Chereads / Exor Sang Pembawa Kekacauan / Chapter 18 - Pertarungan kedua

Chapter 18 - Pertarungan kedua

Hari ketiga aku berada di tempat ini, setelah meninggalnya Derold, aku mencoba untuk berbaur dengan petarung lain. Namun semuanya mengabaikanku, sepertinya aku tidak lebih dari lalat di mata mereka. Mungkin mereka meremehkan kekuatanku, kurasa itu adalah hal yang wajar mengingat aku memang baru bertarung sekali disini. Kebetulan hari ini adalah hari pertarungan keduaku.

Semoga aku mendapatkan lawan yang tidak terlalu berat. Dengan begitu aku bisa menguji serta menunjukan batas kekuatanku. Meskipun aku masih belum menjadi Exor tetapi aku bisa merasakan bahwa kekuatan fisikku meningkat lagi. Aku merasa sangat ringan sehingga membuatku lebih mudah dalam melompat dan juga berlari.

Aku terus melatih ototku sambil menunggu waktu pertarunganku tiba. Pagi tadi aku memaksakan diri untuk memakan semangkok penuh serangga yang disediakan. Rasanya benar-benar buruk, tetapi setidaknya aku cukup kenyang dan siap untuk bertarung.

Akhirnya petugas memanggilku setelah matahari bergantung di tengah langit. Di siang yang sangat cerah, aku memasuki arena yang sama dengan tempat pertarunganku dua hari lalu. Namun ada hal yang membuatku heran. Tak ada penonton yang mengelilingi kami, hal ini jelas sangat aneh, kemana setengah binatang itu pergi? Tak peduli seberapa membosankan pertarungan yang disajikan seharusnya masih ada beberapa orang yang menonton pertarungan ini.

Sayang sekali aku harus segera membuang pemikiranku karena lawanku telah memulai serangannya. Lawan yang kuhadapi saat ini adalah manusia buaya setinggi 2,5 meter yang terlihat sangat ganas. Dia segera mengayunkan ekornya yang panjang dan berat untuk mencambukku. Aku melompat menghindarinya. Serangan dia tidak berhenti disitu. Dia segera menerjang menyerangku. Aku belum sempat untuk menghindar sehingga dia dengan mudah menangkap tubuhku.

Tanpa ragu dia membantingku ke permukaan. Aku terkejut menemukan bahwa resistensi tubuhku terhadap rasa sakit menguat. Jika itu diriku sebulan lalu mungkin bantingan ini sudah cukup untuk membuatku kesakitan dan pegal-pegal selama seminggu. Namun sekarang berbeda, Aku segera bangkit dan menghindari kaki manusia buaya itu. Pertarungan kami baru saja dimulai.

Antara kami berdua, satu-satunya keuntunganku adalah kecepatan dan kelincahan. Manusia buaya ini memiliki banyak keunggulan seperti kekuatan, ketahanan tubuh, cengkraman yang kuat dan lain-lain. Jika dia mematahkan salah satu kakiku maka habislah sudah. Karena itu aku harus berhati-hati.

Aku melompat ke depan dan mencoba meninju punggung manusia buaya itu. Keras! Kulitnya begitu keras sehingga tinjuk tidak menimbulkan dampak apapun. Aku segera melompat ke belakang sebelum dia bisa menangkapku. Manusia buaya itu tidak puas, dia berlari ke depan sambil memojokkanku. Aku mencoba meloloskan diri, tetapi dia mengayunkan ekornya sehingga mengenai tubuhku dan mendorongku ke belakang.

Saat dia hendak menangkapku aku segera berlari melewati celah diantara kedua kakinya. Ekornya sekali lagi mengayun mencoba untuk mengincar tubuhku. Kali ini aku berhasil menghindar dengan baik sehingga serangan tersebut tidak mengenaiku.

"Bagaimana caraku mengalahkannya?"

Dengan kulit yang begitu keras, badan yang besar dan resistensi terhadap luka yang tinggi. Sulit bagiku untuk mengancamnya hanya dengan cara biasa. Tinjuku tak cukup kuat untuk melukainya. Aku harus menemukan cara untuk mengalahkannya.

Aku akan mencoba dengan lehernya. Manusia buaya itu berjalan mendekatiku. Kali ini aku berlari ke arah pagar pembatas, saat dia hendak menangkapku aku segera melompat lalu menggunakan pagar pembatas sebagai pijakan setelah itu aku melompat ke Pundak manusia buaya tersebut. Aku mencoba memukul lehernya.

Saat tanganku mengenai lehernya, aku merasa terkejut. Meski tidak memiliki sisik buaya tetapi lehernya juga cukup keras. Ditengah keterkejutanku, Manusia buaya itu mencengkram tubuhku lalu membantingnya ke pagar pembatas. Sebelum aku bisa menghindar, dia melancarkan pukulan keras yang mengarah ke kepalaku. Aku menggunakan kedua tangan untuk mencegah dampak pukulan tersebut.

Namun sangat jelas bahwa tanganku tidak cukup kuat. Aku merasakan sakit pada kedua tanganku seolah-olah keduanya bisa patah kapan saja. Aku kemudian menggunakan jeda diantara pukulan-pukulannya untuk menggeser badanku ke samping. Aku berhasil melarikan diri dari pukulannya tetapi dia segera mengayunkan ekornya berusaha mencegahku kabur.

Aku melompat memanfaatkan celah antara ekor dan tangannya. Setelah itu aku berlari agak menjauh. Kini sudah jelas bahwa kelemahannya tidak terletak di leher. Kalau begitu aku akan meencoba bagian bawah tubuhnya. Sebelum itu tentu aku harus berhati-hati, aku yakin dia sudah tahu bahwa aku sedang mencari-cari kelemahannya saat ini.

"Apa kau bisa bicara, buaya bodoh?"

"Nikmatilah waktumu, ini adalah terakhir kalinya kau bisa lolos dariku," dengan suara serak dan rendah dia membalas ejekkanku.

Aku kemudian berlari ke depan. Namun pergerakan manusia buaya itu mengejutkanku. Dia melompat tinggi-tinggi sehingga membuat arena bergetar dengan kuat. Dia kemudian berlari dengan kecepatan yang mengejutkan. Setelah itu dia mengayunkan tangannya mengincar wajahku. Aku memiringkan badanku sedikit membuat pukulannya meleset. Setelah itu aku memegang tangannya dari samping dan melompat. Aku menggunakan tangannya untuk melompat mendekati wajahnya.

Aku memukul tepat di area mata kirinya sebelum kabur menjauhi manusia buaya itu. Dia tak mengejarku melainkan memegangi mata kirinya. "Ahh sialan kau manusia kecil. Beraninya kau menyakiti aku, Kroko yang perkasa."

Matanya juga merupakan kelemahan. Selama aku bisa membutakannya, seharusnya kemampuan bertarungnya akan turun drastis. Namun tentu saja, dia tidak akan membiarkanku melakukannya dengan mudah kali ini.

Aku mulai percaya diri, meskipun aku lebih lemah darinya, tetapi aku juga memiliki keunggulan. Manusia punya cara manusia untuk mengalahkan mereka yang lebih kuat.

Manusia buaya bernama Kroko tersebut mengubah posturnya menjadi lebih rendah. Setelah itu dia berlari ke arahku. Melihat kedatangannya, Aku segera bersiap-siap. Aku kemudian berlari menuju Kroko. Disaat aku melompat Kroko melebarkan tangannya dan menangkapku menggunakan tangan kanannya. Setelah itu dia membantingku ke permukaan. Aku menggunakan kakiku untuk menghantam bagian bawah tubuhnya.

Hal itu membuat Kroko melepaskanku, aku memanfaatkan itu untuk berdiri lalu meloncat sembari mengayunkan kakiku ke arah mata Kroko. Kroko melangkah ke depan dan menyundul tubuhku. Meskipun aku terdorong ke belakang tetapi setidaknya aku melancarkan serangan kedua padanya. Namun yang tidak kusangka, Kroko mengabaikan tendanganku, meskipun dia kesakitan tetapi dia memaksakan diri untuk mencengkram tanganku.

Kali ini dia menggenggam tanganku dengan sangat keras.

"Argh! Sialan ini sangat sakit." Tanganku kananku patah, aku menjerit tak karuan.

"Hahaha, berteriaklah manusia kecil!" Kroko menertawakanku meskipun dia sendiri terluka dibagian matanya sehingga dia harus menutup satu matanya.

Aku menggunakan kakiku untuk menendang bagian ketiak Kroko sehingga dia terpaksa harus melepaskan diriku. Aku segera melompat ke belakang beberapa kali. Aku meraba tangan kananku menggunakan tangan kiri dengan hati-hati. Aku tidak bisa menggerakan tangank kananku. Tangan kananku terkulai lemas dengan beberapa cucuran darah yang keluar akibat remasan Kroko yang menimbulkan luka di tanganku.

Ledakan besar tiba-tiba terjadi begitu saja. Aku dan juga Kroko yang sedang berjalan ke arahku segera mengalihkan perhatian kami pada ledakan tersebut.