"Klub Mariana. Pusat Kota. Pukul sebelas."
Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telinga Aro sampai membuat pria itu tidak bisa tidur nyenyak. Malam ini, entah kenapa tubuhnya bergerak sendiri ke luar pulau dan menyusuri kota. Sampailah dirinya di depan sebuah bangunan dengan lampu kerlap-kerlip bertuliskan Mariana Club. Sungguh gila! Seumur-umur tidak pernah Aro menginjakkan kaki di tempat maksiat ini.
Aro berdecak. Dia tidak pernah seintens ini sebelumnya terhadap seorang gadis. Siapa pun pasti tahu kalau Aro menghabiskan seumur hidupnya dengan belajar sihir dan mengabdi untuk Vasilio saja. Namun, setelah hari ini terlewati, mungkin pria kaku dan dingin sepertinya akan dikenal sebagai pribadi pemberontak.
"Aku kenapa di sini?" gumamnya.
Pria itu melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri sejenak. Pukul sebelas. Ucapan gadis bernama Nastya itu kembali teringat olehnya. Dia menghela napas.
"Lebih baik aku kembali saja."