Seperti yang direncanakan hari ini Intan akan berkunjung ke rumah Baba. Tapi Intan sempatkan diri untuk mampir di toko kelontong dan membeli berbagai cemilan. Intan sebenarnya was-was karena dia berada didekat seorang pria yang terus saja membuntutinya. Dugaannya benar bahwa orang itu hendak berbuat jahat kerahnya. Namun saat orang itu semakin mendekat, Intan merasakan ada yang berdiri di belakangnya seperti melindunginya, Intan mendongak, wajah Relvin adalah yang pertama dia lihat. Relvi. Menatapnya tajam seperti biasa.
"Terimakasih." Ucap Intan. Tanpa ba-bi-bu Relvin pergi begitu saja, Intan pun menuju rumah Baba Minhyuk karena semuanya akan berkumpul disana. Tidak sampai sepuluh menit, Intan pun sampai disana bersama yang lain.
Sampai disana ternyata sudah pada ramai sekali. Maklum Intan jarang kumpul dengan mereka, lagi pula kan lebanyak cowok jadi Intan agak risih kalau terus-terusan barengerwka.
"Aku bawain sesuatu semoga baba suka." Kata Intan dengan malu-malu, tapi rbarang pemberian Intan akhirnya masuk kerumah untuk mereka cemil.
"Enggak tersesat kan Tan?" Tanya Evelyn istri Argo. Mereka sudah lama berteman, namun Evelyn memilih menikah muda saja, mumpung suaminya dapat yang kaya.
"Enggak kok." Jawab Intan,
"Yang benar?" Goda Marchel pada Intan.
"Beneran dong, aku inget kok kalau pernah lewat sini." Kata Intan yang asal namun mencoba meyakinkan mereka untuk percaya.
Intan masuk dan mencoba cemilan yang dibuatkan oleh kevin, Kevin benar-benar pandai masak. Intan suka segala jenis masakan yang Kevin buat. Pokoknya idaman banget buat kalian yang ngidolain cowok yang tampan dan pintar masak. Tipe yang bakal duduk dirumah terus kalau enggak ada kegiatan iya kan. Selesai mencicipi masakan itu Intan ikut bergabung sebentar, sebelum mata hari terbenam Intan pulang dan ganti baju. Dia masih ada urusan, yaitu kondangan di tempat Cece Lisa, Intan diundang karena kebetulan yang nikahan itu konsumen yang biasanya didampingi oleh Intan kalau ngegym. Intan sih ayo-ayo aja, kalau kemaleman Intan bakal izin nginep.
Intan benar-benar pulang dan langsung kerumah, selesai mandi Intan duduk sebentar dikamarnya dan memilih pakaian apa yang ingin ia kenakan. Setelah lama memilih akhirnya Intan memilih sweater merah dan celana jeans hitam, perpaduan yang sangat Intan suka. Karena daripada telat Intan lebih dulu berganti pakaian dan kemudian menggunakan riasan yang tipis saja, Intan enggak suka yang menor soalnya. Sederhana tapi menarik itulah yang Intan suka, banyak yang memujinya karena tidak terlalu glamour atau menonjol. Intan tentu senang dipuji seperti itu, tapi sepanjang usianya yang bertambah, Intan jadi harus pintar berpenampilan atau Intan akan ketinggalan trend yang selalu berubah-ubah. Selesai berdandan, Intan pamit ke kedua orang tuanya untuk kondangan,
"Mah aku ke tempat teman dulu ya, ada acara pernikahan." Kata Intan.
"Orang mana sih?" Tanya Mama Intan.
"Orang kota mah." Jawab Intan
"Ya udah hati-hati ya." Jawab Mama
"Iya Ma,"
"Kalau hujan atau kemaleman, kamu lebih baik nginep aja ya." Ucap Mamanya.
"Siap mah." Kata Intan sambil membuat pose hormat ke mamanya, kemudian menyalakan motor dan sedikit dipanasi dulu, karena dari kemaren motor gue ini enggak dipakai jadi ya entahlah, Ayah selalu bilang sebum dipakai harus dipanasin dulu. Intan tentu hanya mengangguk, dia enggak tahu tentang mesin dan lain-lain. Padahal dia pengen tahu kalau semisal dia kenapa-kenapa enggak perlu bantuan orang lain, tapi tinggal sat set sat set ngerjain sendiri. Intan memang kerap kali berfikir bagaimana menjadi orang yang bisa segalanya. Pasti asik, itu yang Intan pikirkan. Karena hidup Intan hanya sebatas rebahan, makan, belajar, dan begitu terus saja, karena circle nya disana. Intan memang anak yang terlihat terkekang tapi selagi Intan patuh ayahnya pasti enggak akan marah sama dia. Tapi sekarang ayahnya tidak terlalu mengekangnya, tapi tetap saja kalau aku pergi sama cowok, Ayah pasti akan langsung sedih dan sendu. Itulah mengapa Intan ingin cepat menjadi kaya dan pintar dengan usahanya sendiri.
Intan sudah sampai dirumah Kak Putera, hari ini Intan akan berboncengan denga Kak Putera karena Intan ingin bonceng saja,
"Kak Putera main yok!" Panggil Dion benar-benar seperti anak lain yang memanggil anak lain juga. Kak Putera keluar dengan sedikit tersenyum karena mendengar bagaimana aku memanggil Kak Putera tadi.
"Kek bocil tahu enggak loh," kata Kak Putera yang bahkan belum selesai tertawanya.
"Lo kenapa sih ketawa Mulu, lagi happy yah, bagi-bagi dong happynya." Kata Intan.
"Iya Lo mood banget kalau masalah kayak gini." Jawab Putera yang sudah mengambil posisi kemudi, mereka berangkat menggunakan motor Intan.
"Tapi aku belum bikin SIM." Kata Intan.
"Gampang entar gue bikinin deh." Kata Putera.
"Beneran kak? Emang bisa?" Kata Intan
"Bisa kan the power of model." Kata Putera yang pengen ngelucu tapi kayaknya enggak ada yang lucu dari perkataannya. Intan menikmati dibonceng cowok ganteng, kapan lagi kan duduk berdua dimotor sama senior ganteng
"Lo pernah lewat sini belom Tan?" Tanya Putera.
"Kayaknya belum pernah, soalnya sedikit asing."kata Intan. Putera hanya diam dan kali ini fokus nyetir, sedangkan Intan tengah sibuk menghirup bau tubuh Kak Putera yang seperti bau cokelat. Intan suka dengan bau maskulin para cowok, Intan pengen beli satu aja parfum yang kaya mereka.
Tak lama mereka sampai di rumah Cece Lisa, setelah bersana Cece, Intan tetap saja berboncengan Putera karena memang Puteranya yang memintanya, agar dia saja yang membawa motor Intan. intan si senang banget di bonceng, daripada nyetir jauh sakit pergelangan tangan, apalagi Intan sudah sering mulai basah telapak tangannya. Jadi sedikit tidak nyaman jika berkendara terlalu jauh, apalagi dengan mereka yang membawa kecepatan berkendara di atas 70, kalau Intan yang penting sampai aja udah cukup. Lama diperjalana, mereka pun sampai ditempat tujuan, mungki. Karena baru selesai hujan, jadi belum ada banyak orang yang datang ke acara pernikahan ini, Intan langsung saja duduk dan mengambil satu gelas air mineral.
Selesai acara kondangan, mereka pun ke rumah Cece Lisa, karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, Intan meminta izin pada Cece Lisa untuk mengizinkannya menginap semalam dirumahnya. Cece Lisa emang welcome banget, lagian dirumahnya ada banyak kamar kosong, jadi Intan bisa leluasa memilih kamar mana yang mau Intan tempati. Intan juga diberi pakaian berikut dalaman, sebagai ganti untuk besok
Intan merasa tersentuh, Cece Lisa memang selalu paham kondisi aku. Kayak bukan lagi sahabat tapi seorang kakak yang baik terhadap adiknya. Apalgi Intan yang bahkan rasanya punya kakak atau adik dia enggak punya. Tapi kalau lihat yang lainasin sama adiknya ya Intan kadang iri sih tapi enggak sampai dia minta adik ke orang tuanya.