Chereads / DUNIA ANGEL / Chapter 3 - Awal Kejadian

Chapter 3 - Awal Kejadian

Pada tahun 1970, dibangun sebuah perusahaan gula, PT Garam Manis yang berlokasi di daerah Srengat. Fasilitas dan bahan produknya sangat berkualitas di pabrik tersebut, sehingga namanya terkenal akan kualitas produk terbaik se-mancanegara.

Sering kali, juga ada kunjungan mentri perdagangan sekadar menjain silahturahmi ataupun urusan bisnis.

Tapi, sepanjang pabrik ini beroperasi banyak kejadian aneh yang terjadi, misalnya pegawai yang kesurupan, penampakan mahluk astral, atau mesin-mesin yang beroperasi sendiri di tengah malam.

Menurut beberapa pegawainya, keanehan yang terjadi disebabkan karena tempatnya. Tanah tempat berdirinya, itu dahulu merupakan kuburan orang-orang pribumi yang pada zaman Belanda diratakan untuk pembangunan.

Ada juga yang berkata bahwa tempat itu merupakan pusat kerajaan gaib. Kita sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya, banyak karyawan yang sering mengalami kesurupan saat bekerja.

Beberapa karyawan juga sering mendengar dan melihat penampakan hantu. Bahkan, sempat ada kasus dimana ada seorang ayah menghabisi nyawa keluarganya sebelum membunuh dirinya sendiri dalam sebuah gudang belakang penyimpanan gula.

Sumanto adalah karyawan di pabrik itu, dia ayah pengangguran yang berusia empat puluh. Sederhananya, keluarganya sekarang sedang kepepet dari keuangan, sama seperti kebanyakan orang di masa itu.

Sumanto sudah sembilan belas tahun bekerja di pabrik gula PT Garam Manis, tapi diberhentikan setelah Hasnah membeli perusahaan tersebut dan menutup pabrik berusia delapan puluh tahun di Srengat.

Pembelian tersebut dikarenakan perusahaan mendapat nilai buruk dari para pekerja. Pekerja harus bekerja selama 12/7. Banyak pegawai pabrik yang mati karena kelelahan, ada juga yang bernasib tragis dengan masuk ke penggilingan gula.

Karena banyaknya isu supranatural ditambah kasus sengketa tanah yang terjadi membuat tempat ini jual pemiliknya. Kini bangunan tersebut sudah tak terurus dan hanya ditempati oleh penjaganya.

Tanpa pendidikan perguruan tinggi, Sumanto sudah bekerja di pabrik gula PT Garam Manis sejak berumur sembilan belas tahun.

Mula-mula di jalur pengemasan dan meniti tangga karier setapak demi setapak hingga akhirnya menjadi penanggung jawab ruang surat.

Atas pengabdiannya selama dua dasawarsa, dia menerima pesangon senilai 40 bulan gaji, yang dia irit-irit untuk biaya hidup selama satu setengah tahun. Namun demikian, keluarga Sumanto lama-lama kerepotan juga, apalagi mereka mesti membiayai dua orang putri, rumah besar, pajak bumi dan bangunan, dan segala harapan dan janji serta dambaan hati yang mekar seiring dipupuknya gaya hidup kelas menengah.

Kehidupan keluarga Sumanto harus dijalani sangat berat. Kebiasaan berlibur, berbelanja, bermain, dan mengadakan pesta harus ditiadakan.

Mereka sudah kerepotan dengan kebutuhan rumah. Dalam keadaan demikian ekonomi keluarga sekarang berpangku tangan kepada Sarah istri Sumanto, yang berprofesi sebagai pegawai bank swasta di Kota Srengat.

Dia sudah menjalankan pekerjaan ini sejak usia dua puluh tahun, artinya sudah berpengalaman dan memiliki jabatan bagus di perusahaan. Namun apalah arti uang bagi orang kelas menengah.

Pada fase awal pemberhentian Sumanto, Sarah masih bisa berlagak hebat, berbelanja barang-barang brande ternama, menghabiskan satu malam di bar kasino bersama teman-temannya.

Tetapi kebiasaan itu tidak bisa dia teruskan setelah satu tahun berjalan. Perlahan pasti, Sarah mengubah pola hidupnya. Dia dan suami lebih sering terbangun di dini hari, sebelum fajar menyerang. Mempersiapkan semua keperluan rumah, karena semua pembantu telah mereka pecat, setidaknya ada 20 pembantu dan menyisakan 3 orang.

Ketiga pembantu ini bertugas membantu merawat kedua anak mereka; Angel K dan Tunner. Mereka masih teramat kecil bahkan sangat memerlukan dibedong setiap harinya.

Satu pembantu lainnya mengurus keperluan Sumanto dan Sarah dalam beberapa pekerjaan. Ingat tadi Sumanto dan Sarah sering terbangun dini hari?!

Semua bermula tepat satu tahun dipecatnya Sumanto dari PT Garam Manis, pada saat itu dia ikut serta dalam demo menuntut hak para pekerja.

Sumanto menilai pekerjaannya dan waktu yang telah diberikan ke perusahaan tidak setimpal dengan gaji yang diberikan. Mereka berdemo dua hari dua malam di depan pabrik gula di Srengat.

Pada malam kedua, Sumanto yang uring-uringan berjalan kebelakang pabrik bersama dua temannya. Mereka merencanakan untuk membobol pabrik dengan linggis, karena sudah lama bekerja di sana dan tahu rincian gedung yang rusak mereka melancarkan pembobolan.

Tiga puluh menit sudah mereka berhasil membuka gudang belakang yang berisikan gula siap jual. Gudang ini terkenal angker karena pernah ada kejadian tragis yang menewaskan satu keluarga beserta pelakunya. Tetapi mereka tidak memikirkan hal tersebut, kondisi ekonomi yang kian menyiksa telah membutakan mata. Mereka mengangkut beberapa karung gula dan membawanya pulang.

Sumanto membawa sepuluh karung gula siap jual. Sontak Sarah yang mengetahui hal ini merasa terhina oleh perilaku suaminya. Sarah tak henti memarahi suaminya dan menyuruh untuk mengembalikan karung gula itu.

Di perdebatan panas pasutri, tidak sengaja salah satu karung terhempas dan membuka isinya, ternyata ada satu karung berisikan emas.

Mereka terdiam sejenak, saling menatap. Sumanto memberanikan diri untuk mengambil emas. Dilihatnya dengan jeli, emas setebal 5 cm dipukulkan ke lantai beberapa kali untuk memastikan keasliannya.

Sarah juga ambil bagian mencoba memukulnya dengan palu, pukulan pertama hanya timbul retak, pukulan kedua terbelah yang ternyata di dalamnya terdapat surat.

Emas terbelah menjadi dua mengeluarkan beberapa surat, perhiasan kecil, dan stempel. Sarah mengambil surat tersebut bertanda tangan Mr. Tom yang merupakan pemilik perusahaan PT. Garam Manis terdahulu. Surat itu berisikan wasiat kepada siapa saja yang menemukan karung berisi emas untuk segera membuangnya sebelum semuanya terjadi.

Sarah masih belum mengerti perihal maksud surat ini, namun Sumanto yang menyadari sesuatu segera mengemasnya dan membawanya pergi, namun dicegah Sarah.

Mereka kembali berdebat. Tunner terbangun karena mendengar kegaduhan dan mendatangi sumber suara. Dia melihat ayah dan ibunya seperti bertengkar namun hanya adu argumen.

Usia Tunner masih 9 tahun, belum sepenuhnya memahami kejadian itu. Dia masuk ke ruangan tanpa disadari kedua orangtuanya, jalannya pelan menuju karung emas, diambilnya stempel bercap merah itu untuk dimainkannya ke lantai rumah, tembok, meja, kursi, dan tubuhnya. Sarah yang mengetahui hal itu segera mengambil Tunner untuk dibersihkan.

Delapan tahun sesudahnya. Keluarga Sumanto sedikit sudah mengembalikan masa jaya dengan kembalinya finansial mereka. Dia sekarang bekerja di bagian perpajakan kota Srengat, dan Sarah masih bekerja di perusahaan bank swasta dekat kantornya Sumanto. Mereka terkadang terlihat berbahagia saat berangkat bekerja bersama. Ini disaksikan oleh Andi supir keluarga.

Andi bertugas mengantar dan menjemput Angel K dan Tunner untuk pergi bersekolah setiap harinya. Dia sudah bekerja delapan tahun di keluarga ini, tetapi ada keanehan yang membuatnya merinding.

Anak pertama, Tunner, terlihat lebih pendiam semenjak tiga tahun terakhir, Tunner juga tidak mengalami pertumbuhan yang pesat seperti Angel. Tubuh ramping, kulit putih dan rambut tetap sama meski sudah bertahun-tahun tanpa adanya bekas dipangkas.

Sepulang menjemput Sumanto, Andi ditugaskan untuk membersihkan mobil karena besuk akan ada pertemuan. Andi yang merasa aneh kepada Sumanto tidak berani menanyakan perihal pertemuan tersebut, karena semasa dia bekerja belum pernah keluarga ini menghadiri pertemuan, bahkan pesta ulang tahun anaknya diadakan hanya keluarga itu dan kami para pekerja saja.

Pada malam itu juga Andi mengiyakan dan segera mencuci mobil. Lalu peristiwa itu terjadi!