Bibir tipis milik gadis mungil itu tampak merekah sempurna, bersamaan dengan tirai kamar hotel yang tersingkap seluruhnya. Ia memejamkan kedua matanya ketika cahaya mentari pagi mulai menerobos lapisan bening jendela. Ia juga merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
"Beginilah adegan yang sering kutonton di televisi, ketika seseorang tengah menikmati suasana pagi di sebuah hotel!" gurau Juwita pada diri sendiri.
Beberapa detik berlalu dengan mata terpejam, Juwita membiarkan sinar mentari pagi sejenak mendarat di wajah ayunya. Seketika Juwita tertawa polos hingga menampakkan deretan giginya yang berbaris dengan rapi.
"Bukankah aku terlihat cukup norak dan konyol? Ah, sudahlah. Kapan lagi aku menikmati suasana penginapan di hotel semewah ini? Kalau bukan karna Tuan Seno, mungkin aku harus menabung cukup lama agar dapat memesan hotel ini! Lagipula, aku hanya berada seorang diri di sini. Jadi, tidak akan ada yang tahu seberapa kampungannya diriku!" Juwita mengucilkan dirinya sendiri.
