Chereads / Exor Sang Pembawa Kekacauan / Chapter 7 - Misteri Bukit Verra

Chapter 7 - Misteri Bukit Verra

Di selatan kota ini, ada sebuah bukit yang bernama bukit Verra. Bukit tersebut diselimuti misteri. Hal ini berawal dari 6 tahun lalu ketika sekelompok pendaki ditemukan tewas di bukit tersebut. Mereka ditemukan tewas disatu tempat yang sama dimana pohon-pohon di tempat tersebut ditemukan rusak parah seolah-olah telah terkena suatu bencana.

Setelah sebulan lebih penyebabnya masih belum ditemukan, pihak berwenang akhirnya menutup kasus tersebut begitu saja. Banyak rumor bertebaran, salah satu yang paling popular adalah rumor mengenai keberadaan monster misterius di bukit tersebut. Hal ini memancing sekelompok pemburu untuk mendaki ke gunung tersebut. Namun, seminggu kemudian para pemburu itu dinyatakan hilang.

Satu-satunya hal yang bisa menjadi tanda adalah barang-barang milik para pemburu tersebut yang tertinggal di tenda. Keadaan sekitar tenda sendiri rusak parah. Hal ini kembali menimbulkan sensasi. Meskipun, pihak berwenang masih belum menutup akses ke bukit Verra tetapi bukit Verra telah menjadi bukit terlarang bagi orang-orang di kotaku.

Jika ada satu tempat yang bisa membuatku lebih paham mengenai dunia Exor, mungkin bukit Verra adalah tempatnya. Tak diragukan lagi bahwa kejadian di bukit Verra pasti berkaitan dengan dunia Exor. Meskipun pihak berwenang tidak mengatakan apa-apa namun banyak rumor mengenai keterlibatan gereja keselamatan dalam proses pencarian orang yang hilang di bukit tersebut.

Aku, yang kembali bolos sekolah, akhirnya sampai di kaki bukit Verra. Setelah 30 menit duduk di dalam bus akhirnya aku sampai di Desa Roco. Aku disambut oleh gapura yang sudah lusuh. Aku mendengar tempat ini dulunya ramai namun semenjak terjadi insiden di Bukit Verra, Desa Roco yang dulunya tempat wisata sekarang sangat sepi.

Sejujurnya secara geografis Desa ini berada di tempat yang kurang ideal untuk bertani, tidak dilewati oleh jalan utama, dan juga jauh dari sumber air. Mungkin karena itulah banyak penduduk desa memutuskan untuk pindah setelah tempat ini tidak berfungsi sebagai objek wisata lagi. Tetapi, aku yakin masih banyak juga penduduk desa yang memilih untuk menetap disini.

Aku berjalan perlahan memasuki desa, pada awalnya yang kulihat hanya rumah-rumah yang sudah terbengkalai, setelah beberapa saat akhirnya aku menemukan penduduk desa Roco. Dia adalah seorang gadis kecil yang sedang bermain dengan sebuah boneka lusuh.

"Permisi nona kecil, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Hyaaa!!" Gadis kecil itu berlari ketakutan dan masuk ke dalam rumahnya.

Aku terheran-heran, kenapa gadis itu nampak ketakutan? Aku hanya bisa melanjutkan perjalananku. Aku akhirnya melihat sebuah bar kecil yang dibuka di desa ini. Aku dengan semangat membuka pintu bar tersebut. Namun, sebuah teriakan segera mengejutkanku.

"Adikku hilang disana!! Apa kau pikir aku harus diam saja hah?!"

Di dalam bar, ada 4 orang yang nampaknya sedang berdebat mengenai sesuatu. Orang pertama adalah gadis berusia sekitar 20-an, dari percakapannya nampaknya adiknya hilang di suatu tempat. Kedua, seorang pria dewasa dengan badan kekar dan brewok yang memenuhi wajahnya.

Ketiga, seorang pria paruh baya yang kurus kering, nampaknya dia adalah pemilik Bar ini. Keempat, seorang wanita berusia 40 tahunan yang berdiri di tengah mencoba meleraikan perdebatan antara sang gadis dengan pria brewokkan.

Orang-orang di bar itu menyadari kedatanganku, mereka menghentikan perkelahian mereka dan menatapku. Sang pria berbrewok bertanya padaku, "Siapa kau?"

Dengan gugup, aku menjawab pertanyaannya, "Ee, aku datang dari kota Siera, aku kesini untuk mendaki bukit Verra."

"Jika kau masih sayang dengan nyawamu, pergilah dari sini selagi nyawamu masih aman dan jangan pernah kemari lagi kecuali kau benar-benar ingin mati," ucap si pria brewokkan.

Aku mengeryitkan dahiku, sepertinya bukit ini benar-benar berbahaya, apa aku akan baik-baik saja jika pergi kesana? Maksudku, secara fisik aku memang lebih kuat tetapi jika aku masuk ke sana sendirian aku khawatir bahkan hidupku sendiri mungkin akan terancam.

"Jangan dengarkan orang itu! Aku tahu jalan kesana, aku bisa menemanimu pergi ke bukit Verra," ujar si gadis padaku. Ia berjalan mendekatiku dan mengulurkan tangannya. Aku menjabat tangannya.

"Namaku Clarissa, salam kenal."

"Namaku Kevin, salam kenal. Apakah bukit Verra benar-benar memiliki monster seperti rumor? Apa orang-orang disini pernah melihat sesuatu?" tanyaku.

Wanita yang melerai perdebatan antara Clarissa dan Pria Brewokkan menjawab pertanyaanku, "Secara spesifik kami belum pernah melihat hal yang aneh tetapi mungkin Arnold pernah, ngomong-ngomong kau bisa memanggilku nyonya Theresa," ucapnya sambil melirik ke arah Arnold, si Pria Brewokkan.

Arnold memalingkan mukanya, dengan suara yang dalam dia berkata, "Hal itu lebih dari monster, tak pernah ada satupun orang yang hidup setelah melihatnya."

"Kecuali dirimu, Arnold," tambah si pemilik Bar.

"Satu-satunya alasan aku selamat adalah karena aku mengorbankan mereka." Arnold meraih kalung di lehernya dan menatapnya dengan sedih.

Clarissa membungkuk dan berbisik padaku, "Paman Arnold kehilangan istri dan anaknya."

Aku tak tahu apa yang terjadi tetapi aku yakin ini bukan sesuatu yang bisa diceritakan Arnold dengan santai. Arnold tiba-tiba bangun dia menatapku dan Clarissa lalu berkata, "Aku telah memperingatkan kalian berdua, jika kalian masih ingin pergi maka pergilah tetapi jangan mengajak orang lain. Jangan libatkan desa ini dengan sesuatu yang berbahaya."

Setelah mengatakan itu, Arnold melenggang pergi dari Bar.

Clarissa bertanya padaku, "Hei, apa kau sudah makan siang?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Paman Jenkin berikan kami dua porsi makanan dan dua gelas beer," katanya pada si pemilik bar.

Setelah itu kami duduk saling berhadapan di sebuah meja.

Aku bertanya pada Clarissa, "Aku mendengar sesuatu tentang adikmu, kalau boleh tahu apa yang telah terjadi?"

"Kejadian itu terjadi kemarin, di keluargaku aku hanya mempunyai adikku, kedua orang tuaku sudah meninggal. Kami sering pergi ke hutan untuk kehidupan sehari-hari, penghasilan utama kami adalah jamur sokke, apa kau pernah mendengarnya?"

"Aku pernah mendengarmya, itu jamur yang sangat enak dan popular di kota Siera."

"Jamur sokke tumbuh di segala musim, tetapi hanya di tempat-tempat tertentu jamur sokke bisa tumbuh. Hanya saja tempat-tempat tersebut sekarang sudah rusak, karena itu kami memutuskan untuk mencarinya di bukit."

Clarissa berhenti sebentar untuk menghela nafas sebelum melanjutkan. "Walaupun aku tak percaya dengan rumor-rumor mengenai Bukit Verra tetapi aku masih berhati-hati. Aku menggunakan tali sepanjang 100 meter untuk menghubungkan tubuhku dengan tubuh adikku. Aku menggunakan tali tersebut agar jangkauan pencarian kami bisa sedikit lebih luas."

Clarissa melanjutkan, "Aku mengatakan pada adikku untuk menarik tali jika terjadi sesuatu. Setelah itu kami berpencar. Namun pada saat itu, adikku sudah hilang. Aku menyusuri tali tersebut tapi tak ada bagian yang putus. Aku tahu bagian ujung sudah semakin dekat. Saat aku berpikir akan menemukan adikku, ternyata ujung tali tersebut adalah sebuah batu besar.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Tali yang kuikatkan pada tubuh adikku seolah-seolah keluar dari batu. Aneh bukan? Tidak mungkin adikku tiba-tiba berada dalam batu besar."

Jika itu benar-benar terjadi maka jawabannya hanya bisa kekuatan supranatural.

"Tetapi jika yang kau lihat itu benar, tidakkah kau berpikir bahwa adikmu telah mati?"

Clarissa menundukkan wajahnya dan bergumam, "Selama jasad adikku belum ditemukan, maka aku akan terus mencarinya."