Setelah kondisinya membaik, Lavatera memutuskan untuk menemui Julian demi membahas soal desain yang pria itu inginkan. Lagi-lagi dia membawa serta Ergi. Tentu saja, pria itu menurutinya dengan senang hati. Melihat pertikaian antara Lavatera dengan Julian sangat membuat adrenalinnya terpacu.
"Ah, tahu tidak? Sudah pasti aku akan diusir lagi nanti," rengut pria itu sambil menyetir mobil.
Lavatera berdeham. "Tidak. Kupastikan kau tidak akan diusir," katanya. "Kau tenang saja!"
"Lalu, kau akan bilang kalau itu adalah hasil desainku?"
Lavatera memelotot. "Mana ada?" sentaknya. "Kau mau merusak karirku hah?"
Ergi tergelak. Dia menggeleng. "Lave, Lave, kau ini."
Gadis berambut cokelat itu mendengkus kasar. Dia memandang ke luar jendela. Ingatannya menguar soal peristiwa yang membuat fisiknya melemah. Sosok Bryan kembali bertandang dalam otaknya. Wajah Lavatera lantas bersemu merah. Dia menutupinya dengan kedua tangan seketika.