"Baiklah, jika itu yang menjadi keputusan kalian," tampak jika Bima merasa canggung, kemudian dia memilih keluar.
Dan setelah itu, paginya, setelah semua pemeriksaan dan segalanya dinyatakan baik dan aku hanya menderita anemia saja, aku langsung meminta pulang. Tidak enak berada di dalam rumah sakit, meski kamarnya bisa dikatakan seperti hotel sekalipun, tetap saja aku tidak betah. Terlebih, semua biaya itu semua yang menanggung Bima dan ayahnya. Aku sendiri juga tidak paham, kenapa ayahnya begitu peduli denganku. Seolah-olah dia begitu sangat mengenalku, begitu lembut dan sangat perhatian seperti aku ini adalah anaknya sendiri, sebuah hal yang tidak pernah terbayangkan bahkan sampai kapan pun juga.
Aku sudah bersikeras untuk bisa mengganti rugi semuanya, tapi ayahnya Bima tetap keras kepala, tidak mau. Kalau aku masih ngotot maka beliau akan marah. Entah apa yang terjadi, sebuah hal yang tidak terbayangkan bahkan sampai kapan pun juga.