"Haha, iya, aku mengerti. Terima kasih banyak, Kakek."
Alia tersenyum sangat bahagia, tapi di dalam hatinya dia masih ingin memperjuangkan dirinya sendiri dan mendapatkan kembali barang-barang milik ibunya.
Di lantai dua, Cahyo menyaksikan kakek dan cucu itu saling berpelukan, dan alisnya mengerut. Hatinya penuh dengan kekhawatiran.
Gadis yang seharusnya sudah mati ini…. Apakah dia mencoba memfitnahku di depan orang tua itu dan mencoba menghancurkan kerja sama antara Soekamto dan keluarga Hardiyanta?
Sonia masuk ke kamar tidur dengan tenang, mengikuti tatapan Cahyo, dan berkata dengan masam, "Hebat, sekarang Alia memiliki keluarga Soekamto sebagai pendukung, dan dia tidak akan pernah memandangku sebagai ibu dan Bonita sebagai saudaranya di masa depan. Aku sudah tidak tahu bagaimana cara yang bagus untuk menggertaknya lagi."
"Dia tidak akan berani! Jika dia berani mengganggumu, aku akan membuatnya menderita."