Chereads / GAIRAH LIAR ISTRI BOSKU / Chapter 3 - HMT 3 - PERHATIAN AARON

Chapter 3 - HMT 3 - PERHATIAN AARON

Setibanya di area pesta Aaron segera mempersilakan Theresa duduk pada bangku VIP. Dia bahkan menarik dan memeriksa bangku untuk Theresa duduki lebih dulu.

Theresa tahu hal seperti itu sudah menjadi tugas bagi seorang bodyguard. Namun entah kenapa dia merasa Aaron melakukan hal yang lebih untuknya. Dia merasa tersanjung akan perhatian pria tampan itu padanya.

"Silakan duduk, Nyonya." Aaron menatap lembut pada Theresa yang tampak sedang melamun.

"Ah, iya. Terima kasih," balas Theresa agak tersentak dengan suara bass Aaron padanya. Dia pun segera mendaratkan bokongnya pada bangkunya.

"Nikmatilah pestanya, aku akan menunggu di sana." Aaron agak mencondongkan wajahnya pada telinga Theresa dari belakangnya.

Napasnya berhembus membelai tengkuk leher wanita itu. Theresa pun merasa merinding sekaligus berdebar-debar dibuatnya.

Sementara wangi segar dari rambut Theresa membuat Aaron hampir dimabuk kepayang. Dia sangat menyukainya.

Theresa menoleh memandangi punggung Aaron yang kian menjauh darinya. Bibirnya mengulas senyum. Entah kenapa dirinya merasa menyukai pria muda itu. Apakah ini perasaan cinta? Ah, tidak mungkin! Itu terlalu cepat jika disebut cinta, pikirnya.

Pesta pun terus berlangsung.

Semua tamu tampak sedang berdansa dengan pasangannya. Theresa merasa kesepian karena Charles belum juga kelihatan batang hidungnya. Kemana pria sialan itu? Kenapa dirinya dibiarkan sendiri seperti ini!

Theresa mulai merasa bosan dan kesal.

Sedang gelisah Theresa, kemudian Charles datang bersama beberapa orang bodyguard yang mengapit langkahnya. Theresa merasa sedikit lega. Dia segera bangkit menyambut suaminya itu.

"Kenapa lama sekali? Apa kamu bermain-main dulu dengan para jalang-mu itu?" bisik Theresa pada Charles yang sudah berdiri di sampingnya.

Charles tertawa keras mendengar ucapan Theresa. Semua tamu menoleh ke arah mereka. Charles pun segera meraih pipi Theresa dengan sebuah kecupan mesra.

"Jangan cari masalah di sini," bisiknya pada Theresa sembari menatapnya tajam. Namun kemudian dia tertawa kecil seolah sedang menggoda istrinya itu.

Akting yang sangat bagus!

Theresa hanya tersenyum jengah melihatnya. Charles memang sangat pandai berakting seolah dirinya adalah suami yang sangat baik di depan semua orang.

Theresa sangat muak. Namun demi nama baik EXO dirinya pun ikut berakting pula.

Aaron memalingkan wajahnya melihat kemesraan Charles dan Theresa. Keduanya sedang berdansa bersama para pasangan lainnya. Dia melihat Theresa tertawa bersama Charles. Sepertinya wanita itu sangat bahagia karena suaminya sudah datang, pikirnya cemburu.

Perlahan Aaron pun mundur meninggalkan pesta. Dia berjalan menuju mobilnya yang berada di pelataran hotel. Di sana dia menghidupkan api rokoknya sembari bersandar pinggang pada bagian depan mobilnya. Pikirannya mulai melayang setelah menghembuskan asap rokoknya ke udara.

Wanita itu sangat cantik. Kenapa hatinya merasa kehilangan melihat Theresa bersama suaminya? Bodoh! Dasar bodoh! Tugasnya hanya untuk menjaga keselamatan Nyonya Bosley, bukan malah jatuh cinta padanya.

What? Jatuh cinta? Aaron menggelengkan kepalanya. Masa iya dirinya telah jatuh cinta pada Nyonya Bosley? Konyol sekali! Kaki kanannya menendang batu kecil yang berada di bawah kakinya.

"Kasihan Nyonya Bosley. Wanita secantik dirinya hanya hidup seperti boneka bagi Presdir Bosley. Aku bahkan sangat sedih melihatnya."

"Kamu benar, Bung. Wanita secantik Nyonya Bosley harusnya menjadi istriku saja. Hahaha."

Aaron terkesiap mendengar suara percakapan para bodyguard yang sedang berdiri di belakangnya. Boneka? Dia mulai mencerna perbincangan dua rekannya itu.

Karena tak berani menanyakannya, Aaron pun memasang telinganya lebar-lebar ingin mendengarkan perbincangan mereka lebih lanjut. Tapi sial! Dua bodyguard itu malah pergi entah kemana.

"Presdir, Nyonya masih berada di dalam!" teriak seorang bodyguard pada Charles yang sedang berjalan cepat menuju mobilnya.

Suasana tampak ricuh. Seseorang telah mengacaukan pesta Tuan Edward. Bahkan terdengar suara tembakkan dari dalam hotel. Aaron terperanjat kaget melihat semua orang berhamburan keluar dari hotel. Dia segera melempar batang rokoknya lantas berlari guna mencari Theresa.

"Presdir, Nyonya masih di dalam. Bagaimana ini?" Seorang bodyguard terengah-engah mengejar Charles yang sudah sampai di samping mobilnya.

"Biarkan saja. Ayo cepat bantu aku masuk mobil. Lindungi aku! Cepat!" Charles tampak ketakutan karena para bandit itu sedang mengincar dirinya.

Beberapa tembakan pun tertuju padanya. Charles segera masuk mobil. Persetan dengan Theresa yang masih berada di dalam. Dia tidak perduli!

"Jalan cepat!" perintah Charles pada Daniel. Mobil pun segera melaju kencang meninggalkan area hotel. Beberapa mobil BMW hitam mengikutinya dari belakang.

"Dimana Presdir Bosley! Cepat cari dan bunuh dia!" teriak seorang pria berpakaian serba hitam sembari mengacungkan senapannya. Sementara sebagian wajahnya tertutup kain hitam. Entah siapa pria itu dan apa motif di balik kekacauan ini.

"Dimana Nyonya Bosley?!" tanya Aaron pada beberapa tamu yang berhamburan meninggalkan pesta. Sementara hujan peluru terus mengincar mereka.

Para tamu itu hanya menggelengkan kepalanya sembari berlarian keluar. Aaron sangat mencemaskan Theresa. Dimana wanita itu? Dia terus berlarian mencari wanita cantik dengan long dress warna hitam selutut itu.

Sementara Theresa sedang bersembunyi di taman belakang hotel. Dia membungkam mulutnya rapat-rapat sembari merapatkan punggungnya pada dinding berlumut di sana. Jantungnya berdebar-debar ketakutan. Sementara dua pria besenjata sedang mencarinya di sekitar taman.

Tubuh Theresa mengigil ketakutan. Terlebih hujan yang mulai turun dengan derasnya. Membuat tubuhnya basah kuyup saat ini.

"Dimana wanita itu? Kenapa cepat sekali dia menghilang!" Suara seorang pria bertubuh kekar dengan senjata api di tangannya. Sepasang matanya menyapu seluruh taman mencari Theresa.

"Entahlah. Sepertinya dia sudah kabur. Aku melihat mobil Presdir Bosley juga sudah tak ada di area hotel," tukas pria lainnya yang juga sedang mencari Theresa.

Theresa masih membungkam mulutnya. Matanya terpejam erat. Sial! Kenapa Charles meninggalkan dirinya pulang? Bagaimana jika para bandit itu berhasil menemukan dirinya.

Theresa sangat ketakutan saat ini.

Dia terus berdoa dalam hati agar para bandit itu tidak menemukannya.

Ekor matanya menoleh perlahan ke arah dimana dua pria itu berada. Syukurlah, akhirnya dua bandit itu pergi meninggalkan taman. Theresa bersandar lesu sembari bernapas lega.

Hujan masih gencar mengguyur tubuhnya. Perlahan Theresa beranjak untuk meninggalkan taman. Dia mendekap tubuhnya sendiri di bawah hujan. Dia sangat kedinginan. Tega benar Charles meninggalkan dirinya saat kerusukan di pesta tadi. Dasar suami kejam! Theresa merutuki Charles dalam hati.

Langkahnya terhenti di samping bangku taman. Theresa mendaratkan bokongnya di sana. Punggungnya bergetar hebat. Dia menangis sejadinya. Betapa malang nasibnya malam ini.

Air hujan yang berjatuhan deras tiba-tiba tak lagi dirinya rasakan. Theresa mengangkat sepasang matanya. Dia melihat Aaron sedang berdiri di hadapannya.

Pria itu memegang payung hitam guna melindunginya dari curah hujan. Theresa pun segera bangkit dan langsung memeluk bodyguard-nya itu. Dia menangis dalam pelukan Aaron.

"Tenanglah, Nyonya. Mari kita pulang." Aaron menepuk punggung Theresa dengan lembut. Dia merasa lega bisa menemukan wanita itu.

Theresa mengangguk sembari mengusap kedua pipinya. Kemudian keduanya segera meninggalkan taman.

Aaron memasangkan seat belt pada Theresa saat keduanya sudah duduk dalam mobil. Theresa merasa mendapatkan perhatian lebih dari Aaron. Dia merasa lebih baik sekarang.

"Aaron, bawa aku ke apartemenku saja. Aku tak ingin pulang malam ini," tukas Theresa dengan wajah lelah.

"Baik, Nyonya." Aaron segera melajukan mobilnya menuju apartemen Theresa yang tak jauh dari Hotel My Berry.

Memempuh perjalanan sekitar 30 menit sampai akhirnya mereka tiba di apartemen Theresa.

"Masuklah. Pakaianmu basah, di dalam ada beberapa stelan milik Presdir. Kamu boleh menukar pakaianmu," tukas Theresa pada Aaron setibanya di depan pintu unit apartemennya.

Aaron hanya mengangguk. Sebenarnya dia merasa lancang jika harus mengetanakan stelan milik Charles. Namun apa daya, pakaiannya sudah basah karena memayungi Theresa tadi. Dia pun mengikuti langkah elok Theresa memasuki apartemen.

Theresa berjalan menuju kamarnya dengan long dress yang melekat basah.

Hal itu mempertegas lekuk tubuhnya yang indah, bahkan aset-asetnya yang terlihat sangat menantang adrenalin birahi Aaron. Dia pun menelan salivanya melihat pinggul Theresa yang sedang melenggak-lenggok di depannya.