Para lycan yang berubah tiba-tiba saja mendadak tak ingat keadaan. Mereka bergerak sesuai perintah dari pimpinan mereka. Beberapa klan memiliki pemimpin masing-masing, tetapi Saka adalah pimpinan dari para pemimpin itu sendiri. Raja dari segala lycan dan Zeno adalah penerusnya.
Saka melolong, yang diikuti oleh lycan lain. Saint yang mendengar itu, tergopoh-gopoh mendekati Cia. "Yang Mulia, tolong menjauhlah dari tempat ini."
"Saint!" Cia cukup terkejut dengan kedatangan saint yang tiba-tiba. "Percayalah padaku, Saint. Kau akan tau siapa aku yang sebenarnya."
Setelah mengatakan itu, Cia membuka mekanisme gelangnya. Salah satu sudut bibirnya terangkat dan wajah cantik Cia berubah menjadi bengis. Dia mengambil salah satu jarum yang seketika berubah menjadi bumerang. Senjata itu berwarna hitam dengan ukiran unik pada masing-masing sisi.
Cia melempar bumerang itu ke arah Zeno, mengenai kepala belakang suaminya tersebut. Zeno menoleh—tidak! Bukan Zeno, melainkan Zeno yang sudah berbentuk lycan. Wajah itu berubah, tapi mata itu masih milik Zeno. Tubuh lycan Zeno berbeda dengan yang lain, pada ujung bulu-bulu di tubuhnya, ada warna merah yang memikat.
Cia tersenyum, apalagi saat lycan tersebut mendekatinya dengan tatapan lapar. Dengan sekali mengibaskan tangan ke udara, seluruh lycan tiba-tiba saja tumbang, kecuali Zeno. Mereka berdua berlari mendekat, semakin dekat, hingga Cia menendang lawannya dengan keras.
Benturan keras terdengar, lycan itu bangkit dan melolong sesaat. Kemudian, dia kembali berlari ke arah Cia dengan cakarnya yang berkilat. Kuku-kuku itu penuh racun. Tak ada ketakutakan sedikit pun pada diri Cia, tentu saja, dia kan seorang dewi.
Lagi, Cia melempar Zeno dengan satu kibasan tangan. Suaminya itu menghantam kumpulan bunga-bunga yang menjadi dekorasi. Cia tertawa dengan bahagia, sudah lama dia tidak hajar-menghajar seperti ini. Langkah kaki Cia terlihat anggun saat dia berjalan, gaunnya pun tak terlihat kusut. Dia menghampiri Zeno yang terkulai lemas. Jika Cia tidak menggunakan mantra pemberat pada tubuh lycan Zeno, pasti suaminya itu akan bangkit lagi.
"Sayang," panggil Cia. Telunjuk wanita itu mengangkat dagu suaminya dengan pelan. Baru saja Cia ingin bicara lagi, dia mendengar geraman dari para lycan lain. Cia menoleh ke belakang, beberapa lycan telah berdiri dan terlihat berjalan ke arahnya walau tertatih. "Ternyata bangsa lycan lumayan kuat juga," sambung Cia.
Cia masih tetap santai, walau suara teriakan memintanya menjauh semakin menggema. Dia mengambil tangan Zeno yang berbulu dan berkuku panjang, menaruh tangan itu di atas perut buncitnya. "Ini anak kita, Zen."
Ada perasaan aneh yang dirasakan lycan Zeno. Namun, saat permukaan perut itu bergerak seakan menendang, bola mata Zeno menatap Cia—lama. Sampai akhirnya dengan tiba-tiba dia mendekap istrinya dan menggeram ke arah lycan lain. Cia berhasil, dia berhasil mengingatkan Zeno.
Perlahan, seluruh lycan berubah ke wujud asli mereka. Zeno segera meninjau seluruh tubuh Cia dengan khawatir. "Apa aku melukaimu?"
Cia menggeleng pelan, masih dengan senyum manisnya. Zeno membantu dirinya berdiri dan segera mengecup perut buncit istrinya itu. Kehilangan kendali saat konjungsi kuintet sudah sering terjadi. Ini tidak berlangsung lama jika salah satu pimpinan bisa sadar dan segera memerintah anak yang lain.
Saat berubah menjadi lycan, mereka akan lebih agresif dan semakin kuat. Bangsa lycan berbeda dengan werewolf, mereka lebih sempurna dari segi kekuatan dan kecerdasan. Namun, kedua bangsa ini amatlah akur.
Setelah itu, mereka semua membereskan sisa-sisa kekacauan. Tidak semua, karena Ivory dan para wizard yang mengurus hal tersebut. Sepertinya mereka telah terbiasa melihat ataupun mengalami kekacauan ini. Yaaa, walaupun tetap histeris.
"Beristirahatlah, Cia," tutur Ivory.
"Ha-ha-ha, Ivory, ini masih terlalu dini untuk beristirahat."
Lalu, Cia melangkah untuk menghampiri Zeno, tetapi langkahnya terhenti. Ivory menoleh menatap Cia yang hanya diam saja dengan wajah pucat.
"Ciaaa!" pekik Ivory.
Sebelum Cia terjatuh ke lantai, Zeno langsung melesat dari kejauhan untuk menangkapnya. Beruntung bangsa lycan dikaruniai pendengaran yang tajam. Lantas, dia mengangkat Cia dan membawa istrinya ke dalam kamar. Beberapa orang penting seperti saint dan juga alkemis ikut menyertai. Ive sebagai sahabat pun tak ingin ketinggalan, dia bergegas berdiri tak jauh dari Cia.
Cia tidak pingsan, dia hanya merasa tulang pinggulnya akan patah. Mata indahnya terasa berat untuk dibuka. Dia hanya menggenggam jemari Zeno sebagai pengalihan dari rasa sakit itu sendiri.
"Pangeran, istri Anda akan segera melahirkan." Noya memberitahu setelah tadi dia meraba perut Cia yang memgencang. "Saya akan panggilkan healer untuk membantu."
Noya pergi dengan tergesa, kemudian petinggi lain juga ikut pergi dari sana. Menunggu di luar ruangan. Ini adalah berita bagus, setelah sekian lama kerajaan ini berdiri, akhirnya akan memiliki penerus yang sebenarnya. Di dalam kamar Zeno, hanya tersisa Ive, Ivory, serta Zeno. Mereka bertiga merasa kasihan dengan Cia yang bahkan bersuara saja tidak bisa.
"Sayang, kau butuh energiku?" Cia menggeleng, dia kemudian berbaring miring dan memeluk perut Zeno. Menenggelamkan wajah pada pinggang suaminya. "Sayang, bicaralah."
Di dalam hati, Cia kesal. Dia amat lemah, pinggulnya terasa ingin lepas. Apa dia harus berteriak agar semua orang tahu kalau dirinya kesakitan? Jadi, Cia menggigit pinggang Zeno agar suaminya itu berhenti bertanya.