Chereads / Penunggang Angsa / Chapter 2 - Keko, Penyihir Suku Aborigin

Chapter 2 - Keko, Penyihir Suku Aborigin

Kepala Suku menunjuk ke arah sebuah bukit, "Ambillah bungkusan putih di puncak gunung berapi itu. Kami sangat memerlukannya untuk mengobati teman-teman yang terluka."

"Tapi, izinkanlah kami beristirahat dulu. Saya pusing karena diombang-ambingkan angin. Saya berjanji besok akan mengambilkan bungkusan itu," jawab Togo.

Kepala Suku tertawa dan berkata ramah, "Tidak harus sekarang, beristirahatlah kalian di kampung kami." Lalu Togo dan Si Undan diajak ke kampung mereka, dengan rumah-rumah beratap rumbia dengan dinding terbuat tanah liat. Ternyata Togo dan Si Undan terdampar di benua Australia. Mereka tinggal bersama salah satu suku Aborigin. Togo dan Si Undan menjadi tamu sang Kepala Suku, dan mendapat makanan yang cukup.

"Keko adalah tukang sihir jahat, dia ingin menghidupkan monster purba yang telah ribuan tahun tertimbun abu gunung. Kami melawannya dan kalah, sehingga banyak dari kami yang terluka. Oleh karena itu kami sangat memerlukan obat," kata Kepala Suku. "Kini tidurlah kalian."

Esoknya, ketika ayam hutan berkokok, Togo sudah bangun dan sembahyang Subuh. Banyak mata yang memperhatikannya. Setelah selesai bersembahyang, Kepala Suku mendekatinya, "Kamu seperti salah satu yang terluka, dia dan keluarganya berdoa dengan cara seperti itu."

"Kakek Bijak yang mengajari saya," kata Togo. Ternyata Si Undan juga sudah siap. "Apakah kami diizinkan mengambil bungkusan itu sekarang?" tanya Togo.

"Ya, lebih pagi semakin baik. Kalau siang matahari di sini sangat terik," kata Kepala Suku.

"Terbanglah, hindari arah matahari terbit agar mata kalian tidak silau. Bungkusan itu ada di sebuah tongkat," kata orang paling tua di antara mereka, tampaknya seorang tabib.

Togo naik ke punggung Si Undan, lalu terbang ke arah bukit. Begitu berada di atas ketinggian gunung api dilihatnya bungkusan itu. Memang benar, bungkusan itu ada di ujung sebuah tongkat yang menancap di bibir kawah yang berasap. Kawah gunung api itu sangat curam. "Kalau tidak bisa terbang mana mungkin bisa mengambilnya," bisik Togo. "Kalau begitu yang memasangnya pasti juga bisa terbang?"

Togo menunjuk bungkusan itu, Si Undan menukik tajam dan secepat kilat Togo mengambilnya. Begitu bungkusan diambil, melesatlah anak-anak panah ke arah mereka, tapi Si Undan terbang lebih cepat dari anak panah. Tetapi ada yang berteriak sangat marah: "Kembalikan bungkusan itu!"

Togo melihat ke belakang. "Masya Allah! Kita dikejar seekor naga terbang!" teriak Togo. Ada orang yang naik naga terbang. "Keko si penyihir!" teriak Togo.

Naga itu mengeluarkan api dari mulutnya, menyembur-nyembur ke arah mereka. Si Undan semakin mempercepat terbangnya, tapi naga mengejar dengan kecepatan yang tinggi pula. Api menjilat-jilat dari mulutnya, bila terkena lidah api naga maka hanguslah mereka. Togo berdoa kepada Allah agar diberi jalan untuk menyelamatkan diri. "Hamba berserah diri kepada-Mu, ya Allah," bisik Togo dalam hati. Saat itu dilihatnya air terjun, Togo menyuruh Si Undan menerobos air terjun.

Keko si penyihir tidak menyangka Togo dan angsanya melarikan diri menembus air terjun. Dengan sayap yang kuat Si Undan berhasil menyusup ke tirai air. Tinggallah naga berlidah api dan si penyihir terjebak. Begitu menabrak air terjun hilanglah kekuatan naga, apinya padam dan berakibat fatal. Naga dan penumpangnya jatuh ke jurang terjal di bawah air terjun. Hilanglah bentuk naga karena berubah menjadi kepulan asap. Sedangkan Keko terhempas di bebatuan jurang dan menemui ajal.

Togo dan Si Undan bergegas menuju perkampungan suku. Bungkusan putih itu diberikannya kepada Kepala Suku. "Oleh Keko ramuan ini akan dijadikan pembangkit binatang purba, tapi ramuan ini pula yang bisa mengobati yang terluka," kata Kepala Suku. Lalu yang terluka diobati. Ajaib, mereka sembuh seperti sedia kala. Mereka semua bergembira.

"Terima kasih wahai Bocah Penunggang Angsa," kata sang tabib.

"Balas jasa apa yang bisa kami berikan kepadamu?" tanya Kepala Suku.

"Kami tidak berharap apa-apa, kami sedang mencari Syair Para Nabi," jawab Togo.

Salah satu dari yang tersembuhkan mendekati Togo dan berkata, "Aku Ahmed Tululu, salah satu yang telah kamu selamatkan. Aku anak seorang penyair! Bila syair kenabian yang kamu cari, ayo ikut ke rumahku. Banyak tulisan kutemukan dari peninggalan ayahku." Mereka berbondong mengarak Togo dan Si Undan ke rumah orang itu. Ahmed Tululu masuk ke dalam rumah dan mengeluarkan sebuah tembikar tanah liat. Tampaknya tempat khusus untuk menyimpan barang berharga.

"Lihatlah, apakah ada yang kamu cari?" tanya Ahmed Tululu. Zalo memeriksa lembaran-lembaran kain bertulis yang sudah sangat tua. Ada beberapa yang telah lapuk. Ahmed Tululu mengambil sebuah sobekan kain bertulis dan berkata, "Ayahku pernah membacakan syair-syair ini berkali-kali kepadaku, sampai aku hafal isinya."

"Tolong, bacakan," pinta Togo. Ahmed Tululu membaca dengan mata terpejam.

..................

sudah sampaikah kepadamu cerita

tentang adam manusia pertama

yang malaikat disuruh hormat kepadanya

semua tunduk kecuali iblis si jumawa

iblis berkata: "dia diciptakan dari tanah

sedangkan aku dari api bara!"

Allah murka: terkutuklah mahkluk durhaka

lalu iblis pergi dengan dendam membara

dicarilah segala upaya

untuk menjerumuskan manusia

adam kesepian tiada kawan

Allah bermurah kepadanya

lalu diciptalah dari rusuknya

wanita pertama bernama hawa

mereka berdua hidup bahagia di surga

Allah berfirman: jangan makan buah larangan

tapi iblis sebagai ular melata berdusta

dibujuklah mereka: "buah kuldi, makanlah

supaya kekal kalian adanya"

hawa tergoda, adam mengikutinya

Allah murka: bumi tempat kalian mengembara

maka adam dan hawa terusir dari surga

mereka terpisah, lalu bertemu lagi di arafah

adam pun tobat nasuha

dan diangkatlah jadi rasul-Nya.

setelah itu lahirlah anak-anak mereka

berkembar-kembar, pria dan wanita

habil lembut lagi dermawan

sedangkan qabil berperangai kasar

bila saudaranya senang selalu gusar

diintainya habil pada suatu senja

diambilnya batu karang

dan dibunuhlah saudaranya

bumi dan langit pun meratap kencang

melihat pembunuhan manusia pertama

pada saat yang sama

burung gagak saling berlaga

sampai yang satunya tak bernyawa

dibuatlah liang di tanah

dikuburlah bangkai lawan

qobil yang kebingungan lalu menirunya

jasad habil pun dikebumikannya

kini anak-cucu adam bertambah banyak

berserak-serak,

berbangsa-bangsa,

berbahasa-bahasa

di jagad raya sebagai saudara.

................

Setelah selesai membaca syair Ahmed Tululu menangis. "Aku teringat ayahku yang sudah wafat!"

"Bolehkah saya membawa syair itu pulang?" tanya Togo.

"Tunggu dulu, akan kubacakan syair ciptaanku sendiri untukmu," kata Ahmed Tululu. Anak penyair Aborigin itu membaca syair lagi.

..............

wahai pengendara teman burung ababil

cerita ini sebagai contoh diri

nabi idris orang pertama yang pandai menulis,

menjahit, dan menggunting

bergelar singa segala singa, kuat lagi pemberani

dialah yang pertama memerangi

para durhaka di muka bumi

wahai pengendara burung teman ababil

pergilah lagi, cerita lain pasti diberi

.................

Selah membaca puisinya, Ahmed Tululu berkata, "Kain bersyair boleh kamu bawa, tapi biarkan aku membuat salinannya dulu. Akan kuukir syair-syair itu di batu."

"Setelah ini ke mana kalian hendak pergi?" tanya Kepala Suku. "Tinggallah kalian selamanya di sini."

"Tugas saya masih panjang, masih banyak syair yang harus saya cari," jawab Togo.

"Semoga kamu segera bisa menemukan lainnya," kata Ahmed Tululu.

Setelah dirasa cukup hidup bersama salah satu Aborigin itu, Togo mohon diri. "Selamat jalan Gadis Penunggang Angsa, selamat berjuang Angsa Perkasa," kata Kepala Suku. Hari itu, mereka berkumpul melepas keberangkatan Togo dan Si Undan. Langit cerah, Si Undan dan Togo terbang mengikuti arah matahari terbenam. Warga suku melambai melepas mereka. Banyak di antara mereka yang meneteskan air mata, juga si Kepala Suku dan Ahmed Tululu.

Nama bangsa Aborigin berasal dari kata "aborigines" yang berarti pribumi atau penduduk asli suatu negeri sebelum negeri itu didatangi dan ditaklukkan bangsa lain. Tapi nama itu kini melekat sebagai nama bangsa asli benua Australia. Ciri-ciri bangsa Aborigin bertubuh tinggi berotot, rambut hitam dan keriting, dan berkulit hitam. Sebagian besar dari mereka masih hidup primitif dengan cara mengembara di hutan, berburu dengan panah dan tombak atau dengan bumerang. Australia ditaklukkan oleh bangsa kulit putih (Inggris), dan bangsa Aborigin terdesak sehingga kini harus tinggal di suaka-suaka yang dibangun oleh pemerintah Australia.