Nian dan Hana pun akhirnya sampai di Negara Chi, mereka keluar dari bandara dengan kacamata hitam dan juga gaya yang keren, bahkan sampai membuat orang-orang yang melihatnya takjub akan kecantikan dan gaya mereka.
"Mami, apa Negara Chi ini sangat berbeda dengan Negara Ameri?" ucap Hana sembari melihat sekitar.
"Ya, beginilah kampung halaman Mami."
Tak ada yang berubah sejak 11 tahun yang lalu.
"Mami, apa kita bisa menemukan ayah di sini? Mami bilang, kalau ayah adalah orang dari Negara Chi, bukan?"
"Itu memang benar tapi…."
Negara Chi adalah Negara yang sangat luas, untuk menemukan pria yang bersamaku pada malam itu, mungkin sedikit mustahil. Aku bahkan tak bisa mengingat dengan jelas wajah pria yang tidur denganku malam itu. Itu karena keusilan guru yang menjebakku untuk tidur dengan pria itu, mengatakan kalau, 'dia adalah takdirmu'. Sungguh konyol. Tapi meski begitu, aku tidak begitu menyesal, karena berkat kejadian itu, aku jadi bisa memiliki anggota keluargaku sendiri, yaitu Hana.
"Hana tak perlu khawatir, meskipun ayahmu tak ada, Mami pasti bisa menghidupimu dengan layak. Lagi pula, kita tidak usah berharap pada laki-laki tak bertanggung jawab seperti ayahmu, mengerti?"
Tak ada jawaban. Sontak, Nian langsung melihat ke sana sini mencari Hana yang tiba-tiba menghilang dari sisinya.
"Hana…?"
Dalam sekejap, Hana sudah menghilang dari pandangan Nian, namun itu adalah hal biasa, Nian sudah tak khawatir lagi.
….
Seorang pria tampan dan elegan, baru saja turun dari pesawat pribadinya. "Tuan Zeran, mobil anda telah siap," ucap sekretarisnya yang datang menjemputnya.
"Bagus." Dia pun berjalan bersama sekretarisnya ke arah mobil mewah miliknya. Namun, betapa terkejut dirinya dan juga sekretarisnya ketika melihat seorang anak kecil sedang duduk sembari menatap keluar jendela, duduk dengan kaki menyilang dan mengenakan kaca mata hitam layaknya seorang bos mafia.
Pria tampan itu hanya memandang kejadian unik itu dengan wajah bodohnya. Siapa anak kecil ini?
Anak kecil itu perlahan memutar kepalanya ke arah laki-laki tampan itu dan berkata, "Hay Paman tampan, aku telah menunggumu," ucapnya dengan nada keren.
"Hmm, siapa kau nak, dan bagaimana caranya kau masuk?" tanya sekretaris pria tampan itu.
"Sistem keamanan mobilmu mudah sekali dibobol, mungkin kau harus meningkatkan firewallnya nanti," ucap anak kecil itu masih mencoba terlihat keren.
Siapa anak ini, dia bahkan bisa membobol firewall yang diciptakan oleh Tuan Muda. Sekretaris Bob terlihat bingung dan takjub secara bersamaan.
Zeran tersenyum melihat kepintaran anak itu, dia lalu duduk di samping anak itu sembari mengelus-ngelus kepalanya pelan. "Kau sangat pintar, siapa namamu?"
"Seung Hana, gadis paling pintar dan cerdik yang pernah ada," jawab Hana bersemangat.
"Seung …" Zeran terlihat mengandai-andai mendengar nama itu, "Ngomong-ngomong, bisakah kau beritahu Paman, kenapa kau ada di sini, dan bagaimana caranya kau masuk?"
"Aku ke sini karena kupikir akan ada barang mewah di dalam sini, tapi ternyata … di dalam sini hanya ada beberapa berkas yang tak penting."
Anak ini, masih kecil tapi mata duitan. Keluh Bob dalam hati.
Namun Zeran hanya tersenyum manis mendengar jawaban lucu Hana itu. "Lalu, cara kau masuk?"
Hana sedikit ragu menceritakannya, namun karena melihat wajah Zeran yang tampan dan baik itu, Hana merasa sedikit keakraban dengan Zeran, meskipun itu adalah pertemuan pertama mereka. Dia lalu menunjukan gelangnya pada Zeran. "Ini adalah jam tangan buatan Ibu, dengan ini, aku bisa masuk ke tempat manapun yang aku mau."
Sontak, Zeran terkejut dengan hal itu, dia langsung menutupi tangan Hana dengan jaketnya. Ini kan, teknologi tingkat Dewa, kenapa bisa ada di tangan anak ini?
Zeran lalu memandang Hana dengan tatapan serius dan berkata, "Hana, dengarkan Paman, jangan pernah beritahu orang lain tentang jam tanganmu, oke? Jangan pernah."
Hana sempat terlihat sedikit murung, namun dia langsung menjawabnya dengan punuh semangat, "Baik Paman !"
Zeran segera tersenyum dan kembali mengelus kepala Hana dengan lembut. "Tangan Paman, terasa nyaman. Apakah mungkin, Paman adalah ayahku?" tanya Hana tiba-tiba.
"Ayahmu?"
Tak berapa lama, Nian muncul berlari kecil ke mobil Zeran. "Hana !"
"Mami !" ucap Hana terlihat gembira melihat maminya datang, namun, tak hanya Hana yang merasa gembira, melainkan Zeran juga terpesona melihat gadis cantik berambut coklat berlari kecil ke arahnya sampai-sampai membuatnya terdiam takjub.
"Hana, Mami kan sudah bilang untuk tak menaiki mobil orang asing lagi."
"Maafkan aku Mami."
"Maafkan kelakuan putriku," ucap Nian sedikit menunduk minta maaf kepada Zeran.
Zeran yang sempat terdiam, langsung disadarkan oleh kata-kata Nian tersebut. Dia mencoba mendekati Nian namun Nian malah menjauh darinya, "Ah, tak apa, dia anak yang baik," ucap Zeran tersenyum.
Kenapa dia menjauh, apa aku sebau itu? Keluh Zeran dalam hatinya.
Hana lalu menarik tangan Zeran dan membisikan di telinganya, "Jangan khawatir. Mamiku memiliki fobia terhadap laki-laki, jadi dia selalu seperti itu."
Jadi begitu ya ....
"Ayo Hana, kita harus pergi."
"Baik Mami." Hana langsung turun dari mobil dan pergi ke sisi ibunya.
Sungguh sangat jarang melihat Hana akrab dengan orang lain. Terlebih, setiap kali ada orang yang mendekati Hana, orang itu selalu kehilangan sesuatu di kantongnya, namun kali ini … sepertinya Hana tak mengambil apapun. Nian terlihat sedikit bingung.
"Kalau begitu, kami permisi dulu." Nian dan Hana hendak pergi, namun, tiba-tiba saja, Zeran bangun dan langsung menarik tangan Nian, hingga membuat Nian pun kehilangan keseimbangan dan terjatuh di dada Zeran. Momen pun seakan terhenti, daun-daun yang berguguran seakan menghiasi momen indah itu. Nian yang menatap wajah Zeran dari dekat, mulai sedikit memerah karena memandang wajah tampan Zeran, begitu juga sebaliknya, momen ini membuat mereka mematung selama beberapa menit, dan setelah mereka sadar kalau posisi mereka itu sedikit memalukan, Nian langsung mendorong mundur Zeran dan menggosok tangannya berulang kali dengan sapu tangannya seakan-akan jijik dengan Zeran.
Sepertinya, Fobianya cukup parah. Zeran tersenyum maklum.
Apa yang kulakukan!? Kenapa aku bisa terpesona dengan pria sialan ini!? dan kenapa, aku tak merasa mual saat di sentuh olehnya? Teriak Nian dalam hatinya.
Zeran mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menyembunyikan wajah tersipunya.
"Ehm, bagaimana kalau kita makan siang sebentar sebagai permintaan maafku?" ucap Zeran.
Nian mencoba sangat keras untuk menghapus wajah malunya dengan menutup mulutnya seolah sedang batuk.
"Ehm, kurasa itu tidak perlu, kau tak melakukan kesalahan apapun, kami permisi dulu," ucap Nian sinis terhadap Zeran, dia kesal dengan perlakuan Zeran tadi, bahkan dia langsung menarik tangan Hana untuk pergi meninggalkan Zeran tanpa berkata apa-apa lagi.
Melihat Nian pergi, kali ini Zeran tak melakukan apa-apa, selain tersenyum memandang sosok Nian dari belakang.
"Tuan, apakah anda ingin saya untuk menyelidiki wanita tadi?" ucap Bob.
Sepertinya, Tuan Muda sangat tertarik dengan wanita tadi, jarang-jarang dia tertarik dengan urusan wanita. Gumam Bob dalam hatinya.
"Tak perlu, karena aku yakin. Kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zeran tersenyum lalu segera pergi.
….
Di sisi lain.
"Mami, kenapa kita tidak ikut dengan Paman tadi saja, dia terlihat seperti orang baik," keluh Hana.
"Jangan pernah percaya dengan omongan pria sepertinya," jawab Nian sembari melihat ke kartu nama yang baru saja dia curi dari kantong Zeran.
Zeran … President dari Avenging Group. Setahuku, Avenging Group adalah sebuah Perusahaan hantu, perusahaan yang tidak memiliki keberadaan di dunia bawah, hanya nama dan kekayaannya saja yang ada. Reputasi mereka cukup besar di dunia bawah, dan di dunia atas ternyata hanya perusahaan entertaintment. Aku tak menyangka, akan bertemu dengannya secepat ini, aku masih memiliki urusan dengannya nanti.
"Mami, apakah … tidak ada cara lain agar kita bisa bertemu dengan ayah di sini?" ucap Hana murung.
Sepertinya, Hana sangat merindukan sosok ayah… tapi….
"Hana, Negara ini sangat luas, akan sangat sulit untuk menemukan ayahmu."
"Apa mungkin, Paman tadi adalah ayahku, Mami?" tatap Hana ke arah Maminya dengan tatapan penuh harap.
"Itu tidak mungkin, seingat Mami, ayahmu adalah orang yang lemah lembut, bukan pria kasar seperti orang tadi, jadi lupakan orang tadi, mengerti?"
Sepertinya Hana mulai melihat sosok ayah pada orang tadi … Hana, maafkan Mami karena tidak bisa memberikanmu sosok seorang ayah, kau tahu kan, Mami akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia.