Entah apa yang ada di kepala Rania, masa ia pada akhirnya berkata jujur ke Kanaya, membongkar rahasia terbesarnya yang membuat Kanaya merasa senang akan peluang yang ada, meskipun dia tidak percaya dengan kenyataan yang ada.
Siang itu Kanaya mengajak Rania ke kontrakannya yang dekat dari restoran, dia mengajak Rania untuk makan siang dengan mie instan pakai nasi budaya di Indonesia, tapi tidak semuanya begitu.
Mereka makan mie instan dengan panci kecil langsung, masing-masing masak satu bungkus, satu butir telur, sayuran, juga cabe biar pedas.
Tubuh Rania dan Kanaya berkeringat usai menyantap mie panas tersebut seolah bibirnya terbakar, saking pedasnya.
"Kanaya ini berapa biji cabenya, pedas sekali," ujar Rania beberapa kali minum air putih sebagai obat pedas yang sama sekali tidak mempan. Kanaya menawarkan mengunyah permen yang manis agar menetralkan rasa pedas, Rania pun langsung setuju ia mengunyah tiga permen rasa susu sekaligus, beberapa menit rasa pedas mulai terasa hilang, dia pun senang.
"Kanaya aku punya rahasia besar, tapi kamu janji tidak akan membongkar rahasia ini ke siapapun jika aku beritahu, sanggupkah?"
"Rahasia apa? Iya, aku sanggup."
"Aku dan Rafli hanya menikah kontrak, di hatiku masih mencintai Reyhan, begitu pun Rafli di hatinya hanya ada kamu."
Rania begitu bodoh, berkata demikian yang sesungguhnya dia tidak tahu, bahwa kini Rafli hanya mencintai Rania seorang, perihal Kanaya bagi Rafli hanya cinta monyet saja.
Kanaya tersedak ia lalu minum air sebanyak-banyaknya, dan bertanya lagi jika apa yang dikatakan Rania itu benar atau salah.
"Kamu tadi bilang apa? Menikah kontrak dengan Rafli, maksudnya itu apa?" Kanaya begitu penasaran, memang dirinya sempat tahu jika Rania akan menikah dengan Reyhan kemudian batal lalu menikah dengan Rafli.
"Aku sama Rafli hanya nikah kontrak, dia menjadi pengantin pria pengganti ketika Reyhan menghilang di hari pernikahanku," kata Rania menunduk sedih.
Kanaya meraih tubuh Rania, ia memeluk sahabatnya dengan erat, pikirannya merasa lega karena dirinya tidak akan merebut suami orang jika mencintai Rafli, sebab Rania sendiri yang akan melepaskan dengan ikhlas dan senang hati saat bercerai nanti.
"Aku boleh jujur tidak sama kamu." Kanaya ingin mengatakan isi hatinya ke Rania.
"Katakan saja," ujar Rania tersenyum.
"Aku jatuh cinta ke Rafli sejak kemarin bertemu di Yogyakarta, tapi aku berusaha menyimpan rasa itu," jelasnya tersenyum lebar sebab sudah tahu pernikahan Rania dan Rafli palsu, sedang Rania seperti seorang istri yang bodoh ia justru riang gembira bertepuk tangan.
"Benarkah? Pasti kamu jatuh cinta sama Rafli, karena sosoknya sudah jauh berubah jadi lebih ganteng kan?" Rania merasa senang Rafli dicintai oleh Kanaya cintanya.
Kanaya malu-malu mengatakan iya, memang paras Rafli berubah drastis.
Jam istirahat makan siang usai, mereka dua sahabat kembali melaksanakan pekerjaannya, Arsha selalu mengawasi gerak-gerik Rania yang terlihat ceria dan bersemangat, di hari keduanya ia bekerja.
"Kamu senyum-senyum begitu kurang obat?" Arsha mengejutkan Rania sampai piringnya hampir loncat ke udara, untung Arsha berhasil menangkap. Ia pun marah-marah seperti biasa.
"Rania hati-hati! Aku hanya bertanya saja kamu kaget, emangnya suaraku kayak genderuwo yang menyeramkan gitu?"
"Iya." Rania spontan mengatakan itu membuat beberapa karyawan lain tertawa.
"Rania!" Jemari Arsha menggenggam tapi ia tidak mungkin akan memukul, Rania dengan polosnya menutup mata.
"Kenapa menutup mata? Seperti minta dikecup saja itu bibir!" bisik Arsha ke telinga Rania, mata Rania lalu melotot.
"Aku pikir kamu mau akan memukulku!"
"Ya, gak lah! Masa aku tega menyakiti perempuan, sudah sana kerja yang benar!" pekiknya meninggalkan Rania.
Jantung Arsha bagaikan genderang yang akan pecah, masa dia jatuh cinta pada Rania, wanita menyebalkan itu, meskipun sangat cantik.
Awalnya Arsha naksir ke Kanaya, tapi sejak ada Rania mengapa hatinya jadi beralih? Mungkin Rania lebih menarik dari segala sisi.
Ponsel Rania berdering pesan dari Rafli, "Kamu nanti pulang aku jemput ya, pulang jam berapa? Aku tunggu di tempat kemarin."
Rania setuju di jemput dia membalas, "Aku pulang pukul 15.30, baik akan aku tunggu di tempat kemarin sebelah kiri restauran."
Rafli sigap membalas dengan cepat ia mengatakan, "Siap tuan putriku."
Rania memanggil Rania dia meminta bersiap nanti Rafli akan menjemput, sedang Rania memilih naik taksi saja, Kanaya pun sangat gembira dan berterima kasih pada Rania memberikan kesempatan untuk berduaan dengan Rafli. Beberapa saat kemudian mobil Rafli sampai, dia mencari Rania tapi tidak terlihat, Kanaya mendekati Rafli.
"Hai, Rafli aku boleh numpang tidak?"
"Rania di mana?" Mata Rafli mencari-cari keberadaan Rania tapi tidak ada.
"Rania pulang naik taksi duluan, soalnya kamu lama sih," jelas Kanaya membuat Rafli kesal dia hampir meninggal Kanaya.
"Rafli aku tahu rahasiamu, kamu nikah kontrak kan dengan Rania!"
Rafli terkejut, ia membuka pintu menyuruh Kanaya masuk, meminta penjelasan dari mana dia tahu, Kanaya pun berbohong.
"Aku tidak sengaja membaca surat perjanjian antara kamu dan Rania, disitu tertulis setelah tiga bulan menikah maka kalian akan bercerai, betul kan?" Kanaya tak lagi kuasa menahan rasa cintanya, tiba-tiba merangkul Rafli.
"Lepas Kanaya, aku susah menyetir!" ujar Rafli sedikit membentak.
"Rafli aku cinta kamu, kamu jangan tolak cintaku, kita sekarang bisa bersatu tanpa Rania ataupun Revan lagi." Kanaya terlalu percaya diri mengira Rafli mencintainya.
"Tidak Kanaya, aku tidak mau."
" Kenapa kamu menolak cintaku? Dulu Rafli mengejar-ngejar cintaku." Kanaya menggigit ujung bibirnya merasa kecewa.
"Dulu hanya cinta monyet, aku masih SMA belum tahu arti cinta sesungguhnya."
Kanaya bak disambar petir hatinya patah jadi dua, sungguh cerita cinta yang sangat menyedihkan baginya.
"Berhenti! Aku mau turun di sini aja! Rafli kamu laki-laki bodoh sudah menolak cintaku, i hate you!" pekik Kanaya turun dari mobil.
Rafli mengerutkan alisnya, berpikir jika Kanaya perempuan aneh, cintanya ditolak mengapa marah? Padahal status Rafli masih sah jadi suami Rania, perkara pernikahan kontrak, biarlah itu urusan belakangan.
Hati Rafli hanya mencintai Rania meskipun sampai detik ini belum ia nyatakan.
Kanaya menelpon Rania, ia mengadu.
"Rania, Rafli sudah tidak mencintaiku, dia menolak cintaku barusan, aku benci dia." Kanaya tidak memberikan kesempatan Rania untuk berbicara, Rania hanya menggaruk kepalanya, ia bergegas mandi sambil menunggu Rafli sampai rumah.
Suara mobil Rafli sampai di parkiran, Rania berlari langsung bertanya, "Kenapa kamu tolak, sih? Kasihan tahu, Kanaya tadi dia menangis saat menelponku."
Rafli cuek dengan apa yang dikatakan oleh Rania, dia masuk ke dalam rumah menghampiri nenek agar Rania berhenti membahas soal Kanaya yang tidak penting baginya, bahkan Rafli marah ke Rania.