Chereads / Amaging Grace / Chapter 3 - Distributor atau Pengomsumsi Permen?

Chapter 3 - Distributor atau Pengomsumsi Permen?

"Kau yang keluar sendiri atau aku yang harus meyeret kau keluar."

Ucap Pastor pada seseorang yang masih ada di ruangan itu bersama dengannya.

Orang yang sejak tadi di cari oleh pastor akhirnya keluar dari dalam lemari yang sama dengan wanita tadi.

Dia terlihat gugup namun berusaha menyembunyikan rasa gugupnya dengan cara mengibaskan rambut panjangnya.

"Astaga pastor. Apa yang salah dengan mu?" Ucap laki laki itu sambil berdecih kecil.

"Saya tau Alkitab mengatakan bahwa itu dosa jika memberikan pinjaman pribadi. Tapi, itu juga merupakan bentuk bisnis. Ditamba, aku banyak memberikan persembahan."

Pastor Nuel langsung menendang gelas yang ada di atas meja itu hingga terjatuh ke lantai dan pecah.

"Aku di sini bukan untuk membicarakan akan hal itu."

"Jadi untuk apa kau ke sini dan membuat keributan?"

"Ku dengar, kaulah yang memberi saran untuk menipu para tetua di kota ini."

Wajah pria itu langsung terlihat ketakutan begitu mendengar ucapan pastor Nuel.

"O.... ohh itu. Aku hanya mencoba merevitalisasi perdukunan di kota ini."

Brakk...

Pastor Nuel menendang meja itu hingga berbalik.

"Hentikan omong kosong mu."

Pastor mulai bangkit dan berjalan ke arah laki laki itu.

"Orang orang di pasar sudah susah karena mu. Selain itu, kau juga mencoba menipu para tetua."

"Wah, jangan marah. Anak buah ku selalu di pukuli oleh mu. Sekarang, kau juga ingin memukul ku? Pengampuna dan cinta. Kau harus melaksanakan apa yang Tuhan katakan pada mu." Ucap laki laki itu sambil tangannya membentuk love dan meletakkan nya di dadanya.

"Oh tunggu, dia mengatakan sesuatu." Ucap pastor sambil menutup matanya dan menunjuk ke arah langit lalu di ikuti oleh laki laki itu.

"Hemmmm.... Tuhan hanya menyuruh ku untuk memukul mu."

Bughhh.....

Pastor memberikan pukulan yang begitu keras ke pada laki laki itu. Bukan hanya sekali, namun dia memukul laki laki itu berkali kali hingga membuatnya langsung terjatuh.

***

Wanita muda dengan berpakaian modis itu keluar dari dalam mobil dengan penuh gaya.

Beberapa wartawan langsung menghampiri gadis itu.

"Selamat pagi bu jaksa!!!!" Ucap para wartawan itu pada gadis yang mereka sebut sebagai jaksa itu.

"Astaga kaget!!!!' Ucap gadis itu sambil merapikan rambutnya.

"Kalian sedang merekam ku sekarang?"

"Apakah anda, Jaksa Vidya? Apakah anda jaksa yang bertanggung jawab atas kasus Steven Melden?"

"Ya, memang saya. Bisa beri saya waktu sebentar? Biarkan saya menata poni saya dahulu."

"Masyarakat tampaknya tidak setuju dengan penyelidikan primer."

"Tolong tunggu sebentar."

"Apakah anda tidak berpikir bahwa anda telah menutup penyelidikan terlalu cepat?" Tanya salah satu wartawan itu.

Jaksa Vidya langsung meraih salah satu kamera dari wartawan itu dan menjadikannya untuk berkaca.

"Kami memiliki kesaksian yang mengatakan hal yang sama." Ucap reporter yang lain.

"Ahhh aku tidak akan melakukan wawancara." Ucap jaksa Vidya dengan raut wajah marah.

"Steven Melden adalah distributor dan penyebab utama, tapi dia hanya dituduh menyalahgunakan dan memiliki shabu. Sementara itu, Alex, penyanyi idola yang hanya bersalah karena memiliki obat, malah dituduh mendistribusikannya. Dan beberapa orang berpikir anda sangat lunak kepada Steven Melden karena dia merupakan putra sulung dari pemilik Melden Group. Apa pendapat anda tentang itu?"

"Tolong dengar ya." Ucap jaksa Vidya sambil menghentikan langkahnya.

"Katakan lah saya memiliki permen di rumah. Jika orang datang ke rumah saya dan makan permen tersebut, akankah itu membuat saya menjadi distributor, atau orang yang mengambil permen itu dan memberikannya ke orang lain di rumah saya."

"Jadi, apakah anda mengatakan bahwa Steven Melden adalah orang yang memiliki permen di rumah, dan bintang idola itu adalah orang yang mengambil permennya dan memberikannya kepada orang lain?"

"Binggo. Ternyata anda cukup jenius tapi otaknya tidak dipergunakan untuk hal baik."

"Tetapi, bukan kah Steven Melden yang punya sebagian besar obatnya?"

"Mengapa kalian bersikap seperti media gosip? Kami tidak pernah mengumumkan jumlahnya besar atau kecil."

"Namun, publik masih sangat curiga terhadap kasus ini, sehingga bisa anda berikan penjelasan sedikit saja?"

"Jaksa Vidya... Tolong berikan pendapat anda." Teriak para wartawan itu saat jaksa Vidya sudah masuk ke dalam kantor dan mereka di hadang oleh petugas keamanan kantor itu.

"Tunggu jaksa Vidya."

"Saya harap kalian semua menjadi kaya raya." Ucap jaksa Vidya lalu melanjutkan langkahnya.

Sesampainya di ruangannya, jaksa Vidya langsung menenangkan dirinya.

"Aku malu sekali. Bagaimana sih kamu menanganinya?" Tanya jaksa Vidya pada salah satu anak buahnya dengan suara tinggi.

"Kami memiliki bukti bahwa Steven Melden merupakan distributornya, dan kesaksian dari pengguna obat terlarang lainnya sama. Kita harus menangkap Steven Melden terlebih dahulu. Silahkan keluarkan surat perintah untuk penangkapannya."

"Apakah aku tidak memberitahu mu untuk membuat bintang idola itu menjadi pelaku utamanya"

"Saya mau melakukan itu, tapi saya pikir itu tidk mungkin karena pelakunya anak sulung dari ketua Melden Group. Pers sudah...."

"Hhahha biarkan aku meluruskan ini. Kau akan mendapatkan surat perintah dan menangkap pelakunya dan akan membuat semua orang di negara ini percaya pada mu. Sementara itu, mereka semua akan mengutuk dan bergosip tentang ku. Begitu mau mu?"

"Tidak, bukan itu. A...."

"Astaga."

Jaksa Vidya langsung meraih ponselnya dan membuka sesuatu di dalam sana.

"Astaga, kenapa aku harus begitu narsis? Teknologi benar benar bukan lelucon. Di luar tak ada lampu penerangan, tapi aku bisa melihat semuanya dengan jelas. Astaga.."

Wanita itu terlihat gembira saat melihat sesuatu di dalam penoselnya.

Namun, tiba tiba raut wajahnya langsung berubah ketika melihat sesuatu yang masih berasal dari ponselnya lalu menunjukkan nya kepada orang yang tadi berbicara padanya.

"Astaga, bukan kah ini kamu?" Tanya jaksa Vidya sambil tersenyum kecil pada orang itu.

Orang itu langsung terlihat kaget begitu melihat apa yang ada di dalam ponsel jaksa Vidya.

Dalam vidoe itu, terlihat orang itu sedang berbicara dengan seseorang di dalam mobil.

"Mengapa kau repot repot menghitung tagihan? Aku cukup yakin pemilik panti pijit ilegal memberimu lebih dari cukup."

"Jaksa Vidya, anda salah." Ucap orang itu berusaha membela diri.

"Aku salah? Hentikan omong kosong itu dan dengar baik baik. Apa kau ingin di pecat untuk suap dan menjalani sisa hidupmu dengan penuh rasa malu? Atau akankah kau melakukan seperti yang aku katakan dan menjaga pekerjaan mu sampai kau pensiun?"

Jaksa Vidya maju dan mendekat ke arah orang itu.

"Jika sekali lagi kau membahas tentang hal ini, akan kupastikan karir mu akan benar benar hancur begitu juga dengan kehidupan mu."

"Baik bu. Maaf kan saya."

"Pak, otak kita tidak hanya untuk mengisi ruang di tengkorak kepala kita. Jadi, kita harus apa? Apa yang harus kita lakukan?"

"Kita harus menggunakannya."

"Tepat. Sana gunakan otak mu!" Bentak wanita itu

Orang tersebut lalu mengangguk dan meninggalkan wanita itu di sana.

"Ahhhh stress aku." Ucap wanita itu sambil memijit tengkuknya pelan."