Chereads / How To Be A Perfect / Chapter 7 - Along memory

Chapter 7 - Along memory

Pagi ini Intan ada janji untuk bertemu dengan Christ Anderson, dulu dia adalah kakak kelas untuk Intan di SMK. Dia keturunan Australia Indonesia. Intan menjalin hubungan yang baik dengan Kak Christ, saat ini Intan membutuhkan pekerjaan, jadi Intan akan menemui Kak Christ yang memang dia seorang pengusaha di bidang pertanian dan peternakan, juga bisnis yang lain.

"Maaf Kak, kakak udah lama disini?" Tanya Intan dengan sopan.

"Halah jangan seformal itu sama gue, Lo sopan aja belum tentu gue terima kok." Ledek Christopher,

"Yah kok kakak gitu sih, wawancara aja belum udah ditolak aja." Sungut Intan, Intan bukannya tak tahu, tapi Christopher ini memang sering bercanda, dan raut wajahnya itu tidak menunjukkan apakah dia benar bercanda atau dalam mode serius.

"Jadi kamu mau kerja apa? Masuk ke kantor apa mau di lapangan?" Tanya Christ.

"Sepemberian kakak aja giman?" Tanya Intan.

"Maksudnya terserah aku gitu?" Tanya balik Christ. Intan mengangguk mendengarnya.

"Kalau kataku, kamu si cocok dibagian keuangan tapi kalau kamu mau coba sebulan di perusahaan dan sebulan di lapangan ya silahkan, tapi kuliahmu gimana masa mau ditinggalin gitu aja?" Tanya Christ.

"Masih online ini Kak, kalau memang offline paling ya enggak setiap hari kan." Kata Intan.

"Orang tuamu gimana, memangnya mereka ngizinin kamu jauh dari mereka?" Tanya Christ.

"Yah seolah-olah aku keterima aja di perusahaan pasti mereka seneng." Kata Intan.

"Iyah kalau begitu sih, besok gue kirimin Lo surat panggilan kerja, terus nanti gue nyuruh Jinan buat jemput Lo." Kata Christ. Intan mengangguk mendengar arahan dari Christ,

"Gimana Kak, lancar aja kan kerjaannya?" Tanya Intan.

"Iya lancar-lancar aja, meski virus PMK kini menyebar ke hewan ternak sapi, aku rugi besar bulan lalu." Kata Christ yang lesu. Intan bisa merasakan sedih dan kecewanya Kak Christ.

"Pasti nanti ada ganti yang jauh lebih baik kak." Ucap Intan mencoba menghibur Christ. Christ tersenyum mendengarnya.

"Kayak gitu aja ya, berarti nanti gue nunggu Lo buat surat izin dari ortu dan segala perintilannya ya." Kata Christ yang bangkit dari duduknya.

"Kok kakak cepat sekali, ada kerjaan lain kah?" Tanya Intan.

"Iya nih, duluan ya, enggak usah kelayaban, langsung pulang hari mendung tuh." Kata Christ memperingatkan Intan. Intan hanya mengangguk dan menunggu Christ menjauh dari tempat mereka bertemu. Intan juga meninggalkan cafe itu sesaat setelah menghabiskan kopinya. Hari ini Intan tidak ke tempat gym karena tengah mengambil cuti, karena Intan mendapatkan periodenya di bulan ini. Benar-benar membuat Intan risih sekali rasanya. Ingin rasanya cepat selesai tapi baru juga dapat masa langsung selesai. Intan memilih duduk di taman sambil menikmati mendung syahdu awan diatasnya. Bukannya pulang seperti yang disuruh Christ, Intan malah termenung di taman dengan segelas es americani di tangannya. Mengawang jauh, apa bisa ya Intan meraih segala cita-cita nya yang dia rasa sendiri tidak mudah, Intan bahkan sudah berlatih bagaimana caranya agar sukses, meski secara otodidak. Tapi Intan sepertinya mengalami syndrom malas yang akut, dia sangat malas untuk melakukan apapun bahkan ketika dia tahu dia harus belajar dan mengerjakan sesuatu, tapi selalu terus di tunda. Intan juga kadang kesal dengan dirinya sendiri, tapi berubah bukanlah hal yang mudah.

Setelah puas merenung di taman sendirian Intan hendak pulang namun dia bertemu dengan Fendi cowok gym juga anak kuliahan juga, sekarang tengah menempuh S2 di luar negeri.

"Lama enggak jumpa." Kata Fendi,

"Iya, kakak semakin tampan saja." Puji Intan, meski selalu berbicara kekonyolan didalam grup, Intan tak menyangka bahwa berdekatan dengan Fendi akan membuatnya salah tingkah sendiri, tapi Intan terus mensugestijab dirinya agar tidak terjadi apa-apa. Fendi diketahui bisa baca pikiran orang, jadi Intan merasa sia-sia ketika tahu Fendi bisa membaca pikirannya. Intan menghela nafas dan menatap jauh kedepan. Fendi juga melakukan hal yang sama seperti Intan lakukan.

"Gimana sekolah di luar negeri, menyenangkan?" Tanya Intan

"Seperti sekolah pada umumnya, terlihat biasa saja." Jawab Fendi.

"Bagaimana denganmu?" Sambung Fendi.

"Aku bentar lagi lulus tapi aku bingung harus apa setelah ini." Jelas Intan

"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, jangan anggap itu beban atau kau akan sulit untuk maj." Motivasi dari seniornya sendiri.

"Mau jajan kesana enggak, yuk temenin gue." Ajak Fendi, Intan bangkit dan mengikuti Fendi disampingnya.

"Udah lama deh enggak liat street food kaya gini." Kata Fendi.

"Apaan sih, belom lama juga Lo ninggalin Indonesia udah kangen aja. Lagian jangan sering bolak-balik, sayang uangnya." Kata Intan.

"Toh duid orang tua." Jawab Fendi enteng.

"Ya justru karena uang orang tua, jadi jangan sia-siain gitu aja, kasihan mereka." Kata Intan

"Iya deh iya, gue praktekin nanti, oh ya kamu mau makan apa?" Tanya Fendi.

"Ah bakso aja deh." Kata Intan, Fendi memesan dua bakso dan dua es jeruk.

"Harusnya disana bareng Kak Putera kan, tapi kok Kak Putera disini terus ya, dan ngambil job coach." Kata Intan.

"Seriusan?" Tanya Fendi yang tak percaya.

"Kok Lo baru tahu, biasanya Lo bakal jadi orang yang bakal tahu duluan." Kata Intan yang meyelidik kearah Fendi.

"Iya tetep aja enggak semuanya gue bisa." Kata Fendi.

"Ya iya sih."

"Lo lagi sering ngegym ya?" Tanya Fendi pada Intan yang sibuk memainkan cup minumannya.

"Iya lumayan lah, tapi gue lagi mikir buat masuk ke tempat kerja nya Kak Christ." Jawab Intan.

"Kerja apa sama dia?" Tanya Fendi

"Ke pertanian mungkin, kan Lo tahu gue mahasiswa pertanian kan." Kata Intan yang diangguki oleh Fendi.

"Tapi kan enggak harus juga Lo masuk atau terjun ke dunia pertanian hanya karena Lo mahasiswa pertanian." Kata Fendi yang mulai memakan baksonya. Intan juga melakukan hal yang sama, ini adalah kali pertama untuknya bersama Fendi dan bahkan makan bersama.

"Oh ya mulai kapan Lo bakal ke Yogya, terus tinggal dimana?" Tanya Fendi.

"Kalau itu, kak Christ nyuruh gue buat tinggal bareng aja, toh rumahnya lagi di renovasi kan. Bakal jadi kaya istana sih gue percaya." Jelas Intan. Fendi hanya mendengarkan sambil menguyah makanannya. Selesai makan bakso, Fendi dan Intan kembali berjalan i jalan taman tersebut, menikmati semilir angin dan langit yang mulai cerah yang hanya mengejek bahwa akan hujan namun nyatanya tidak hujan.

"Kau tak perlu khawatir, semua sudah berjalan sesuai kehendak-Nya, kita hanya bisa menjalankannya suka maupun tidak suka, jadi good luck ya, semoga apa yang disemogakan tersemogakan buat Lo dah." Ucap Fendi panjang sekali, sepanjang jalan kenangan sama mantan, ga.