"Anya.."
"Ya Pak Bos."
"Tolong masukkan satu stel baju santai."
Anya mendongak, saat ini Anya sedang di depan lemari pakaian Pak Burhan guna membereskan perlengkapan yang hendak di bawa oleh untuk beberapa hari ke pulau dewata.
"Tumben Pak Bos."
"Sekali – kali ajak kamu liburan."
Mendengar itu Anya berbinar senang, berbeda dengan mario yang membulatkan kedua matanya.
"Jangan macam – macam ayah!"
Pak Burhan hanya terkekeh, Dia sengaja mengerjai anak lelakinya. Dia tak mau jika Anya hanya untuk bahan mainan dia seperti perempuan lain.
"Kenapa?"
"Ingat umur ayah."
"Sejak kapan orang mengajak libur harus ingat umur?" Tanya Pak Burhan lalu mendekati Anya yang sedang menarik koper berisi pakaiannya.
Mario menajamkan matanya, mengikuti kemana arah sang ayah pergi melangkahkan kakinya.
"Sini biar saya saja yang bawa turun kopernya." Ucap Pak Burhan seolah memberikan perhatian lebih pada Anya.
"Tidak perlu pak, boarkan saya saja." Ucap Anya sambil kembali menarik koper.
"Ayah berangkat dulu." Pamit Pak Burhan.
Mario hanya diam saja sambil mengikuti Anya dan ayahnya yang sedang menuruni anak tangga.
Anya memang telah terbiasa keluar masuk kediaman Pak Burhan, bahkan sejak istri beliau masih ada. Dulu Anya adalah asisten pribadi Ibu Inge yang tak lain adalah Ibu dari Mario, lalu setelah Ibu Inge sakit – sakitan ia meminta suaminya yaitu Pak Burhan untuk menjadikan Anya asisten pribadinya.
Ibu Inge-lah yang membantu Anya merubah dirinya dari gadis culun menjadi gadis cantik dan seksi serta pandai bergaul. Mario memilih kuliah diluar negeri berbeda dengan Anya yang tetap stay di Indonesia dan bertemu dengan Inge. Maka pantas saja jika Mario tak mengetahui siapa Anya sebenarnya.
"Selamat Pagi Bos." Sapa Aron sang pengawal pribadi Pak Burhan.
"Selamat pagi Aron. Bagai mana persiapan perjalanan ku, apa semua sudah siap?"
"Sudah bos."
"Bagus, kamu tidak lupakan kali ini aku pergi bersama Anya?"
Aron menatap Anya lalu kembali beralih Pada Pak Burhan, "Ya bos. Saya sudah menyuruh orang untuk menyiapkan dua kamar di villa."
"Dua kamar? Apa kamu tidak mau menginap di Villa bersama kami?"
"Maksud saya?" Aron menunduk, Aron mengira memang Pak Burhan hanya ingin liburan berdua saja dengan Anya, karena banyak terendus kabar tentang kedekatan Pak Burhan dengan Anya.
"Aron, kamu ini keterlaluan sekali."
"Maafkan saya bos, tapi surat wasiat itu..."
Pak Burhan menarik nafas panajang, lalu mengeleng.
"Biarkan saja Aron."
Aron mengangguk lalu mengikuti langkah Pak Burhan dengan mengambil alih koper yang tadi di tarik oleh Anya.
"Apa kabar nona Anya, lama tidak berjumpa." Sapa Aron.
"Baru satu minggu kak Aron, belum lama.." Canda Anya, dan Aron hanya tersenyum kecil menanggapi jawaban dari Anya.
Dibalkon kamarnya, Mario menatap interaksi ketiga orang yang selalu ada di lingkungan hidupnya.
"Apa Kak Aron juga menyukai Anya? Cih! Lagian kenapa juga Anya menanggapi semua laki – laki yang menyukainya. Dasar perempuan. Awas kau Anya! Kau harusmenjadi milikku bagai manapun caranya." Gumam Mario lalu menyesap rokok yang terselip diantara jemarinya.
"Hallo, Rudi... Ke club mana kita malam ini?" Tanya Mario melalui sambungan telpon.
"Maaf Mario, seperinya malam ini aku tidak bisa menemanimu ke club aku ada acara dengan orang tua ku malam ini." Jawab Rudi.
"Hah! Aku malas jika harus pergi dengan marcel, pasti dia akan sibuk dengan perempuan – perempuan murahan di club."
"memangnya kamu tidak? Bahkan selama ini kau yang lebih dulu meninggalkan kami dan pergi bersenang – senang dengan perempuan – perempuan itu."
"Sialan kau. Baiklah, kalau begit lebih baik aku pergi menyusul ayah ku saja ke Bali."
"Pasti karena ada Anya gadis incaranmu."
Mario tersenyum kecil, "kau benar, aku begitu penasaran dengan gadis itu, aku lihat dia beberapa kali menolak laki – laki tajir yang mendekatinya."
"kau hanya penasaran dengan tubuhnya saja atau kau memang jatuh hati dengannya?" Tany rudi penasaran karena Ia tahu jika selama ini Mario sangat mengebu – gebu menginginkan Anya.
"kau pasti tahu apa mauku."
"Hati – hati dengan ayahmu, jika maksud terselubungmu itu sampai ketahuan oleh ayahmu, matilah riwayat mu Mario Hendrawan."
"Asal kau tahu, aku bahkan memang sedang bersaing dengan ayahku. Tapi aku tak akan mundur begitu saja."
"Sampai kapan kau akan hidup dengan cinta yang semu Mario, Anya itu gadis baik – baik carilah perempuan lain jika kau hanya ingin main – main, kasian dia."
"hah! Semua perempuan itu sama, aku rsa Anya pun demikian. Dia mengejar ayahku hanya untuk mendapatkan hartanya saja."
"Bagai mana jika prediksimu salah?"
"Aku tidak pernah salah."
"Yah siapa tahu Anya memang benar – benar profesional menjadi asisten pribadi ayahmu. Dan aku lihat kinerjanya bagus, sempat beberapa kali aku bertemu dengannya."
"Perempuan semua sama saja."
"lalu yang berbeda itu siapa? Si Culun yang dulu kau tolak cintanya? Come on man.... move on lah kita tak tahu dia dimana sekarang."
"Entah lah."
"Terserah dirimu sajalah. Aku tutup dulu telponnya, ada mami datang."
"Oke, by."
Mario menutup ponselnya, Ia menatap sebuah foto yang menjadi walpaper pada ponselnya, INGE yang tak lain adalah ibunya.
"Ibu kau memang benar, tidak selama nya wajah cantik itu menjajikan hati yang cantik." Ucap Mario lalu mematikan ponselnya.
Mario segera mengambil kunci mobil dan kembali merogoh ponsel miliknya.
"Alan siap kan pesawat aku ke Bali sekarang!" Titah Mario pada Alan sang sekertaris.
Laki – laki bernama Alan itu segera menyiapkan apa yang di perintahkan oleh bos nya.
Mario segera melajukan mobilnya menuju ke Bandara, Ia tahu jika sang ayah akan menginap di Villa milik mereka.
"Aku tak akan membiarkan wanititu berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Ayah kau bilang hanya mencintai ibu, awas saja kau jika menghianati ibu."
Hari yang sudah terlanjur siang membuat jalanan Ibu kota menjadi padat. Kemacetan terjadi disana sini, Mario lumayan harus menunggu lama hingga antrian mobil di jalanan itu terurai di pertigaan.
Sementara Anya dan Pak Burhan telah sampai di pulau Dewata, keduanya turun dari pesawat pribadi milik Pak Burhan secara beriringan di ikuti oleh Aron.
"Itu mobil yang menjemput kita Bos." Ucap Aron pada Pak Burhan sambil menunjuk sebuah mobil mewah yang telah terparkir di Bandara.
"Kita langsung ke Villa saja, bukankah meetingnya masih besok?" Ujar Pak Burhan.
"Siap Bos, meetingnya masih esok hari jam sembilan pagi Pak Bos." Ucap Anya
"Bagus hari ini kita bersantai saja, Anya apa kau ada tempat yang ingin kau kunjungi?" Tany pak Burhan.
Anya berpikir sejenak, sejujurnya Ia ingin ke sebuah pantai yang sering ia kunjugi dulu bersama mendiang ayahnya.
"Saya ingin pergi ke Pantai Pak Bos."
"Oke, kita ke pantai sore nanti."
"Oke Bos."