Chereads / Surga yang Meleset / Chapter 5 - Diujung Maut part 1

Chapter 5 - Diujung Maut part 1

Shofiyah mengambil satu per satu pakaian basah didalam bak dan menggantungnya berjajar diatas tali yang membentang. Saat ia menggantung pakaian yang kelima, tiba-tiba ada seekor burung hinggap diatas tali itu, gagak yang berwarna hitam pekat. Ia tampak mematuk-matuk tali itu dan kemudian menoleh kearah Shofiyah yang berdiri. Burung gagak hitam adalah pertanda kematian. Kedua mata mereka bertemu dan sang gagak tak mengalihkan pandangannya. Jantung gadis itu berdetak dengan cepat, cemas. Dalam batin Shofiyah berkata, "Ya Allah, jagalah Yasir dimanapun dia berada."

Kedua mata hitam burung itu tampak menyeringai setiap gerakan Shofiyah. Semenit kemudian, burung itu 'berteriak' memekakkan telinga. Gadis itu dengan spontan langsung menutup kedua telinganya. Lalu sang gagak terbang dan mengepakkan sayapnya kearah Shofiyah. Ia menabraknya namun Shofiyah langsung memutar badannya sehingga gagak itu menabrak punggungnya. Kemudian ia menghilang dibalik pepohonan yang rindang.

"Shofiyah, suara apa tadi?" ibunya keluar dari dapur.

"Burung gagak, ma." Gadis itu melanjutkan kegiatan menjemurnya.

"Bagaimana bisa ada burung gagak disini. Sungguh aneh."

Dibalik dedaunan hijau, sepasang mata hitam sang gagak terus mengawasi Shofiyah dibawah sana.

"Matilah kau!" seseorang datang dari arah belakang. Ia meringsek masuk dan langsung menebaskan pedangnya kearah Yasir. Untungnya ia dapat mengantisipasi serangan itu dan langsung mencabut pedangnya dari tubuh musuh kemudian menangkis serangan itu. Ia telah menerima serangan bertubi-tubi dari koleganya sendiri. Mereka benar-benar telah buta mata dan buta hatinya.

Hanya dikarenakan masalah perut saja mereka rela bunuh-membunuh. Tidak ada bedanya dengan binatang. Tanpa mereka sadari, iblis dan jin tertawa terbahak-bahak sambil menyaksikan manusia-manusia itu dari kejauhan. "Allah benar-benar telah mengambil keputusan yang salah untuk menciptakan manusia yang dengan mudahnya menumpahkan darah dan membuat kekacauan di muka bumi" kata salah satu dari iblis. Kemudian mereka tertawa lagi.

"Ayo, bunuh dia! Penggal lehernya! Putuskan lengannya!" kata iblis yang lainnya.

"Kalian bodoh sekali! Kalian sebanyak itu bahkan tidak mampu melawan satu orang?! Sungguh tidak dipercaya! Aku kecewa pada kalian!" salah seorang dari kawanan iblis menggerutu sebal.

"Mereka benar-benar pecundang! Semuanya sampah! Tidak perlu memakan waktu banyak seperti ini untuk menghabisi satu orang saja…." Kata sekawanan jin.

"Ayo kita bertaruh! Yasir bisa bertahan berapa lama." Kemudian mereka tertawa lagi.

Sedangkan sosok yang sedang ditertawakan oleh bangsa iblis dan jin sekarang sudah dibanjiri oleh keringat. Nafasnya tak beraturan dan detak jantungnya semakin cepat setiap detiknya. Jika ia telat bergerak satu detik saja, bisa-bisa ia kehilangan anggota tubuhnya. Seluruh pedang yang tajam sedang mengarah padanya. Bajunya telah ternodai oleh cipratan-cipratan darah segar. "Tolong hentikan semua ini! Kita adalah satu tim, satu pasukan. Kita memiliki tujuan dan cita-cita yang sama! Lupakah kalian! Jangan biarkan iblis dan jin menertawai kita!" kata Yasir ditengah-tengah laga itu.

Segerombolan iblis dan jin yang mendengarnya seketika menghentikan tawanya dan diam sejenak. "Apa katanya tadi?" mereka saling menahan tawa dan kemudian mereka tertawa lebih kencang dari sebelumnya. Perkataan Yasir membuat mereka yang mendengarnya merasa geli.

"Laki-laki itu tau apa tentang kita. Anak seumur jagung! Umur kita jauh puluhan ribu tahun dibanding dengannya. Dia bertingkah sok tahu."

Jika seandainya para manusia itu menyadari sesuatu ini, gelak tawa dari bangsa iblis dan sekutunya telah memenuhi area itu sedari tadi, mengelilingi mereka. Para bangsa api itu menonton pertunjukkan selayaknya bioskop. Dengan santai dan relax. Seakan-akan mereka menonton sambil memakan popcorn. "Aku tahu bagaimana membuat kejadian ini semakin seru."

Melihat kekacauan dibelakang, panglima perang segera menghentikan jalannya prajurit besar itu dan segera berlari kearah belakang. Terlihat darah merah berceceran diatas pasir dan banyak mayat yang bergelimpangan. Tak sedikit orang yang terluka. Sang panglima perang tak dapat menghentikan kekacauan ini hanya dengan mengandalkan suara. Lalu ia mengambil pistol dan menembakkannya ke udara. Mendengar pekikan tembakan itu, semuanya seketika berhenti dan menoleh ke panglima perang.

"Apa yang terjadi disini?! Apakah kalian sudah gila!" amarah sang panglima tak dapat terelakkan lagi.

Yasir dengan nafas yang berpacu hendak berbicara namun telah didahului oleh yang lainnya. "Dia membunuh salah satu dari kami dan membuat kekacauan ini terjadi."

Panglima memalingkan pandangannya kearah Yasir dan bertanya dengan tegas. Nada suaranya meninggi dan tampak menahan amarah. "Apakah itu benar?!"

Tanpa menutupi kenyataan, Yasir menjawab dengan jujur. Ia menunduk dan berkata, "Iya, benar."

"Apa alasanmu?!" emosi sang panglima semakin tak tertahankan.

Dia menjelaskan dengan apa adanya dari awal sampai akhir. Namun yang lainnya tak kehabisan ide untuk lari dari masalah. Mereka seketika menyahut, "Kami hanya ingin berhenti sebentar untuk memindahkan barang-barang kami."

Yasir membantah mereka dan memaksa mereka untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun itu semua percuma. Ia hanyalah seorang diri disana dan dia tidak mempunyai seorangpun saksi. 'Suaranya' tidak begitu kuat untuk meyakinkan sang panglima.

Mereka terus berdebat dan Yasir terus berusaha meyakinkan sang panglima. Sang panglima memejamkan mata, menahan emosi. Kemudian beliau memerintahkan semuanya untuk diam, termasuk Yasir. Situasi hening seketika. Semua mata tertuju pada sang panglima perang. "Yasir, sebagai hukumanmu, aku keluarkan kau dari misi ini dan segeralah pulang. Nanti kau harus membayar denda sepulang dari sini. Kau harus membayar satu nyawa yang telah kau bunuh."

Mendengar pernyataan itu, ada senyum-senyum puas diantara pasukan yang memiliki penyakit hati. Mereka sudah berikrar setia dengan bangsa iblis untuk mengacaukan pasukan ini. Mereka sudah menjadi 'alat'nya iblis. Inilah awal mula kesengsaraan untuk Yasir. Selanjutnya akan lebih berat untuknya. Dia sudah menjadi target utama bangsa iblis dan kaum munafik. Mereka akan memusnahkan siapa saja yang menghalangi. Hanya dengan bisikan saja, manusia bisa tergelincir dari jalan yang benar. Sungguh tipu daya iblis sungguhlah hebat.