Sekujur tubuh Cielo merinding. Ia membayangkan sang pemilik tangan itu adalah Ello. Dari aroma tubuhnya, sepertinya ada yang berbeda. Cielo tidak berani segera menoleh karena ia takut kekecewaan melandanya begitu ia tahu siapa orang yang ada di sebelahnya.
Cielo masih menatap tangan yang merangkul bahunya dan tahu sebentar lagi ia akan menghadapi kesedihannya.
"Acara ini memang selalu menguras air mata para wanita. Sudahlah, tidak perlu bersedih. Bagaimana kalau kita keluar saja ke depan? Ada yang menarik untuk dilihat."
Cielo mendesah. "Lepaskan tanganmu, Justin," ucapnya tegas sambil berbisik.
"Oh, maaf. Apa kamu tidak suka aku merangkulmu seperti itu?"
"Tidak."
Justin terkekeh pelan. "Maafkan aku. Aku pikir, kita akan menjadi suami istri nanti. Tidak ada salahnya untuk berlatih sejak sekarang."
"Berlatih apa?"