Anya bukanlah burung yang bisa terbang ke angkasa luas tanpa takut akan terjatuh. Anya hanya seorang perempuan yang berusaha untuk tetap tegar dalam menjalani hidup yang keras dan penuh perjuangan serta liku kehidupan. Tanpa orang lain tahu tentang kebenaran hidupnya, Anya terus melangkah berusaha menggapai mimpi yang masih bersemayam di anggan.
"Nya! Anya!"
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu terdengar dari luar pintu toilet sebuah ruang meeting di salah satu hotel berbintang.
"Ya Pak Bos!" Suara anya terdengar lantang dari dalam toilet.
Hal itu membuat orang yang di sapa Pak Bos membuang nafas lega. Sudah beberapa menit berlalu semenjak selesai meeting Anya tak kunjung keluar dari dalam toilet tentu saja hal itu membuat Pak Burhan yang tak lain adalah bos-nya sendiri menjadi khawatir.
"Sukurlah kamu baik – baik saja, saya kira kamu pingsan." Kata Pak Burhan dari luar toilet.
KLEK
Suara pintu toilet berbunyi, memunculkan Anya dengan cengiran khas seolah tanpa dosa.
"Maaf Pak Bos." Hanya itu kata yang bisa keluar dari bibir Anya mengiringi senyuman garing ala Anya saat kebingungan menentukan sikap.
Bagai mana Anya tidak bingung. Bagai mana bosnya itu bisa – bisanya menyusul dirinya ketoilet padahal jelas – jelas tertulis tulisan TOILET WANITA.
Anya akhirnya mengikuti langkah pak Burhan yang lebih dulu melangkah pergi dari dalam toilet diikuti oleh security yang Ia perintahkan untuk menemani dirinya mencari Anya di toilet.
"Kamu kenapa bisa betah sekali di dalam toilet? Saya kira kamu benar – benar pingsan tadi."
"Kenapa Pak Bos bisa masuk ke dalam toilet wanita?" Memang dasar Anya bukannya menjawab pertanyaan bos nya, justru kini Ia memberi pertanyaan balik ke pada sang bos.
Pak Burhan menatap geram pada Anya. Bukan karena sikap Anya namun karena pertanyaan Anya yang membuatnya harus menahan malu mengingat apa yang di lakukan nya sebelum mencari Anya ke toilet.
Asal kau Tanya Anya! Pak Burhan bahkan mengancam sang security akan memecatnya jika tidakmau mengantarkannya ke dalam toilet. Sebegitu khawatirnya pak Burhan pada Anya sang asisten pribadi.
Ini asisten priadi atau wanita pribadi sih? Padahal ada Johan yang bisa Pak Burhan suruh untuk mencari keberadaan Anya di toilet. Tapi mengapa harus dirinya? Entahlah… Pak Burhan pun kadang bingung dengan dirinya sendiri yang merasa khawatir jika Anya tidak ada di dekatnya.
"Maaf bos." Ucap Anya lalu menunduk saat melihat wajah garang sang bos yang tertuju padanya.
"Kita langsung pulang atau ada lagi yang ingin anda kerjakan bos?" Tanya Anya saat keduanya sampai di parkiran mobil.
"Kita makan malam dulu."
"Tidak di rumah saja bos, bagai mana nanti dengan Tuan Mario?"
"Sepertinya kamu mulai peduli padanya." Pak Burhan mengeluarkan nada ketus yang jarang Anya lihat sebelumnya.
Anya mengaruk pelipisnya yang tak gatal. Ada apa dengan pak Bos nya ini? Anya kemudian langsung melajukan mobil nya membaur dengan berbagai pengguna jalan di kota Denpasar.
"Maaf Pak Bos, kita mau makan malam di mana?" Tanya Anya pelan, karena sepertinya Pak Bos sedang tidak baik – baik saja.
"Terserah kamu saja." Sahut sang bos.
"Oke Bos." Sahutnya dengan dahi berkerut karena bingung harus makan di mana mala mini, terlebih sepertinya mood bos nya ini sedang kacau. Anya tidak boleh salah cari tempat atau semuanya akan bertambah menjadi lebih parah.
Sesekali Anya menoleh ke kanan dank e kiri jalan mencari restoran yang bisa ia datangi untuk makan malam bersama sang bos.
"kenapa hanya berputar saja dari tadi, Anya? Kenapa kau tidak berhentikan mobilnya lalu kita makan." Protes sang Bos.
"Maaf Bos, saya bingung mau makan dimana?"
"Semalam saja kamu tidak bingung mengajak makan Mario, kenapa sekarang dengan saya kamu justru kebingungan. Kalau seperti ini saya bisa pingsan karena kelaparan."
"Waduh! Gawat! Pak Bos benar – benar sedang PMS.. loh?" Anya bergumam lalu memukul pelan jidatnya mana ada laki – laki PMS… memang dasar Anya.
"Maaf Bos."
Setelah berkeliling akhirnya Anya memutuskan untuk makan disalah satu restoran yang menawarkan sensasi tempat yang santai dan makanan nya sesuai selera dirinya dan juga Pak Bos.
"Kita makan disini bos."
"Hm."
'Pak Bos kenapa sih?' Pikir Anya.
Anya kemudian mengambil tempat duduk di dalam restoran padahal ada tempat yang menurut Pak Burhan lebih nyaman karena berada di tepi kolam dan terlihat lebih syahdu.
"kenapa tidak di sana saja Anya?" tany Pak Burhan saat duduk di depan Anya.
Anya menoleh pada tempat yang di tunjukkan oleh Pak Burhan.
"Oh, Takut nyebur kolam bos." Jawab Anya sekenanya.
"kok bisa?"
"Karena ingat kalau saya belum mandi, jadi kalau lihat air jadi kepingin nyebur." Jawa ban konyol Anya sontak saja membuat Pak Burhan tersenyum, dan hal itu tentu saja membuat Anya merasa lega.
'ternyata sang bos telah kembali ke mood yang baik.'
"Apa yang di lakukan Mario sekarang, Anya?" tany pak Burhan yang juga merasa khawatir pada anak tunggalnya yang pergaulannya sudah di luar batas.
"Sedang mengikuti kita bos."
Seketika Pak Bos menatap Anya lalu melirik ke kanan dan kekiri mencari keberadaan sang anak yang juga menjadikan dirinya sebagai saingan.
"Mana?" Tanya Pak Burhan pada Anya.
"Disana bos, arah jam Sembilan. Tapi tak perlu juga Anda menengok, nanti keg e-eran dia."
Anya lalu memberikan ponsel pintarnya pada Pak Burhan. Dengan jelas Ia dapat melihat Mario sedang duduk bersama Johan namun pandangannya mengarah pada dirinya.
"Dasar anak curut!" Maki Pak Burhan.
"mana ada curut seganteng dan setajir and abos?" pertanyaan spontan Anya sukses membuat wajah Pak Burhan menjadi merah, entah karena malu karena secara tidak langsung menyebut dirinya sendiri curut atau karena pujian Anya yang mengatakan dirinya ganteng dan tajir.
"Ada, dia juga punya asisten yang cantik dan lucu." Jawab pak Bos. Anya pun tersenyum di buatnya.
Disisi lain, Mario di buat geram dengan apa yang sedang Ia saksikan antara Anya dan sang ayah. Di satu sisi hati Mario merasa senang karena sang ayah yang tersenyum bahagia, namun di sisi lain hatinya merasakan nyeri yang Ia bingung apa sebabnya. Apa karena ia tak rela jika ada orang lain yang akan menggantikan posisi ibunya di hati sang ayah atau karena ia memang cemburu pada ayah nya sendiri yang sedang jalan bareng dengan gadis incarannya. Entahlah sungguh rumit kedua hati ayah dan anak ini. Dan Anya yang menjadi bahan rebutan pun hanya santai karena kini fokus hidupnya bukan sekedar untuk cinta melainkan untuk suatu misi yang harus Ia jalankan…