Chereads / SKATER MAUT / Chapter 9 - Ketegangan di Dalam Kapal

Chapter 9 - Ketegangan di Dalam Kapal

Awalnya Pring merinding ketika melihat segunung kentang dan wortel yang harus dikupasnya. Tapi dia mesti sabar, keinginannya unuk menemukan adiknya sangat kuat. Apalagi hanya kentang dan wortel, mengupas seribu serigala saja dia tidak gentar.

Banyak orang di dapur, tentu saja sebagian besar orang Tiongkok. Sehingga kalau tidak ada Sim Po maka mereka menggunakan bahasa isyarat, tunjuk-tunjuk dengan telunjuk. Paman Bayu ternyata sengaja merahasiakan kemampuan berbahasa Tiongkoknya. Tapi ada seseorang yang bukan orang Tiongkok, yaitu orang Aceh mengaku bernama Abu.

Orang Aceh itu memang mencari pekerjaan, kalau pun nanti dia harus terus ikut kapal itu tidak ada masalah. Katanya, hitung-hitung berpetualang gratis. Agar tidak menarik perhatian atau kecurigaian orang kapal, Pring dan Paman Bayu lebih banyak menggunakan bahasa Melayu daripada bahasa Jawa.

Merasa sesama bukan Tiongkok mereka akrab dengan Abu. Dari orang Aceh itu pula mereka berdua mendapat cerita bahwa Cheng Ho singgah di Aceh dan memberi hadiah lonceng raksasa. Abu mengibaratkan kedatangan mereka berdua di kapal itu masuk ke kandang harimau lapar.

Ternyata, selama pelayaran yang diikutinya ada keganjilan demi keganjilan di kapal itu, yaitu hilang dan terbunuhnya awak kapal.

"Tampaknya pelayaran besar-besaran ini bukanlah pelayaran yang kompak. Bisik-bisik kudengar ada persaingan di antara mereka. Bahkan, ada yang sengaja menggunakan kesempatan ini untuk memperkaya diri," bisik Abu. "Kulihat ada beberapa peti mati, yang ternyata berisi emas dan lainnya. Aku tidak sengaja melihat mereka membuka peti itu saat mengantar makanan ke ruang Panglima Hong Bao. Mungkin kapal ini memang sengaja dimuati harta, karena prajurit yang berada di kapal ini berasal dari kesatuan khusus."

Paman Bayu mendengar penjelasan itu dengan seksama, sesekali mengambil napas. Sejak itu dia lebih sering mengingatkan Pring untuk waspada dan jangan terlalu jauh darinya. Agar tidak dicurigai, Abu sengaja menjaga jarak dengan mereka berdua, agar tidak dituduh berkomplot.

Suatu malam Pring mendengar keributan kecil di geladak setelah itu terdengar suara mengaduh lalu sepi, tidak lama kemudian terdengar sesuatu jatuh ke air. Pring memasang kuping baik-baik. Paman Bayu yang tidur disentaknya pelan lalu diberitahu tentang keributan itu dengan berbisik. Paman Bayu menyuruhnya pura-pura tidur.

Paginya, ada keributan karena prajurit bernama Be Long, salah satu prajurit yang mendapat giliran jaga malam, hilang. Pring dengan berbisik minta agar pamannya menterjemahkan apa yang dikatakan orang-orang Tiongkok itu. "Apa dia belum kembali ke kapal?" tanya salah satu awak kapal. "Seharusnya dia berjaga di kapal tadi malam."

"Kami tidak melihatnya," kata yang lain. "Mungkin dia bertemu bidadari di darat sehingga enggan kembali ke kapal." Pring menatap pamannya, hendak mengatakan sesuatu. Tapi pamannya segera menyuruh tutup mulut. Beberapa prajurit di suruh mencari Be Long ke darat. Menjelang malam mereka kembali ke kapal dan mengatakan tidak berhasil menemukan Be Long.

"Kalau tidak mati, dia sengaja melarikan diri. Mungkin bosan di kapal," bisik Abu. "Beberapa awak kapal tidak kembali karena jatuh cinta kepada penduduk setempat. Lalu menghilang untuk menghindari pengejaran, karena hukuman bagi awak kapal yang lari atau membelot adalah hukuman mati."

Menurut Sim Po, hilangnya prajurit dan awak kapal masih tanda tanya. "Mereka sengaja lari dari tugas atau karena terbunuh. Karena armada ini berkali-kali bertempur dengan bajak laut. Siapa tahu ada orang bajak laut yang menyusup dan melakukan penyerangan lalu menghilang. Tapi hebat sekali kalau memang seperti itu." Sim Po berkata sambil berkali-kali mengedipkan mata. Bedaknya putih layaknya orang akan bermain topeng. Abu, Paman Bayu, dan Pring terdiam mendengar kata-katanya.

Tapi begitu Sim Po pergi Abu mendekati mereka, "Aku yakin orang-orang itu sengaja dibunuh teman-temannya sendiri karena mengetahui suatu rahasia. Takut dibocorkan." Tapi tanpa sepengetahuan Abu, Paman Bayu menyuruh Pring hati-hati terhadap Abu. Mereka harus bisa menjaga diri agar tidak terlibat dalam lingkaran mereka sehingga posisinya aman. Sejauh ini keberadaan Nimas belum ada titik terang.

Suatu hari ketika Pring sedang mengupas kentang tiba-tiba beberapa benda melayang cepat ke arahnya, dan sep! Kentangny tertusuk beberapa bambu lancip layaknya tusuk sate. Napas Pring terhenti saking terkejutnya. Terdengar tawa renyah Sim Po. Tentu saja Paman Bayu terbelalak melihat peristiwa itu. Kentang di tangan Pring terjatuh.

"Tidak apa-apa anak manis, aku hanya berlatih kemahiranku yang sudah lama tidak kugunakan. Tapi, tampaknya mulai hari ini aku harus berjaga-jaga, untuk jaga diri," ujar Sim Po. Tapi setelah berkata seperti itu Sim Po seperti menyesal dan menutup mulutnya dengan tangan. Pring mengamati kentang yang tertembus tusuk sate. Kalau saja tubuhnya yang tertembus, pastilah bambu itu melesat tulang rusuk dan menembus jantung atau paru-parunya. Pring berkeringat dingin tapi Sim Po tertawa lagi.

"Maaf kalau mengejutkanmu, tapi itu akan membuatmu selalu waspada. Kalau bersedia, kamu akan kuajari beberapa teknik melempar senjata." Pring menatap Paman Bayu. "Bagaimana?" tanya Sim Po.

Paman Bayu yang menjawab, "Asal tidak membahayakan dirinya, tidak apa-apa. Ilmu bela diri, apa pun bentuknya akan berguna. Entah kapan akan digunakannya."

Sim Po tertawa genit. "Pring, mulai sekarang kamu harus selalu dekat denganku. Karena aku tidak punya waktu waktu khusus untukmu, ya di sela-sela memasaklah. Aku ingat masa kanak-kanakku, penakut seperti kamu sehingga aku dipaksa belajar bela diri oleh kakekku."

Prajurit Be Long tidak pernah ditemukan sampai akhirnya armada kapal itu hendak meninggalkan Tuban. Kalau Be Long mati dibunuh dan di lempar ke laut, pasti mayatnya akan ditemukan. Tapi kalau itu sebuah persekongkolan pasti sudah direncanakan masak-masak, mungkin diberi beban pemberat agat tidak mengambang.

Mereka belum mendapat kabar dari A Liong, mungkinkah dia terlalu sibuk nguleg bumbu masak sehingga tidak ada waktu untuk menjenguk mereka? Bila kapal sudah menarik sauh dan berlayar maka mereka akan lebih sulit untuk berhubungan. Juru layar kapal sibuk menurunkan dan mengikat layar, sementara awak kapal lainnya sibuk memasukkan benda-benda ke kapal masing-masing.

Kesibukan yang luar biasa, menandakan mereka segera bertolak untuk melakukan pelayaran selanjutnya. Sebelum Bauchuan atau Kapal Pusaka bertolak, kapal-kapal pelopor berangkat terlebih dahulu untuk mengamankan jalur pelayaran bagi kapal berikutnya. Tentu saja kapal pelopor adalah kapal yang berisi prajurit-prajurit tangguh. Kapal kuda yang mengangkut barang-barang dan kuda juga berangkat terlebih dahulu. Kiri kanan berlayar kapal penempur, kapal bahan makanan, kapal-kapal komando, dan kapal-kapal pembantu. Ternyata memerlukan waktu beberapa hari untuk memberangkatkan armada yang jumlahnya ratusan itu.

Pring berdiri di buritan melihat iring-iringan kapal. Kapal mereka berada di sayap kanan kapal Bauchuan, sedangkan kapal Panglima Zhou Wen di sisi depan, sementara di belakang kapal raksasa ada kapal Panglima Zhou Men. Penduduk Tuban melepas keberangkatan mereka dengan gegap gempita. Hampir sebulan kapal-kapal itu berlabuh di pelabuhan Tuban, pasti sangat membekas di hati penduduk, sehingga banyak yang merasa sedih karena kepergiannya. Meski demikian pasti ada juga yang merasa lega karena selama ada mereka kepentingannya terganggu. Sepeninggal rombongan kapal maka pelabuhan Tuban akan kembali biasa-biasa lagi.