Chereads / How To Be A Perfect / Chapter 8 - Pondering for ideas

Chapter 8 - Pondering for ideas

Besok sudah mulai masuk semester tujuh, sedangkan Intan sudah malas sekali untuk kuliah. Padahal kemarin semangat banget, supaya semester tujuh itu rajin, tapi dia feeling enggak bakal semulus yang dia pikirkan. Tapi ya gimana lagi, uang semester kan sudah di kasih juga. Hari Senin ini, semua mata kuliah online. Pak Mahendra hanya meminta absen saja, tapi Pak Afif meminta untuk melakukan video call via zoom.

Benar saja dosen itu yang bernama Afif, adalah dosen killer, absen pun lewat zoom jika tidak ya alpha dan segala tetek bengeknya. Intan berfikir mungkin dia akan berakhir dengan nilai c, tapi seperti tidak ada takutnya. Intan bahkan tidak merespon ketika Pak Afif bertanya dan memintanya untuk on camera, Intan mengumpat dalam hati, jika nanti dia menjadi dosen, dia tidak akan membuat mahasiswanya ribet nanti karena segala aturan yang tidak berguna itu.

Intan hanya akan bandel dengan mata kuliah yang di ampu oleh dosen Afif, sisanya dia akan kejar, bodoamat jika nilainya jelek, yang penting tugas numpuk. Itu sih dipikiran Intan tapi enggak tahu nanti kaya gimana.

Kalian tahu enggak sih, rasnya lelah batin, Intan itu lagi di fase males ngapa-ngapain tapi dia butuh uang, lebih baik dulu dia lulus SMK langsung bekerja darioada kuliah kaya gini, enggak ada gunanya cuman nambahin pikiran aja. Intan juga kena tekanan bahwa orang tuanya menginginkan dia menjadi pegawai negeri sipil, bertentangan dengan Intan yang ingin menjadi konten kreator. Tapi meski begitu Intan akan tetap mencobanya, yang penting sudah mencoba dan menuruti orang tua, hasil ya lihat nanti saja. Intan bekerja sebagai freelance nulis, kadang dia juga malas mengerjakan novelnya, tapi mau gimana lagi, dia harus membuat novel untuk uang yang lumayan untuk jajan dirinya. Meski tak seberapa, ternyata ayahnya juga cukup senang karena dia bisa mencari uang jajan sendiri, Intan belum lama menulis, dia juga sedikit malas mengerjakannya, apalagi kuliah sudah mulai.

Siang ini Intan akan membuat kangkung rebus, sambal cabai pedas dan telur rebus. Intan mau diet lagi, kalau gagal ya sudah bodoamat juga. Emang dasar kalau enggak niat diet pasti enggak bakal jadi. Padahal berat badannya sekarang mengkhawatirkan, naik jadi 65 kg dengan tinggi badan 158,5 cm. Intan ingin langsing seperti idol itu, tapi apalah daya, gorengan benar-benar tidak bisa dihindari. Intan pernah mencoba untuk food clean tapi yang ada Intan sendiri muntah karena tidak terbiasa dengan rebusan tanpa sambal goreng cabai. Ayah dan Ibunya sedang tidak ada dirumah, jadi Intan sedikit bebas untuk melakukan apa saja dirumah. Perihal pekerjaannya dengan Kak Christ, Intan sudah bulat tekadnya untuk bekerja disana. Dia juga sudah malas untuk memikirkan kuliahnya yang hanya tinggal dua semester lagi. Akan Intan katakan nanti jika surat panggilan kerjanya sudah diantarkan oleh Kak Christ yang dia kirim lewat pos.

"Kok belum datang, apa Kak Christ lupa ya?" batin Intan sambil memakan makanan buatannya. Not bad, pikir Intan. Intan segera menghabiskannya, setelah ini Intan akan pergi keluar sebentar. Menscroll laman media sosial, akhir-akhir ini Intan terpana dengan model busana Jepang yang seumuran dengannya, bahkan Intan mengikuti model cosplayer lainnya. Intan benar-benar terpana, hingga ia mencari tahu seluk-beluk Jepang itu seperti apa, Intan berharap dia bisa bekerja ke Jepang dan bertemu dia, tapi Intan sadar diri kok, di notice like komentnya aja sudah senang apalagi bisa pacaran sama dia, tapi itu hanya mimpi belaka, si model busana itu saja tidak kenal Intan kok ya kali bisa jadi suaminya nanti. Halu banget, tapi kemarin Intan harus sakit hati, karena si model post foto lagi dari g sama cewek. Intan sakit hati, foto si model aja dia hapus dari galerinya, tapi abis itu masih aja secroll. Intan inget banget si model busana itu bikin status lagi di pinggir sungai dengan captionnya menggunakan bahasa Jepang yang artinya 'anginnya dingin'. Lalu Intan koment 'Ya dingin kaya kamu', tapi keesokan harinya Intan menemukan caption itu dihapus beserta komentarnya. Lah apa ya enggak tambah gimana gitu ya, Intan ngerasa apa si model marah sama dia karena dia komentar begitu, kan Intan tambah negatif thinking jadinya. Tapi Intan hanya tersenyum kecut mendapati itu, sudah lah lihat kedepan saja, lihat siapa yang akan menjadi jodohku, batin Intan. Tapi Intan selalu kesal sendiri kalau si model busana itu post foto, apalagi kalau foto sama temannya yang ada ceweknya, Intan langsung kesal sendiri, padahal bukan siapa-siapa nya.

"Lama-lama dia bikin gue makin kesal, tapi gue enggak bisa move on sama gimana ke bad boy an dia. Pen banget punya pacar bad boy." kata Intan dengan lirih.

Intan akan mandi dan keluar, dia harus mencari inspirasi untuk menulis, selesai mandi Intan sedikit berdandan dan menggunakan pakaian kedodoran. Tujuannya sekarang adalah taman kota sambil duduk disana. Selesai, Intan memanaskan kendaraan roda dua itu, Intan sudah meminta izin keoada kedua orang tuanya dan diizinkan. Intan sudah janji untuk tidak berlaam-lama diluar. Tiga puluh lima menit menempuh perjalanan, akhirnya Intan sampai di taman kota. Lama termenung, kursinya berderit tanda ada yang duduk disebelahnya, betapa terkejutnya Intan ketika siapa yang duduk disampingnya.

"Nih, alpukat kocok, jangan bengong sendiri, kayak orang gila tahu enggak." kata cowok dingin itu sambil meminum alpukat kocoknya, Intan meraih alpukat kocok yang diberikan padanya.

"Terimakasih, oh kenapa Kakak disini?" tanya Intan yang sebenernya terkejut dengan kedatangan cowok yang dulu berada di kubu lawan mantan pacarnya, tapi sekarang malah gabung sama mantan pacarnya. Samuel, adik angkat Fendi dan Kak Ken, mereka mengangkat Samuel karena kasihan dia sekarang hidup sendiri karena neneknya sudah tidak ada, dia masih ada ayah tapi ayahnya sibuk mengurus perusahaan. Daripada luntang-lantung diluar dengan rendah hati Keluarga Fendi mau menerimanya. Samuel juga sudah tidak urakan seperti dulu, keluarga pamannya tidak mau peduli dengan Samuel karena dia terlalu bernadalan.

"Suka-suka gue dong, kaki juga punya gue, suka gue mau kemana." kata Samuel yang masih lekat menatap kedepan. Intan ngedumel dalam hati, kemudian dia juga menatap kearah depan.

"Lo katanya mau ke Jogja kerja sama Kak Christ? Terus kuliah Lo gimana?" tanya Samuel tiba-tiba.

"Masih online kok Kak, bisa diatur." kata Intan sambil tersenyum tipis.

"Gue pulang dulu, nanti Mantan Lo ngamuk ke gue karena duduk sama Lo kaya gini." kata Samuel yang bangkit meninggalkan Intan, Intan hanya tersenyum kecut. Tidak akan ada cowok geng mantannya yang jelas tahu tentang mantan Intan sebar-bar apa mantan Intan kalau marah, padahal sudah mantan tapi ya gitu deh, Intan juga masih kena pukul kalau ketahuan jalan sama cowok.