Pastor Nuel kini duduk santai di dalam sebuah ruangan yang di halangi oleh jeruji besi di hadapannya.
"Anda tahu betul, sudah berapa banyak konstribusi pastor Nuel untuk lingkungan ini. Siapa yang menasihati anak anak berandalan itu?" Tanya salah satu Pendeta yang sejak tadi berusaha untuk membujuk polisi agar melepaskan pastor Nuel.
#Flashback On
"Bocah ingusan, jangan melawan dan duduk saja. Jangan buat aku mengulanginya." Ucap pastor Nuel sambil menyuruh anak anak muda yang sedang mabuk mabukan di pinggir jalan itu.
Kejadian seperti ini sudah sering terjadi.
Pastor Nuel sering sekali memberi pelajaran pada anak anak muda itu karena setiap kali mereka mabuk, mereka pasti akan mengganggu warga sekitar.
Misalnya dengan membuat keributan atau pun menjahili anak anak gadis yang lewat di hadapan mereka.
Beberapa warga sering sekali mengeluh karena sikap anak anak muda itu karena mengganggu mereka.
#Flashback Off
"Dia hanya memberi orang orang itu pelajaran agar tidak mengulangi lagi perbuatan mereka." lanjut Pendeta itu yang masih terus membela pastor Nuel.
"Kami juga menggunakan hukuman fisik di kuil." Ucap biksu itu mendukung ucapan pendeta tadi.
"Jika mereka perlu di sadarkan, itu wajar untuk menggunakan hukuman fisik. Itu belum semuanya, siapa yang merawat para anak yatim dengan paling penuh semangat? Anak anak mencintainya." Sambungnya lagi berusaha menyebutkan semua hal yang pernah dilakukan oleh pastor Nuel agar berhasil membuat polisi itu mau untuk melepaskan pastor Nuel.
"Tetap saja, saya tidak bisa membiarkan yang satu ini. Mereka perlu menyelesaikan itu." Ucap polisi itu tetap pada pendiriannya.
"Apakah tidak ada jalan lain?"
"Saya tidak dapat menemukan solusi lain."
"Baiklah kalau begitu. Mari kita berdoa agar ia dapat menemukan solusi. Ya Tuhan. Tolong buang semua setan yang ada di kepalanya. Bapa, anak dan Roh kudus, tolong bersihkan dia dari goa setan." Ucap Pendeta itu menyebutkan doanya.
Sedangkan pastor lainnya sedang berdoa dalam hati sambil kedua telapak tangannya ia gabungkan dan sejajarkan di depan dadanya.
Sedangkan biksu itu, ia sedang memukul mukul benda yang ada di tangannya berdoa dengan cara mereka masing masing.
"Tolong hentikan."
"Ya Tuhan, melalui Roh Kudus...."
"Saya bilang berhenti." Ucap polisi itu yang sudah mulai kesal dengan ketiga orang itu.
"Ahhh, sial. Ada satu cara, tapi...." Polisi itu mulai membuka suaranya lagi.
Pendeta, Pastor dan biksu langsung mendekatkan diri mereka pada polisi itu saat mendengar jika ada hal yang bisa membantu mereka untuk mengeluarkan pastor Nuel dari penjara.
"Tapi saya tidak begitu yakin." Ucapnya.
***
"Ooooooo... oooo it's glorious..... glorious..... " Di dalam sebuah gereja megah, terlihat beberapa anak sedang berlatih paduan suara.
Anak anak itu menyanyikannya dengan penuh semangat dan penghayatan.
Diantara anak anak itu, terlihat dua orang dewasa yang sedang mengawasi mereka.
Salah satu dari dua orang itu terlihat sudah cukup tua, dan satu orang lainnya terlihat masih cukup muda.
kedua orang itu sama sama mengenakan jubah yang sama yang digunakan oleh seorang pastor.
Saat lagu itu berada pada bagian high note, anak anak itu terlihat tidak mampu untuk menarik lagunya.
Pastor tua itu lalu memandang pastor muda di sebelahnya.
"Kamu bisa contohkan kepada mereka, bagaimana cara melakukannya agar terlihat bagus."
Mendengar ucapan dari pastor seniornya, pastor mudah itu langsung menatap nya kaget.
"Kenapa? Apa kau tidak bisa melakukannya?" Tanya pastor tua itu.
Pastor muda langsung gugup seketika.
"Emmmm a... aku bisa. Akan aku lakukan pastor." Ucapnya.
Pastor muda mulai menarik nafas dalam dalam sambil berdoa dalam hati agar ia tidak salah melakukannya.
"Ooooooo... oooo it's glorious..... glorious.... oo.... uhukkk uhukkk."
"Kenapa kau tidak bisa menyanyikannya?"
"Saya kehabisan nafas."
"Apa kau belum berhenti merokok?" Tanya pastor tua itu.
Pastor muda itu lalu bergerak dan beralih posisi ke arah pastor tua itu.
Dengan cepat pastor muda itu langsung mulai mengangkat tangannya dan mulai memijit bahu pastor tua itu.
"Sedang mengurangi pastor."
"Kau harus berhenti. Tubuh mu akan rusak jika terus melakukannya." Ucap pastor tua itu sambil tertawa melihat sikap anak asuhnya itu.
Kring... kring.... kring....
Pastor itu meraih ponsel yang ada di saku jubahnya saat mendengar suara yang berasal dari ponselnya.
"Halo? Siapa ini?"
"Ini pastor Markus." Ucap orang yang berada di dalam telepon itu.
"Ohhhh, iya pastor Markus? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pastor tua itu.
"Bagaimana kabar anda pastor Matius?"
"Saya baik baik saja. Apakah pastor Markus juga baik baik saja?" Tanya pastor tua yang tadi di panggil dengan sebutan pastor Matius.
"Ahhh, ya. Saya juga baik baik saja pastor."
"Puji Tuhan jika begitu. Jadi apa ada yang bisa saya bantu pastor Markus?"
"Emmmm saya menelepon karena dia pastor." Ucap pastor Markus.
Mendengar itu, wajah pastor Matius seakan akan mengerti apa yang dimaksud oleh pastor Markus tersebut.
Wajahnya langsung berubah menjadi sedih dan seakan akan memikirkan sesuatu.
Setelah mengangkat telepon itu, pastor Markus langsung keluar dari dalam gereja dan hendak meninggalkan anak anak yang masih berada di sana.
"Pastor, anda mau kemana? Bagaimana dengan anak anak?" Tanya pastor muda itu.
"Aku ada urusan, dan pastor Daniel, tolong pimpin mereka. Mereka sudah cukup bagus, jadi saya percayakan mereka kepada anda untuk kali ini." Ucap pastor Matius lalu pergi meninggalkan anak anak dan juga pastor Daniel.
"Siapa orang yang baru saja berbicara dengan pastor Matius? Kenapa raut wajah pastor langsung berubah seperti itu? Apakah ada masalah?" Tanya pastor Daniel pada dirinya sendiri.
Saat pastor Daniel sedang sibuk memikirkan hal tersebut, tiba tiba salah satu anak dari anggota paduan suara itu, mulai mendekat ke arahnya.
"Pastor!!" Panggil anak kecil itu sambil menarik pelan jubah pastor Daniel.
Melihat anak yang sedang ada di hadapannya itu, pastor Daniel langsung berjongkok agar bisa menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan tubuh anak kecil itu.
"Kenapa Dina? Apa ada yang ingin kau tanyakan?" Tanya pastor Daniel dengan nada lembut.
"Kenapa pastor Matius pergi? Apa kami membuat kesalahan?" Tanya anak kecil bernama Dina tersebut.
Pastor Daniel langsung mengelus kepala Dina dengan lembut dan memberikan senyuman manis pada anak kecil itu.
"Tidak sayang. Pastor Matius sedang ada urusan mendadak, jadi pastor menyuruh pastor Daniel yang membantu kalian. Tidak apa apa kan kalau pastor Daniel yang membantu?"
"Tidak apa apa pastor, Dina senang kok kalau pastor Daniel yang mengajar kami, karena pastor Daniel ganteng." Ucap Dina polos.
Pastor Daniel hanya tersenyum lalu mencubit pipi gadis kecil itu dengan lembut.
"Kamu bisa saja. Terimakasih ya."
"Pastor Daniel mau tidak jadi pacarnya Dina?" Tanya Dina lagi.
Lagi dan lagi, pastor Daniel hanya bisa tersenyum dan juga kaget mendengar ucapan Dina.
"Memangnya Dina tau apa arti pacaran?"
"Tau. Kakak Dina punya pacar, dan bentar lagi kakak Dina mau nikah sama pacarnya. Nanti kalau Dina sama pastor Daniel pacaran, kita bisa nikah kan?"
"Hhahhaha. Dina kan masih kecil, Dina ngak boleh pacaran dulu ya sayang, tunggu Dina dewasa baru bisa pacaran."
"Jadi kalau nanti Dina udah dewasa, Dina bisa pacaran trus nikah sama pastor Daniel?"
"Hhahaha pastor ngak bisa nikah, pastor sudah jadi pelayan untuk Tuhan sepenuhnya."
"Pastor ngak bisa nikah? Berarti Dina sama pastor ngak bisa menikah?"
"Ngak ya sayang. Pastor akan doakan supaya nanti, kalau Dina sudah besar, Dina bisa mendapatkan pacar dan suami yang baik sama Dina."
"Tapi Dina maunya sama pastor Daniel."
"Hahhaha, ngak bisa Dina. Pastor tidak bia menikah karna pastor sudah memberikan hidup pastor sepenuhnya hanya untuk menjadi pelayang dihadapan Tuhan."
"Kenapa pastor mau menjadi pelayan Tuhan, kan pastor jadi tidak bisa menikah sama Dina."
"Menjadi seorang pelayan adalah keputusan yang menurut saya benar, karena saya pasti akan mendapat kenikmatan yang berlimpah dari Tuhan baik di dunia maupun disurga kelak, amin."
"Hufttt, oke deh kalau begitu. Kalau begitu, Dina juga mau seperti pastor Daniel. Dina mau menjadi pelayan Tuhan saja."
"Dina mau jadi suster?" Tanya pastor Daniel kaget.
"Iya, Dina mau jadi suster. Dina mau menjadi pelayan Tuhan."
"Baiklah kalau begitu. Semoga kamu berhasil ya. Dan satu hal lagi, kamu harus melakukan itu karena memang tulus dari hati kamu yang paling dalam. Bukan karena orang lain." Ucap pastor Daniel
"Siap pastor."
"Bagus kalau begitu. Sekarang Dina kembali ke teman temannya ya. Kita akan kembali latihan." Ucap pastor Daniel dan dituruti oleh Dina.