Zahra melirik ibu mertuanya, lirikan itu membuat wanita paruh baya tersebut semakin ketakutan. Bukan hanya rasa takut yang ada di dalam hati wanita tersebut tetapi juga rasa marah dan benci. Dia bersumpah akan membuat wanita itu takluk di hadapannya. Devi merasa heran dengan sikap yang ditunjukkan oleh Zahra. Seharusnya ancaman dan juga siksaan yang dilakukan oleh wanita paruh baya itu membuat Zahra merasa ketakutan. Tetapi yang terjadi di hadapannya justru sebaliknya.
"Apa yang ingin kamu minta?" tanya Arsyad.
"Bolehkah saya melanjutkan sekolah saya?" pertanyaan itu benar-benar menggemparkan. Zahra mencoba memberanikan diri agar dia bisa merasa sedikit terbebas dari cengkraman rumah yang mengerikan itu. Namun wanita itu yakin bahwa permintaannya tidak akan mudah dituruti. Devi dan juga Arya bahkan tidak percaya dengan permintaan yang baru saja mereka dengar. Mereka benar-benar merasa heran melihat Zahra yang memiliki keberanian luar biasa.
Arsyad tampak terdiam mendengar permintaan dari Zahra. Di keluarganya seorang wanita hanya bisa terdiam diri di rumah saja. Dia tidak bisa membiarkan Zahra melanjutkan sekolahnya karena itu berarti bahwa Zahra akan menghadapi kehidupan lain. Tetapi Arsyad juga tidak mau terlalu mengurung wanita itu. Dia melanjutkan sarapannya seraya terus berpikir keputusan apa yang pantas diberikan kepada menantunya.
Semua orang menunggu dalam keheningan. Semua orang menantikan jawaban yang akan diberikan oleh pria paruh baya itu. Meski mereka tetap menikmati makanan itu tetap pikiran mereka terbang menuju tempat yang berbeda.
Zahra juga berdiam diri saja. Menatap wajah pria paruh baya yang ada di hadapannya. Menunggu jawaban yang akan diberikan oleh pria itu. Dia berharap jawaban yang diberikan oleh pria tersebut bisa membuat hatinya merasa tenang. Atau setidaknya dia bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.
Di dalam hati Zahra terus berdoa, melantunkan ayat-ayat yang bisa mendukung doanya bersalah diri kepada tuhan yang maha mem bolak-balik kan hati manusia. Karena hanya kepada tuhan yang maha esa seorang manusia bisa menyerahkan dirinya dan memohon pertolongan.
"Baiklah!" setelah lama mereka dalam keadaan diam barulah pria karang baya itu memberikan jawabannya. Tetapi jawaban itu benar-benar mengejutkan. Tidak ada yang percaya dengan jawaban yang baru saja mereka dengar bersama. Bagaimana mungkin pria para baya itu bisa mengijinkan wanita tersebut untuk melanjutkan studinya. Devi bahkan melotot karena tak percaya.
"Pa?" panggil Devi mencoba membujuk sang suami untuk mengubah keputusannya.
"Papa sudah memutuskan. Kamu boleh melanjutkan studimu!" jawaban itu menjadi penguat dari jawaban sebelumnya yang disampaikan oleh pria paruh baya itu. Meski pesimis dengan hasilnya tetapi Zahra merasa bersyukur karena akhirnya keinginannya dikabulkan oleh sang ayah mertua. Arya bahkan tidak berkutik mendengar jawaban itu. Meski jawaban itu tidak masuk akal tetapi siapa yang bisa mendownload keputusan ayahnya.
"Arya, tolong bantu istrimu untuk mendapatkan sekolah yang terbaik. Atur apa yang paling dibutuhkan nya." pria baru baya itu memberikan perintah kepada putranya. Pemuda tampan itu ingin menolak tetapi dia tak memiliki kemampuan. Dia pun hanya mengangguk mengiyakan perintah dari ayahnya.
"Tunggulah di rumah. Aku akan mencari sekolah terbaik untukmu!" pria tampan itu berkata kepada istrinya. Zahra ingin melakukan protes, dia ingin agar dirinya sendiri yang mencari sekolah untuk dirinya. Tetapi melihat keadaan yang begitu tegang membuat wanita itu mengurungkan niatnya. Wanita itu tidak bisa membuat keadaan semakin bertambah sulit. Mendapatkan izin untuk sekolah di luar saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa. Zahra harus bisa menerima semuanya dengan sepenuh hati.
Sarapan itu berakhir dengan perasaan tidak nyaman dari seluruh anggota keluarga. Devi dan Sinta merasa marah dan cemburu kepada Zahra yang telah mendapatkan izin dari pria paruh baya itu. Setelah selesai sarapan Arsyad dan Arya meninggalkan rumah untuk berangkat ke kantor.
Setelah kedua pria itu pergi wanita paruh baya yang merupakan ibu mertua dari zahra mulai menunjukkan wajah aslinya. Dia mendorong tubuh Zahra hingga wanita itu tersungkur di lantai. Zahra kembali merasa kesakitan.
"Dasar wanita tidak tahu diri! Dasar wanita tidak punya otak! Dasar wanita tidak tahu di untung! Seharusnya kamu bersyukur karena keluarga kami masih menerima kamu bahkan menikahkan kamu dengan putra kami. Bukannya berterima kasih kamu malah melunjak!" wanita itu meletakkan kedua tangan di pinggangnya. Kemarahan yang ada di dalam dirinya bahkan membuat pipinya menjadi merah. Zahra hanya bisa diam tak ingin bertengkar menambah keributan dengan wanita itu.
"Ayo ikut denganku!" pajak wanita paruh baya tersebut. Zahra berusaha bangkit untuk berdiri. Tubuhnya terasa sakit akibat dorongan wanita itu. Tetapi dia tidak akan bisa membantah keinginan wanita itu. Dengan berat hati Zahra melangkahkan kakinya yang berat dan menahan rasa sakit yang ada di tubuhnya. Dia juga tidak mengerti sampai kapan dia kan mendapatkan siksaan ini. Tetapi kini dia telah menjadi wanita yang lebih kuat daripada kemarin. Zahra sudah menemukan motivasi mengapa dia harus bertahan disana.
"Kerjakan pekerjaanmu! Aku tidak peduli dengan sekolah ataupun pendidikan mu. Kamu bisa meninggalkan rumah jika kamu sudah menyelesaikan pekerjaan atau kamu harus menyelesaikannya setelah pulang. Apakah kamu mengerti!" Zahra mengangguk.
"Dasar wanita miskin yang tidak tahu diri!" sebuah ember besar terbang menimpa tubuh Zahra, ketika wanita itu ingin melakukan pekerjaannya. Zahra terkejut mendapatkan pukulan dari arah yang tidak disangka. Ibu mertuanya masih marah kepada wanita itu. Saat itulah dia menendang sesuatu yang ada di hadapannya untuk menyakiti Zahra.
Zahra menoleh ibu mertuanya. Dia ingin bertanya mengapa wanita itu memperlakukan nya dengan sangat kejam tetapi melihat kedua mata wanita paruh baya tersebut dia pun mengurungkan niatnya. Biarlah dia mendapatkan siksaan. Biarlah dia menderita. Jika memang sudah waktunya tiba dan malaikat maut sudah datang menghampiri dirinya maka selesailah semua penderitaan nya. Namun sebelum semua itu terjadi dia kan berusaha berjuang sekuat tenaga. Dia kan mengumpulkan kemampuan yang dia miliki untuk bisa menemukan kebenaran tentang pada orang tuanya karena hanya itu harapannya saat ini.
Wanita paruh baya itu masih tidak merasa puas. Dia mengambil sumber air kemudian menumpahkan jadi atas kepala Zahra. Setelah puas membuat menantunya menderita barulah dia pergi meninggalkan ruangan tersebut. Meninggalkan zahra yang menangis. Air mata wanita itu bercampur dengan air tumpahan yang diberikan oleh sang ibu mertua. Selanjutnya dia mulai bekerja kembali melakukan tugasnya sebelum wanita itu kembali marah kepada dirinya.
***
Pada malam hari Arya kembali tertegun melihat wanita yang kini berbaring lemah di atas ranjang nya. Rasa penasaran di dalam hatinya semakin bertambah. Luka yang ada di tubuh wanita itu juga ikut bertambah. Apakah sebenarnya yang terjadi kepada wanita tersebut?