat terlebih dulu kau juga lelah bukan seharian ini bolak-balik?" seru Rafael dan Zoya pun mengangguk bergegas masuk ke kamarnya. Rafael hanya tersenyum tipis melihat Zoya pergi meninggalkannya bagaimanapun Zoya telah membuatnya menjadi seorang yang lebih baik daripada sebelumnya. Zoya adalah penyemangat hidupnya. Sayangnya Rafael memendam semua yang dia rasakan dan tak pernah memberitahukan pada Zoya.

"Terima kasih atas semua pertolongannya tanpamu aku tidak mungkin bisa berbuat apapun untuk membalas sakit hati ini."

"Percayalah padaku aku akan dengan senang hati mensupport setiap ide-ide yang kau lakukan nanti karena aku tidak ingin kau terpuruk terlalu dalam. Buktikan pada semua orang jika kau bisa lebih baik dari mereka." Rafael mengacak rambut Zoya gemas dengan wajah memelas yang saat ini terlihat jelas di sana, andai saja Zoya tahu jika ternyata dia mencintainya apakah Zoya akan membalasnya?

"Aku ke kamarku dulu segeralah istirahat oke!"

Zoya menatap Rafael sesaat sebelum akhirnya menutup pintu kamarnya, di balik pintu Zoya menyandarkan punggungnya. Dia masih belum percaya dengan apa yang baru saja menimpanya apakah ini semua mimpi tapi terasa begitu nyata untuknya.

Pagi harinya Zoya sudah tampak rapi dengan balutan setelan blouse dan celana panjang yang sedikit longgar dia tak ingin terlalu mengekspos bentuk tubuhnya hanya untuk mendapatkan kontrak dengan perusahaan tersebut.

"Pagi, kau sudah bangun dan sudah cantik sedangkan aku?" Rafael memandangi dirinya sendiri yang masih bau bantal dan hanya dengan memakai celana boxer saja.

"Kau bilang jam delapan sudah harus siap kau lihat sekarang jam berapa?" seru Zoya menunjuk jam dinding di depannya.

Rafael terkekeh melihat jam delapan hanya kurang sepuluh menit saja semalam di tak dapat memejamkan mata karena memikirkan perasaanya sendiri.

"Maafkan aku, baiklah aku akan bersiap sekarang." Rafael segera meninggalkan sahabatnya di ruang makan. Zoya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu.

Rafael dan Zoya pergi ke kantor agency untuk melakukan wawancara. Awalnya Zoya ragu tapi Rafael mendukung sepenuhnya membuat Zoya semakin yakin dan bersemangat.

"Kau tidak boleh mundur Zoya, sudah sejauh ini kau melangkah maka kau harus menghadapinya. Aku akan selalu mendukungmu kau faham!" Seruan itu tentu saja membuat Zoya memiliki kekuatan untuk maju dan bagaimanapun dia akan tetap melangkah apapun yang terjadi dia tak ingin menyia-nyiakan dukungan yang diberikan oleh sahabatnya itu. Terlebih dia ingin menunjukkan pada dunia apalagi keluarganya Ashraf jika dia mampu bahagia meskipun tak bisa bersama dengannya.

Zoya melangkah percaya diri masuk ke ruangan direktur utama Azzura models Paris Internasional.

Zoya pun memperkenalkan dirinya sendiri pada Mr. Edward pemilik agency yang cukup tampan buat ukuran seorang laki-laki.

"Apa yang membawamu ke sini Nona Zoya?" seru Edward.

"Aku hanya ingin mengembangkan karier Mr. karena sebelumnya aku pernah ikut ajang top models tapi tidak sampai selesai karena harus menikah. Tapi sekarang saya ingin melanjutkan kembali karir yang sempat tertunda kemarin."

Mr. Edward pun menatap tajam pada Zoya. "Kau yakin dengan itu?" ucap Mr. Edward dia masih tidak percaya jika wanita yang ada di depannya pernah menikah karena memang tidak terlihat sama sekali jika dia adalah seorang janda.

"Baiklah karena aku mengenal Rafael dengan baik aku menerimamu dengan tangan terbuka. Nanti akan aku akan berikan surat kontrak kerja yang harus kau tanda tangani. Jika ada sesuatu kau bisa menanyakannya pada Rafael."

"Baiklah terima kasih banyak Mr."

"Kau boleh pulang sekarang atau jika kau berminat untuk berkeliling studio ini silakan saja kau bisa mengajak Rafael agar dia menjelaskan semuanya."

"Terima kasih kalau begitu aku permisi dulu. Sampai jumpa!" Zoya pun keluar dan melihat Rafael sedang berbicara dengan seorang wanita. Rafael pun melambaikan tangannya dan Zoya pun mengangguk mengiyakan permintaannya untuk segera menghampirinya. "Kenalkan dia adalah sahabatku di sini namanya Angel, Angel dia adalah sahabatku namanya Zoya," ucap Rafael pada Angel. "Oh senang berkenalan denganmu dia sudah banyak menceritakan dirimu padaku congratulation karena Rafael mau mengajakmu karena memang tidak semua wanita dia bawa kemari."

"Oh benarkah?" Jadi aku wanita paling beruntung di dunia ini bukankah begitu Rafael," ujar Zoya menggoda dirinya. Rafael pun hanya dapat tersipu mendengar penuturan dari Zoya.

"Bagaimana dengan interviewnya apakah semua berjalan lancar?" seru Angel.

"Tentu saja iya, semua berkat dia bahkan aku tidak ditanyai apapun, bukankah itu namanya curang apakah dengan yang lain juga begitu?" seru Zoya.

"Benarkah? Wah jika begitu besok jika aku mengajak sahabatku aku akan bilang jika dia yang membawaku ke sini agar tanpa seleksi lagi langsung diterima," ujar Angel seraya menunjuk pada Rafael.

"Kau benar, aku sendiri tidak menyangka aku pikir aku bakal ditanyai macam-macam tapi ternyata ya begitulah akhirnya aku nyerah deh hanya seperti itu syukur berkat dia aku terbantu sekali," ujar Zoya melirik pada Rafael yang mulai merasa tak nyaman.

"Kami pergi dulu Angela, next time kita ketemu aku akan mentraktirnya bagaimana?" seru Rafael.

"Baiklah, senang berkenalan dengannya sampai jumpa." Rafael segera menarik tangan Zoya keluar Angela hanya dapat menatapnya dari jauh bagaimana pun dia masih belum bisa menerima jika ternyata dia memiliki saingan yang cukup berat, secara Zoya adalah wanita yang tidak hanya cantik tapi dilihat inner beauty-nya terlihat sangat indah dan menarik bagi siapapun yang melihatnya.

"Kenapa kau tampak tak suka padanya Rafael?" ujar Zoya dalam perjalanan pulang ke apartemen.

"Aku memang tidak menyukai dia dari awal Zoya, dia sangat menyebalkan asal kau tahu. Aku sama sekali tak tertarik padanya tapi dia seolah-olah ingin menguasai diriku tentu saja aku ingin marah padanya bukankah itu sangat lucu. Dia bukan model yang aku rekrut dan aku juga jarang bertemu dengannya tapi kapan hari dia datang ke apartemen dan memintaku untuk berhubungan layaknya suami istri bukankah itu gila."

Zoya pun terkekeh mendengarnya. "Kenapa kau justru menertawakan diriku kau pikir apa itu sesuatu yang lucu dan bisa dijadikan lelucon?"

"Maafkan aku Rafael, aku tidak sedang menertawakan dirimu tapi sungguh kau memang konyol kenapa kau tidak mau menerimanya bukankah dia juga cantik dan juga sexy," ujar Zoya.

"Tidak karena dalam hatiku sudah terisi seseorang yang memang dari dulu aku sukai," seru Rafael.

"Benarkah siapa dia? Jangan buat aku jadi penasaran?" seru Zoya.

"Dia adalah kamu, ya kamulah orangnya."