Chereads / THE BLOODY MOON / Chapter 29 - 29. Gairah Zeno Palsu

Chapter 29 - 29. Gairah Zeno Palsu

Di dalam suatu ruangan, tubuh Zeno terlentang tanpa sehelai benang pun. Vasilio mengamati tubuh itu, detail-detail terkecil pun tak luput. Lalu, seorang witcher datang dengan membawa sebuah mangkuk kecil. Mangkuk itu berisi ramuan basil merah muda. Witcher tersebut juga mengambil sehelai rambut di kepala Zeno dan segera mengaduknya hingga rata.

"Silakan diminum, Tuan."

Vasilio mengambil mangkuk itu, sedikit mengernyit karena baunya sungguh menusuk hidung. Dengan menutup bagian hidung, Vasilio menenggaknya hingga habis. Rasanya sungguh pahit, apakah tidak diberi gula?

Tak butuh waktu lama, Vasilio merasakan seluruh tulangnya akan remuk. Pertama, rambut merahnya berubah menjadi cokelat. Lalu, kedua warna bola matanya, dan semuanya hingga ke ujung kaki.

Vasilio menjadi Zeno, mirip, tak ada bedanya.

"Pakaikan dia pakaian dan kurung dia di penjara bawah tanah."

***

"Zen, lama sekali. Dari mana saja?" Suara lembut Cia segera membuat hati Zeno palsu berdesir. Dia sudah membayangkan bagaimana percintaan panas mereka setiap hari. Dia ingin membuat Cia mengandung benihnya.

Zeno segera memeluk istrinya. "Iya, ada sedikit kendala."

"Kau ingin mandi? Akan aku siapkan."

"Mandi bersama?"

Cia tertawa, dia mengusap mata Zeno yang terlihat lebih tajam. "Lief dan Lave sedang bangun."

Zeno ingin bertanya siapa itu Lief dan Lave, tetapi urung. Dia ingat dia sedang menyamar sekarang. Jika bertanya, bisa ketahuan. Akhirnya, Zeno hanya bisa mengangguk dan menunggu Cia menyiapkan semuanya.

Netra Zeno palsu menatap dekorasi kamar, tidak buruk. Kemudian, kakinya melangkah pada dua box bayi berwarna cokelat. Ada dua anak bayi di sana, berbeda jenis. Warna mata mereka pun beda, yang satu berwarna cokelat, satu lagi berwarna emas terang. Keduanya menatap Zeno dengan berbinar, tangan mereka dua-duanya terangkat ke udara seakan meminta gendong.

Perasaan Zeno tersentuh, ini yang dia inginkan selama beberapa ratus tahun terakhir. Keturunan. Namun, tak ada wanita yang benar-benar bisa menarik hatinya. Kecuali dulu dan sekarang adalah Cia. Menurut Zeno palsu, semua wanita itu sama seperti ibunya. Selingkuh dengan orang yang lebih hebat dan berkuasa.

"Sayang, sudah selesai," kata Cia.

Zeno mengelus pipi kedua bayi tersebut, dia berlalu setelah mendaratkan kecupan manis di pipi Cia. Jika ada cara agar jiwanya dan jiwa Zeno asli berpindah, dia akan mencoba cara itu. Efek daun basil tidak permanen, setiap seminggu sekali dia harus menelan ramuan itu. Jika efek daun basil sudah selesai, perubahan paling terlihat ada pada iris mata.

Di dalam kamar mandi, dia menanggalkan seluruh pakaian. Lelaki itu menatap pantulan dirinya, benar-benar mirip dan tak ada cela sedikitpun. Apalagi kepunyaan Zeno asli yang menurutnya tak mengecewakan. Dia akan memanfaatkan waktu yang ada dengan baik.

Setelah selesai, Zeno keluar dengan menggunakan bathrobe. Dia menatap Cia yang sedang sibuk dengan laptop. Oh, wanita ini bekerja juga rupanya, pikir Zeno. Dia mengambil satu kaos berwarna maroon dan celana pendek selutut.

"Sedang apa?" tanya Zeno.

Cia menoleh, dia tersenyum sekilas, dan menepuk-nepuk sisi kasur. Zeno menghampirinya, duduk di sana, dan ikut menatap layar laptop Cia.

"Ini, di kantor ada sedikit kendala."

"Jadi?"

"Jadi, aku akan menemui Vasilio besok."

Zeno terkesiap, bagaimana dia bisa lupa hal ini? Sekarang, apa yang harus dia lakukan? "Oh."

"Jangan cemburu. Kau kan tau kalau aku dengan dia ada proyek bersama," tutur Cia. Ah, Zeno tersenyum kecut mendengar itu. Dia menyingkirkan laptop tersebut dan menaruh kepalanya di paha Cia. Rasanya nyaman, Zeno palsu benar-benar menikmati perannya. "Capek? Jangan lupa loh, kita besok ada acara."

"Acara apa?"

Dahi Cia mengernyit, selanjutnya dia memukul dahi Zeno dengan kasar. "Apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu lupa dengan acara pengenalan anak kita, hah?!"

Zeno palsu tertawa, dia senang berada di posisi ini. "Kau kan tau jika kepalaku ini dipenuhi dengan namamu. Mana bisa aku mengingat hal lain selain dirimu."

Ish! Ya ampun.

"Mau istirahat?" tawar Cia.

Zeno menatapnya lekat, ada hasrat yang ingin dia salurkan, tetapi sepertinya dia harus menahan diri terlebih dahulu. "Ayo."

Arlcia tersenyum, dia menyentuh kepala Zeno agar berpindah dari pahanya. Dia mengambil laptop yang masih terbuka dan menyimpan file yang dia kerjakan tadi. Setelahnya, Cia mengatur bantal dan memposisikan diri senyaman mungkin. Wanita itu berbaring di lengan suaminya. Jarak sedekat dan seintim ini, membuat Zeno palsu mendadak kaku. Kupingnya seperti berdengung dan napasnya tertahan. Hal itu membuat wajah Zeno memerah.

"Zen, kamu kenapa?" Cia panik. Dia segera duduk dan menaruh telapak tangan pada dahi Zeno. "Kamu demam? Tapi kok nggak panas."

Zeno mengambil tangan Cia dan mengecupnya sekilas. "Abaikan saja, lebih baik sekarang tidur."

"Tidur?" tanya Cia. "Kau tidak ingin membuat adik untuk Lave?"

Zeno mengerjapkan matanya, telinganya bahkan lebih merah dari yang tadi. Jantung lelaki itu bertalu dengan cepat.

"Kau tidak lelah?" Akhirnya Zeno bersuara setelah lama terdiam.

Cia menggeleng pelan, dia mendongak menatap Zeno yang kini juga menatapnya. Entah siapa yang memulai, yang jelas kini keduanya sedang berciuman. Cia tidak tahu saja jika itu bukan Zeno yang asli.