Tidak mungkin Zeno tidak memikirkan ancaman Morgan. Jika dilihat-lihat, Zeno tidak ada apa-apanya dibanding Morgan. Visual mereka sangat berbeda, belum lagi status mereka yang juga sangat—bumi dan langit. Zeno kepikiran!
Semburat cahaya jingga mulai nampak, Zeno sama sekali belum memejamkan mata. Istrinya belum bangun dan itu membuatnya tak bisa tenang. Namun saat ini, kelopak mata Arlcia bergerak dan mulai terbuka. Dia mengerjap, menyesuaikan cahaya terang yang menyapa.
"Hai," sapa Zeno.
Cia menolehkan kepalanya ke samping, dia mengulurkan tangan dan membelai pipi Zeno. "Hai,"
Akhirnya Zeno bisa bernapas lega, istrinya sudah sadar dan wajah Cia kembali berseri. Saking terharunya, Zeno langsung memeluk Cia dan menenggelamkan wajah pada ceruk leher wanita tersebut. Cia tertawa lirih, tangannya mengelus punggung Zeno dengan sayang.
"Aku tidak apa-apa, Zen. Jangan khawatir."
Zeno menarik diri, jangan khawatir katanya? "Kau tiba-tiba saja pingsan. Noya bilang kau butuh energi positif."
Cia tidak menjawab, dia semakin tertawa dan menarik tubuh Zeno agar kembali memeluknya. Kali ini Zeno berbaring di sisi Cia, memeluk wanita itu, dan dia berusaha terlihat baik-baik saja walaupun sejujurnya Zeno khawatir setengah mati.
"Aku mau tidur, temani aku, ya."
***
Para penjabat tertinggi Red Eclipse saling berkumpul. Termasuk beberapa orang penting lainnya. Waktu yang tepat untuk melakukan penyatuan sempurna adalah saat terjadinya konjungsi kuintet. Pada saat ini, lima planet akan terlihat sejajar dan kekuatan lima elemen akan tepat mengisi pentagram.
Sebenarnya, tidak harus menunggu kelima planet sejajar. Namun, karena Ivory adalah penyihir murni, maka ritual ini harus dilakukan. Keselarasan masing-masing kekuatan dan juga penyatuan antara darah lycan dengan bangsa atas.
"Dewi," bisik Noya. Semua orang telah beranjak, menyisakan Noya dan Cia. Zeno sedang mengantar para petinggi hingga teras rumah. "Setelah penyatuan sempurna itu, kau tak perlu lagi menyerap energi Naitura. Cukup dengan Zeno."
Cia mengangguk, dia sudah tahu. Anak dewi bulan itu tahu segalanya, kecuali takdirnya dan apapun yang berhubungan dengan takdirnya. Cia masih mendekatkan telinga pada Noya dan sedikit menarik diri saat mendengar kalimat Noya yang membuatnya khawatir. Dia akan meminimalisir semua kejadian buruk.
Setelah mengatakan hal itu, Noya beranjak menuju ruangannya. Zeno yang baru saja tiba langsung mendekati istrinya. Entah kenapa, jika berdekatan dengan Cia, dia menjadi sulit mengendalikan napsu. Dengan tergesa, dia langsung mengangkat Cia, menggendongnya, dan melesat naik ke kamar.
"Zen!" pekik Cia saat Zeno menutup pintu.
"Aku juga ingin, Sayang," sahut Zeno. Cia terperangah. Suaminya kadang suka pura-pura tak mendengar jika dia protes. Zeno juga langsung melumat bibir Cia dengan agresif, apalagi dilihatnya wanita itu ingin protes lagi. "Satu kali aja. Janji," sambung Zeno.
Cia tak bisa menolak, bahkan memprotes lagi dia tak mampu. Sentuhan Zeno benar-benar memabukkan dan membuatnya candu. Akhirnya, 'satu kali' yang Zeno janjikan berubah menjadi berkali-kali. Tidak peduli jika itu masih siang dan mereka harus berkeringat.
***
"Butuh tiga demigod lagi, Tuan."
Vasilio mengangguk. Setelah kepergian satu witcher itu, dia segera melahap jantung para demigod yang masih berdetak lemah. Rasanya tidak amis, melainkan manis seperti daging sapi panggang. Jantung demigod berbeda dengan jantung manusia. Jika jantung manusia akan langsung berhenti berdetak ketika mati, maka demigod berbeda. Benda itu masih akan berdetak hingga 72 jam.
Setelah selesai menyantap, Vasilio mengambil tisu dan membersihkan sisa-sisa darah yang menempel pada sudut bibir. Kekuatannya terasa bertambah, itu dapat terlihat dari kulitnya yang semakin bersinar dan juga bola mata lelaki itu yang menyala.
Vasilio keluar dari ruangan kecil tersebut, dia kemudian menuju ruangan di mana Viona berada. "Apa yang biasa pria lakukan untuk menarik perhatianmu?"
Alis Viona terangkat satu, kemudian dia terkekeh saat menyadari ke mana arah pembicaraan ini. "Tuan ingin menarik perhatian Arlcia, ya?"
"Jangan mengejekku, Vio!"
"Susah memang menolak pesona cantik wanita itu. Aku curiga dia menggunakan ilmu hitam."
Setelah menerima wejangan dari Viona, lelaki beriris mata merah itu menatap setangkai bunga yang dia pegang. Rencana dia ingin membelikan satu buket, tapi kata Viona itu terlalu berlebihan. Di sinilah Vasilio sekarang, di depan rumah Cia.
Saat Vasilio telah sampai di depan pintu, wangi semerbak aroma Cia tercium. Mungkin wanita itu menyemprotkan parfum pada dinding rumah. Lama sekali dia mengetuk pintu, tetapi tak ada sesiapapun yang menyahut atau keluar.
Tak lama, tetangga Cia yang merasa terganggu pun keluar. Dengan sedikit berteriak dia berkata, "Hei, anak muda! Cia sudah tidak ada di rumah selama beberapa hari ini."
Ingin menyahut, tetapi urung dan Vasilio hanya bisa tersenyum. Dia juga ingin menembus dinding itu, tetapi saat dia menggunakan kekuatannya untuk merasakan kehidupan di dalam sana, itu nihil. Sekali lagi, Vasilio hanya bisa menghela napas. Ada sesuatu di dalam diri Cia yang menarik perhatiannya. Bukan karena dia mirip dengan seseorang di masa lalu, tetapi seperti ada limpahan energi positif pada diri Cia.
Vasilio penasaran, seperti apa rupa suami Arlcia. Jika tidak lebih baik darinya, bisakah Vasilio meminta Cia dengan baik-baik?