Suatu hari yang cerah Arsha begitu semangat di dadanya tumbuh benih cinta yang mendadak tak bisa ia ke dalikan.
"Aku harus menyatakan isi hatiku, rasa ini sudah tidak bisa aku tahan, lagi. Rania entah sejak kapan aku suka sama kamu," gumam Arsha merapikan diri depan cermin.
"Anak ayah, tumben dandan rapi banget, hayo ada apa?" Pak Hendra penasaran sosok anak bujangnya sudah tumbuh dewasa dan mulai terkena virus merah jambu.
"Kamu sedang kena virus, ya?"
"Ayah kok, bilang gitu? Amit-amit kena Coruna," ujar Arsha marah.
"Bukan virus Corona, tapi virus merah jambu itu love-love."
Arsha malu ketahuan sama ayahnya jika sedang jatuh cinta ia pun ngeles seperti bajaj lalu berkata "Sok, tau Ayah."
Arsha sudah siap mengendarai mobil Ferrari, melaju dengan perlahan-lahan saja.
Anak orang kaya bebas naik mobil apa saja terpenting terlihat keren, senangnya dalam hati misinya menyatakan cinta akan terlaksana hari ini juga, ia tak sabar memberikan sebuket mawar merah untuk Rania.
Sepucuk surat bertulisan kan ….
"Aku mencintaimu, sejak pertama kali kita bertemu rasanya jantungku tidak berhenti berdebar, detaknya sangat kencang, izinkan aku jadi kekasihmu, bila menerima cintaku berikan aku satu batang mawar."
Salam sayang dari Arsha untuk R.
Arsha bernyanyi soal lagu-lagu cinta, ia tampak sangat bahagia sekali, entah apa yang ada di kepalanya sampai mengira Rania gadis.
Tiba di restoran ia menitipkan buket bunga tersebut ke Wulandari.
"Wulandari, aku titip bunga ini untuk si R, ditunggu jawaban pas jam makan siang," ujarnya memberikan buket bunga ke Wulandari.
"R itu siapa? Mas Arsha itu bikin aku bingung saja, siapa yang namanya huruf R? Aku pikir Mas Arsha suka sama Kanaya."
Wulandari sibuk berpikir lalu Kanaya datang mengejutkan.
"Kanaya kamu ini ngagetin aja, nanti bisa jantungan ini, kamu tau gak siapa yang namanya huruf R?" tanya Wulandari penasaran.
"Aku, Reyna Kayana Zakia, ada apa tanya nama lengkapku?"
"Serius nama kamu huruf R?" tanya Wulandari antusias.
"Serius, tapi aku selalu kenalan dengan nama Kanaya, soalnya itu nama panggilan aku, kenapa sih?" Kanaya pun jadi bingung.
Wulandari bersorak gembira lalu mengucapkan selamat, ia berkata jika Pak Arsha menunggu jawaban Kanya nanti pas bel istirahat berbunyi.
"Ini seriusan bunga mawar buat aku dari Mas Arsha?" Kedua mata Kanaya berkaca-kaca ia tidak percaya bahwa laki-laki yang ditaksir ternyata suka dengannya.
"Serius, baca saja isi pesan itu," kata Wulandari tersenyum lebar ikut merasakan kebahagiaan temannya.
Kanaya langsung membacanya dengan keras, ia begitu gembira.
Rania tidak masuk kerja, kakinya yang terkilir sudah membaik tapi badannya panas akibat kelelahan, ia pun izin lewat Kanaya dengan mengirim pesan.
"Kanaya, tolong sampaikan Pak Hendra aku izin tidak masuk kerja hari ini, sebab aku tidak enak badan, bilang juga ke Mas Arsha ya, makasih sebelumnya."
Kanaya dengan sigap membalas satu kata, "Siap!" Rania membaca pesan Kanaya mengerutkan dahinya.
Rafli kasihan ke Rania yang kelelahan ia berusaha membuat hati wanita yang dicintai menjadi bahagia dengan segala cara.
Beberapa jam kemudian, bel istirahat berbunyi Kanya menyiapkan setangkai bunga mawar untuk Mas Arsha sebagai jawaban menerima cintanya ia pun sangat gembira.
"Mas Arsha," ujar Kanaya menepuk pundak Arsha yang duduk di bangku depan dekat pemohonan yang rindang.
"Kanaya, ada apa?" tanya Arsha masih belum sadar jika Rania tidak masuk kerja hari ini.
"Ini bunga mawar untuk Mas Arsha, aku juga suka sama kamu," kata Kanaya senyum-senyum menunduk malu.
"Kamu suka sama aku?" tanya Arsha bingung bagaimana bisa Kanaya mengira dirinya menyatakan cinta, kenapa salah sasaran begini kata batin Arsha.
"Mas Arsha pakai tanya lagi, itu setangkai bunga mawar sebagai bukti aku terima cinta Mas Arsha, hari ini kita resmi jadian." Kanaya lalu lari masuk ke dalam ia masih malu-malu.
Arsha pun panik ia mencari Wulandari, di belakang.
"Wulandari!" pekik Arsha.
"Iya, ada apa?" Wulandari menghentikan menyuap nasi ke mulutnya.
"Buket bunga mawar aku kenapa bisa di Kanaya?" tanyanya membuat Wulandari bingung saja.
"Kan buket bunga itu untuk orang yang berinisial huruf R kan? Nah, Kanaya dong, kalian juga dekat," kata Wulandari menjawab dengan santainya.
"Jadi Kanaya namanya siapa?"
"Nama pacar sendiri masa tidak tahu, nama lengkapnya Reyna Kanaya Zakia, Mas Arsha, sudah ah, aku mau lanjut makan lagi." Wulandari begegas melanjutkan makan siangnya meskipun sedikit terganggu.
"Jadi aku sekarang pacaran sama Kanaya?" gumam Arsha lirih, dulu ia memang sempat naksir sama Kanaya tapi setelah melihat Rania ia lebih memilih Rania.
Kanaya mengirim pesan ke Rania, ia memberikan kabar gembira jika dirinya sudah jadian dengan Mas Arsha.
"Rania, aku sudah punya pacar baru, ternyata Mas Arsha nembak aku kita sudah resmi pacaran hari ini."
Rania senang akhirnya sahabatnya sudah move on dari Rafli.
"Rafli, Kanaya sudah punya pacar," kata Rania melirik ke Rafli yang duduk anteng sambil menikmati masakan bibi.
"Terus?"
"Kamu tidak menyesal menolak cintanya," bisik Rania pelan agar tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka.
"Menyesal kenapa? Jodohku sejak awal bukan Kanaya melainkan kamu," kata Rafli senyum.
"Mulai ngaco! Jodohku bukan kamu! Aku masih berharap dengan Reyhan, tapi …."
Rania tidak melanjutkan perkataannya.
"Sudahlah Reyhan bukan jodohmu, lupain dia buka hatimu, buka pikiranmu, kamu berhak bahagia meskipun tanpa Reyhan di sisimu." Rafli sering berkata demikian, tapi Rania masih belum peka ia tidak tahu jika sahabatnya mencintainya sejak lama hingga detik ini.
"Jika Kanaya dengan Mas Arsha mereka cocok saja pasangan serasi, cantik dan ganteng. Sedang aku nasibnya buruk sekali dapet suami model begini, kurus kering," enak Rania melirik ke Rafli.
"Rania laki-laki yang kamu bully ini pernah dicintai oleh Kanaya sahabatmu itu meskipun sekarang dapet pacar baru," kata Rafli membela dirinya sendiri.
"Kanaya paling hanya khilaf suka sama kamu Rafli, dia itu tipenya keren, gagah, pinter, sama kaya raya, kamu seharusnya tidak masuk daftar di hati Kanaya."
"Lihat dong Rania, aku sudah ganteng, pintar mahasiswa berprestasi, calon orang sukses yang tajir melintir," ujar Rafli percaya diri.
"Oh, gitu baru tahu sahabatku sekarang jadi over percaya diri, tidak cocok! Balik aja ke Rafli yang sederhana, humoris, penuh kasih sayang dan perhatian," pekik Rania menoyor kepala Rafli.
Rafli tersenyum ia berkata, "Iya, aku juga lebih suka apadaya, mau terlihat tampan atau tidak dimata orang lain, saya tidak peduli."
"Nah, setuju itu baru Rafliku sahabat terbaikku sepanjang masa, i love you my best friend," kata Rania memeluk tubuh Rafli dengan perasaan hangat.
"I love you too." Rafli membalas pelukan Rania dengan erat sekali, sampai Rania sesak napas, lalu melepaskan diri.
"Jangan erat-erat ih, napasku bisa berhenti.
Kata best friendsnya mana? Kok dihilangkan, jadi i love you too, doang." Rania protes. Rafli hanya tertawa kecil.