Wanita itu dengan lihainya mencampurkan 2 jenis minuman beralkohol itu hingga tercampur sempurna.
Dengan cepat ia langsung menuangkan minuman yang sudah tercampur rata itu ke dalam gelas bening berukuran kecil.
Laki laki tua yang ada di hadapannya menatap wanita itu dengan tatapan heran. Bagaimana tidak, ternyata wanita cantik yang ada di hadapannya ini terlihat sangat ahli melakukan hal itu.
Setelah wanita itu selesai menuangkan minuman itu ke dalam gelas kecil, ia langsung memberikan gelas itu ke arah laki laki tua yang sejak tadi menatapnya dengan intens.
"Ini adalah suatu kehormatan untuk saya." Ucap wanita itu sambil memberikan gelas kecil itu kepada laki laki tua itu terlebih dahulu.
"Nikmatilah." Ucap wanita itu lagi saat menyerahkan gelas lainnya ke pada orang lain yang juga ada di tempat itu.
"Terimakasih." Ucapnya sambil menerima gelas itu.
"Ayo minum." Ucap mereka bersama sama sambil mengangkat gelas yang ada di tangan mereka masing masing ke atas meja tepatnya berada di tengah tengah mereka.
"Bersulang."
ting....
Suara denting gelas langsung terdengar ketika gelas yang satu berbenturan dengan gelas lainnya.
Ke empat orang yang ada di sana termasuk wanita itu langsung menyeruput minuman mereka dengan sekali minum.
"Lihat wanita ini, apa yang dia lakukan selama ini?." Ucap laki laki tua itu sambil menunjuk ke arah wanita itu.
"Dia belajar dari saya." Ucap laki laki yang berada di samping wanita itu yang merupakan atasannya di kantor.
Wanita itu hanya tersenyum kecil.
"Ini benar benar suatu kehormatan karena bisa bertemu dengan anda pak. Jika anda bisa membantu saya, saya akan mengabdi kepada anda."
"Dia benar benar menakjubkan." Ucap laki laki tua itu.
"Dia memang begini." Ucap bos wanita itu.
"Kamu angkatan berapa?"
"Angkatan 39 pak."
"Berarti dia adalah senior mu." Ucap laki laki tua itu sambil menunjuk ke arah asisten yang ada di samping nya.
"Baiklah, itu tak jadi masalah. Tapi, saya mulai tiga tahun sebelumnya." Ucap asisten laki laki tua itu sambil menatap sombong ke arah wanita itu.
"Oh, begitu. Maaf, saya tidak tahu senior."
"Tidak apa apa. Tidak masalah."
"Tentang anak pak Alex, apakah kamu bisa mengatasinya?" Tanya laki laki tua itu pada wanita itu memulai masuk pada topik pembicaraan mereka.
"Saya tidak tau tentang hal lain, tapi saya sangat tangguh pak. Anda dapat mempercayai saya."
"Ketangguhan saja tak akan berhasil." Asisten laki laki tua itu langsung memotong ucapan wanita itu.
Wanita itu terlihat tidak suka melihat asisten laki laki tua itu.
Ia menatap ke arah asisten itu dengan senyuman namun terlihat di paksa.
"Omong omong, siapa nama mu?" Tanya asisten itu lagi.
"Saya Vidya, jaksa Vidya."
"Ouhh, jaksa Vidia. Asal kau tau, ketangguhan saja tidak akan berhasil jika kau ingin mengatasi sesuatu. Kau harus punya strategi yang bagus."
"Anda benar. Saya pasti akan merencanakan strategi yang bagus."
"Dia luar biasa bukan?" Ucap bos Jaksa Vidia membanggakan bawahannya.
"Anda akan merasa aman dengan adanya jaksa Vidia di sisi anda pak."
"Mari saya tuangkan lagi minuman untuk anda." Ucap Jaksa Vidia kembali.
Laki laki tua itu hanya mengangguk anggukan kepalanya sambil tersenyum ke arah jaksa Vidia.
"Bergabung lah mulai hari ini." Ucap laki laki tua itu sambil menerima minuman yang di tuangkan oleh jaksa Vidia ke dalam gelas kecilnya.
"Astaga, apa anda serius mengatakan hal itu?" Tanya wanita itu karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Aku mungkin tidak bisa melindungi mu dari terpaan angin topan, tapi aku yakin dapat melindungi dari hembusan angin."
"Terimakasih pak! Akan saya serahkan hidup saya untuk mengabdi kepada anda." Ucap Jaksa Vidia lalu bangkit dan menunduk kan kepalanya ke arah laki laki tua itu.
"Baik baik, kau tidak perlu melakukan itu." Ucap laki laki tua itu saat jaksa Vidia yang tidak hentik hentinya menundukkan kepala ke arahnya.
"Baiklah, mari kita bersulang dengan harapan agar beliau menjadi ketua." Ucap bos Jaksa Vidia .
"Ya!!"
"Ya!!"
Ke empat orang itu saling membenturkan gelas di tangan mereka dengan gelas lainnya.
"Mari kita minum!!"
Ketika semua orang sedang sibuk dengan minumannya masing masing, jaksa Vidia melirik ke arah laki laki tua itu.
Entah apa yang sedang di pikirkan oleh wanita itu.
Beberapa menit setelah acara minum minum selesai, kini jaksa Vidia sedang berdiri di depan kamar mandi pria.
Wanita itu melipat tangannya di depan dada sambil kakinya mengetuk ngetuk lantai seakan akan sedang menunggu seseorang keluar dari sana.
Tidak menunggu lama, tiba tiba asisten laki laki tua yang tadi ikut minum bersama mereka keluar dari dalam kamar mandi.
Dengan cepat, jaksa Vidia langsung menghentikan langkah laki laki dengan menggunakan kakinya.
"Berhenti!" Ucap jaksa Vidia lalu menurunkan tangannya.
"Apa?" Tanya laki laki itu heran.
"Mengapa kau sombong sekali tadi?" Tanya jaksa Vidia lagi.
Mendengar ucapan jaksa Vidia, laki laki itu langsung mengarahkan arah pandangannya tepat ke arah jaksa Vidia.
"Beraninya kau bicara seperti itu pada ku? Apa karena kau mendapat dukungan dari direktur, hingga membuat kau tak punya rasa hormat pada ku?"
"Tidak punya. Aku hanya pura pura selama 10 menit tadi." Ucap jaksa Vidia menjeda ucapannya.
"Aku sama sekali tak bisa menghormati orang seperti mu." Lanjut wanita itu.
"Hei!!" Bentak laki laki itu.
"Beraninya kau bersikap sombong di hadapan ku. Kau pikir lembaga pelatihan itu sebuah lelucon? Bagaimana ya? Haruskah aku mengumpulkan semua profil rekan seangkatan mu? Apakah kau di sini bukan untuk mendapatkan bantuan mereka juga? Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya jaksa Vidia.
Laki laki itu tidak menjawab sama sekali.
Ia hanya menatap jaksa Vidia dengan tatapan sombongnya.
"Kita harus bertindak sederhana dan melakukan pekerjaan dengan baik. Mari kita lakukan yang terbaik!" Lanjutnya sambil memperbaiki bentuk dasi laki laki itu.
"Jangan merusak suasana."
Laki laki itu lalu tertawa kecil sambil menatap Jaksa Vidia.
"Astaga." Ucap laki laki itu membuka suara.
"Kalau kau takut, tidak perlu di tunjukkan agar tidak ada yang tau dan jangan tertawa juga. Mari kita melakukan yang terbaik, oke?" Ucap jaksa Vidia lalu melangkahkan kakinya hendak meninggalkan laki laki yang masih berdiri di tempatnya itu.
Baru beberapa langkah wanita itu melangkah, tiba tiba langkah kakinya langsung terhenti.
Wanita itu menatap ke arah laki laki itu.
"Juga, berhenti makan makanan pembuka. Kau memakan mereka semua. Aku juga lapar. Aku sengaja tidak makan dari rumah karena berpikir kalau aku bisa makan di sini." Ucap wanita itu dengan tatapan tajam.
Laki laki itu tidak menjawab sama sekali dan tetap pada posisinya.