Bel istirahat berbunyi, dan Zayn masih saja diintrogasi oleh ketiga temannya. Bahkan semua teman sekelasnya juga ikut mendengarkan perbincangan Zayn dengan Rafi, Ghatan, dan Devan.
"Jawaban lo nggak memuaskan Zayn!" protes Devan.
"Kenapa kalian ribet banget sih?!" bentak Zayn dengan wajah kesal.
Setelah itu, Zayn berdiri dan berjalan meninggalkan ketiga temannya.
"Mau kemana?" teriak Rafi.
"Kantin!"
Dengan sigap, mereka pun menyusul Zayn dan berjalan beriringan menuju kantin. Di perjalanan, Zayn dapat melihat orang-orang yang terus menatapnya sinis. Kesal rasanya saat harus menahan amarah. Di hari kedua, ia tidak boleh
membuat masalah di sekolah barunya. Ralat, bukan tidak boleh, tapi belum boleh.
Saat sampai di depan pintu kantin, Zayn dibuat menganga karena pemandangan yang tak biasa. Sebuah kantin yang megah seperti restoran bintang lima, dan berbagai stand yang tersedia disana membuat Zayn tak bisa berkata-kata.