"Aku mungkin akan memberi ide pada pamanku untuk membuka kedai kopi. Aku ingin memperluas perusahaan pamanku. Aku yakin sekali dia akan setuju dengan ideku ini," kata Ello.
Risti mengangguk. "Baguslah kalau begitu. Kamu harus mengejar apa yang menjadi cita-citamu. Dengan begitu, kamu tidak lagi terlarut dalam kesedihanmu. Tenang saja, suatu hari nanti kamu akan menertawakan dirimu yang lama. Mana mungkin kamu jatuh cinta pada saudara tirimu sendiri, ya kan?"
Ello terkekeh. "Ya, kamu benar."
Tak berapa lama kemudian, pesanan makanan mereka sudah datang. Ello terkesima melihat iga bakar yang mengepulkan asap dan aromanya begitu gurih dan nikmat. Ia mencabut daging iga yang empuk dan mudah dilepas tanpa perlawanan. Risti pun menyantap pastanya dengan lahap.
"Hmmm, enak sekali," ujar Ello sambil mengunyah.
Risti tersenyum. "Ah, syukurlah. Aku senang bisa melihatmu makan dengan lahap."