Cahyo berdiri diam dengan wajah tertekan, dan saat melihat punggung Alia yang semakin jauh darinya, hatinya terasa sedikit sakit.
Bagaimanapun juga, Alia adalah putrinya, dan tidak peduli hal apapun yang dia lakukan padanya, dia selalu akan menjadi bagian dari keluarganya sendiri.
Tidak mungkin hatinya tidak terluka melihatnya begitu terasing dari dirinya sendiri seperti ini.
Tetapi rasa sakit itu tidak berlangsung lama, dan berubah menjadi perasaan hampa.
Tangisan bayi yang belum dewasa terdengar di telinganya. Cahyo teringat ketika Alia baru saja lahir dan saat menyadari bahwa dia adalah seorang ayah untuk pertama kalinya. Sukacitanya seakan-akan ingin meledak di depan seluruh dunia.
Istrinya juga lembut dan baik hati, tetapi setelah seorang wanita memiliki anak, dia selalu tidak punya energi untuk mendandani dirinya sendiri.
Lambat laun, keharmonisan keluarganya pun retak.
Dia selingkuh, jatuh cinta dengan wanita lain, dan punya anak di luar pernikahan.