"Kenapa kau melakukan itu? Bagaimana bisa seorang pastor sukanya main hakim sendiri seperti ini." Ucap salah satu polisi pada pastor Nuel.
"Dia bukan korban. Anda tahu apa yang sudah dia lakukan?"
"Apa yang ku lakukan? Kau punya bukti? Apa kau punya bukti bahwa aku memberi dukun itu saran?"
"Bukti? Aku sudah mendengar semuanya."
"Lihat apa kau?" Tanya pastor Nuel dan hendak melemparkan tumpukan buku yang ada di hadapannya pada laki laki yang tadi berkelahi dengannya.
Beberapa polisi dan salah satu pastor lain yang datang bersama pastor Nuel mulai menenangkan pastor Nuel agar tidak melakukan kekerasa di sana.
"Hentikan!!!" Teriak beberapa polisi yang ada di sana.
"Apakah anda melihat wajahnya? " Ucap pria bernama tuan Doni itu.
"Cukup cukup!" Ucap polisi itu lagi.
"Kata kata tidak dapat digunakan sebagai bukti!"
"Sial, baj..." Pastor Nuel langsung menampar bibirnya sendiri.
"Saya hampir saja memaki karena laki laki ini. Maafkan saya." Ucap pastor Nuel sambil menundukkan kepalanya pada pastor di sampingnya itu.
"Pastor Nuel, duduklah dan tenangkan diri mu."
Pastor Nuel mengikuti ucapan polisi itu.
"Aku akan memberi peringatan padanya jadi tolong bebaskan dia sekali ini saja." Ucap pastor yang berada di samping pastor Nuel memohon pada polisi.
"Saya juga maunya seperti itu pastor, tapi....."
"Tolong bantu saya kali ini saja."
"Maaf pastor, tapi saya tidak bisa membiarkan yang satu ini."
"Karyawan saya semuanya di rawat di rumah sakit. Bahkan salah satu dari mereka rahangnya ada yang patah." Adu tuan Dani pada polisi itu namun tidak berani menatap ke arah pastor Nuel.
"Hei!!! Apa kau bisa diam?" Ucap pastor Nuel dengan suara tinggi.
"Sudah, kau jangan bicara dulu." Ucap pastor itu pada pastor Nuel.
"Saya beri tahu pada anda."
"Di mana dia?"
Saat orang itu sedang ribut, tiba tiba dua orang datang dan membuat keributan.
Salah satu dari mereka datang sambi memukul mukul sebuah benda di tangannya.
Jika di lihat dari cara berpakaiannya, dia merupakan seorang biksu.
Lau satu orang yang lagi yang datang bersama biksu itu datang dengan pakaian rapih.
Ia mengenakan setelan jas mewah dilengkapi dengan dasi yang menambah kesan mewah pada laki laki itu.
Di tangan kanannya, laki laki berjas itu terdapat sebuah Alkitab.
Sepertinya laki laki itu merupakan seorang pendeta.
Ketika biksu itu sudah berada di hadapan pastor Nuel, pastor langsung memberi salam dengan menyatukan kedua tangannya di depan dadanya sambil menundukkan kepalanya.
"Apakah anda baik baik saja pastor Nuel?" Tanya biksu itu kepada pastor Nuel.
"Dia pasti memukul mereka dengan penuh cinta." Ucap pendeta itu sambil mengangkat salah satu tangannya.
" Kamu melakukannya dengan baik." Ucap Pendeta dan juga biksu itu bersamaan sambil menepuk nepuk bahu pastor Nuel.
"Hei pak." Ucap tuan Dani sambil bangkit dari kursinya.
"Bedebah yang satu ini…" tunjuk pendeta itu pada tuan Dani.
"Apa maksudmu?" Tanya tuan Dani lagi saat pendeta itu menunjuk ke arahnya.
"Apa kau tidak lihat luka luka ku ini? Kenapa kalian masih membela dia?"
"Diam!!!!" Bentak pastor Nuel bangkit dari kursinya dan hendak melayangkan pukulannya pada tuan Dani.
"Hei!!! Hentikan." Teriak semua orang yang ada di sana dan berusaha untuk menahan pastor Nuel untuk tidak melukai tuan Dani lagi.
"Saya punya alasan kenapa saya melakuka hal ini." Ucap pastor Nuel.
"Hentikan!!"
"Semuanya harap tenang!!!!"
"Saya akan membawa salib….."
"HENTIKAN!!!"
"TOLONG DIAM DAN KALIAN DUDUK SAJA." Ucap polisi itu dengan penuh penekanan pada setiap kata katanya.
Polisi itu terlihat sudah kehabisan kesabaran hingga membuat orang orang itu langsung menghentikan keributan yang mereka timbulkan di tempat itu.
"Kalian selalu saja seperti ini." Ucap polisi itu sambil membalikkan tubuhnya agar membelakangi orang orang itu.
***
"Terima hukuman anda!!"
Tulisan itu tertulis rapih pada slempang yang melingkar pada tubuh seorang laki laki parah baya itu.
"Halo!!! Saya datang untuk membantu anda. Saya akan berikan semua tenaga saya. Saya detektif Johan dari Unit Kejahatan Kekerasan Kantor Polisi Jakarta." Ucap laki laki yang mengatakan dirinya itu adalah seorang detektif dari kantor polisi Jakarta.
Detektif Johan terus berjalan jalan di sekitar area itu sambil terus mengenakan slempang yang ada di tubuhnya.
"Jika anda adalah korban dari suatu perbuatan ilegal, laporkan kepada saya. Saya akan menghukum semua orang yang melakukan kejahatan."
"Ya ampun, hentikanlah." Ucap seorang ibu ibu tua yang sedang membuang sampah dari toko kue miliknya itu.
"Ya ampun bu Dina,."
"Apa kau Miss Indonesia? Kenapa kau mengenakan slempang seperti itu? Apa kau baru saja wisuda?" sambil menatap lekat ke arah slempang milik detekif Johan.
'Ini adalah program kampanye. Saya datang untuk membantu dan saya berjanji untuk menghukum para penjahat. Kedengarannya bagus bukan?"
"Jangan konyol. Tidak peduli berapa banyak kami melapor, polisi tetap saja mengabaikan kami. Aku yakin kau juga tidak akan bisa membantu."
"Lakukan lah sesuatu kepada para perusuh itu. Mereka selalu mabuk dan menyebabkan keributan di sini. Kami selalu begitu cemas." ucap seorang laki laki yang tiba tiba muncul di belakang detektif Johan.
"Beraninya mereka!! Jika mereka datang lagi…"
"Kami akan menghubungimu dan hanya dirimu." Ucap bu Dina melanjutkan ucapan detektif Johan.
Tiba tiba detektif Johan langsug merubah raut wajahnya.
Detektif Johan langsung menatap ke arah lain.
"Bu Karin, anda mengecat rambut anda lagi?" Ucap detektif Johan sambil berlari dan meninggalkan laki laki yang tadi bersama dengannya dan ibu Dina.
***
Orang orang yang ada di kantor polisi itu sibuk dengan kertas dan juga komputer mereka masing masing.
Di sudut tempat itu, terdapat seorang kurir yang sedang mengantarkan makanan untuk para petugas di sana.
"Silahkan nikmati makanannya!" Ucap kurir tersebut sambil memindahlan makanan yang ia bawa dari dalam tas besarnya.
"Lain kali, beri kami semangkuk sup tambahan." Ucap salah satu polisis di sana.
"Baiklah baiklah." Ucap kurir itu sambil berjalan keluar dari ruangan itu.
"Makan dulu!!!"
"Ya, mari makan!!!!"
Saat mereka sedang menikmati makanannya, tiba tiba sebuah handphone milik salah satu orang yang ada di sana berdering.
"Halo? Kenapa?"
"Pak, sampai kapan aku harus melakukan ini?" Tanya detektif Johan pada orang tersebut.
"Ini sangat memalukan." Lanjutnya lagi.
"Kalau kau tak melakukannya, aku tak bisa menilai kinerja mu, asal kau tahu saja itu." ucap penerima telpon itu sambil menikmati makanannya.
Detektif Johan menarik nafas kesal seakan akan menahan emosi.
"Oh ya ku dengar, kau akan menghadapai orang orang dari geng Argus Legend. Jam berapa?" Tanya detektif Johan.
"Apa kau akan datang?"
"Tentu saja. Aku juga bagian dari tim."
"Ahhh benar, aku lupa."
"Mereka pada saat itu ada di agen tenaga kerja retri kan? Harus kah aku pergi ke sana sekarang?" Ucap detektif Johan bertanya.
"Hei!!! rencana mungkin saja akan berubah nanti, jadi tunggu saja panggilan dari ku."
"Akan ku buktikan padamu kali ini, betapa kompetennya aku. Aku akan menjaga martabat ku. Ketika aku....."
tuttt... tutt...
Orang itu langsung memutskan sambungan teleponnya dengan detektif Johan begitu saja.
"Halo?"
"Haloooo???" Ucap detektif Johan sambil memeriksa ponselnya.
"Dia selalu saja menutup telepon dari ku seperti ini." Ucap detektif Johan dengan wajah malas.