Chereads / Percikan Juni Ternyata Mimpi Belaka / Chapter 23 - Chapter 23 - Perempuan yang dilupakan

Chapter 23 - Chapter 23 - Perempuan yang dilupakan

Ku masih ingat pertama kali aku menemukannya. Fakta bahwa orang yang Rai cintai sudah meninggal. Itu berawal dari kehilangan misterius Rai setiap 8 Januari selama aku tinggal bersamanya.

Tanpa bilang apa - apa Rai akan pergi ke suatu tempat pada pagi itu dan kembali besok harinya. Saat ini terjadi untuk ketiga kalinya, rasa penasaranku mengalahkan keinginanku menjaga privasinya.

Dan aku menaruh GPS di arloji yang aku berikan kepadanya . Untuk menemukan Rai terbang ke New York. Tetapi, alatnya seperti tidak berfungsi dengan benar karena tempat yang didatangi sangat lah tidak semestinya ... kuburan.

Tahun berikutnya, aku memastikan datang ke sana sebelum Rai, berkata aku menginap di rumah Vienna.Menyamar menjadi orang lain , aku mengintai Rai mulai dia keluar dari bandara hingga singgah di toko bunga.

Meskipun sudah lama, aku masih dapat mengingat bouquet yang Rai siapkan. Pink carnation yang berarti aku tidak akan melupakanmu, Cyclamen dengan pesan perpisahan dan penerimaan, Daisy yang berarti cinta setia. Dan berbagai bunga dengan maksud serupa .

Itulah saat aku menyadari GPSku tidak rusak.,. Aku berjalan mengikutinya dari kejauhan untuk melihat dia berlutut di sebuah makam yang luas. Menangis di depannya.

Baru setelah matahari terbenam, Rai berhenti dan menyetir balik ke bandara. Sungguh hanya datang untuk ke makam orang itu.

Pola ini terjadi berulang kali . Dia mengunjungi makam seseorang. . Aku mengikutinya dari jauh. Rai memergokiku pada tahun ketiga saat aku mengintainya .. Itulah saat dia menunjukanku foto dan nama perempuan itu.

Arabella. Anehnya, foto perempuan itu diburamkan.

Atau setidaknya begitu aku mengingatinya.

_______

"Tidak, aku akan bertemu dengan dia lagi suatu hari nanti."

Tidak ada tempat lain untuk mereka bertemu kembali selain di surga. Mengetahui itu, aku tetap memberikan semangat kepadanya.

"Kuyakin kamu akan."

Karena sudah selesai mengobati lengannya, aku melanjutkan ke area berikutnya. Kubaluri salep di sepanjang memar di dadanya.

Otot perutnya membuatku seperti kucing yang menemukan cat tree (mainan cakar kucing) membangkitkan keinginan menyentuhnya. Akan tetapi, aku menunggu dulu agar Rai melepaskan kalung yang mengandung dua cincin. Yang ia tidak pernah biarkan aku sentuh.

Sebagai teman aku merasa sangat prihatin mengenai kehidupan cinta Rai. Sesuatu yang patut dipuji jika memiliki cinta abadi tetapi sangatlah menyakitkan jika salah satu telah tiada. Secara jujur, kuberharap Rai menemukan seseorang yang dia sukai.

Berpikir begitu, aku mengurangi tekanan dibalik olesanku. Dari semua pekerjaan berbahaya yang ia lakukan, bekas luka memenuhi tubuhnya, meskipun di tempat yang ditutupi baju dan tidak sebanyak dulu.

Ku selalu berpikir, itu adalah sebuah tragedi, bagi pria yang terlihat begitu baik seperti malaikat untuk dirusakkan oleh bekas luka yang mengerikan.

Tetapi, apa boleh buat, dia tidak ingin berhenti dari pekerjaannya. Untuk alasan yang tidak aku mengerti. Untuk alasan yang ia tidak mau ungkapkan.

_____________

"Kamu bisa balik sendiri kan?"

Kutanya selagi membersihkan peralatan medis dengan alkohol yang tersisa. Menaruh dengan rapi sisa perban di dalam tasku.

"Dan kalau tidak, apakah kamu akan mengantarku?"

Jika ini dulu aku akan melakukannya. Tetapi sekarang, dengan hanya membayangkannya- aku merasa bersalah. Sekarang ada orang yang menungguku, mengharapkanku.

Ku hanya bisa mengecewakan Cassius beberapa kali.

"Akan kupanggilkan taksi."

Rai menundukkan kepalanya dan mencengkeram lengan kanannya. Seperti sedang memeluk dirinya. Seperti ada luka di tempat lain yang lebih dalam.

"Kau dingin sekali El."

Aku bangun berdiri untuk mengalihkan pandanganku darinya. Memusatkan penglihatanku pada hiasan di dinding. Namun, apa yang tidak terlihat dapat dibayangkan.

"Kamu sendiri yang berkata, tidak pantas jika aku sendiri bersamamu, terutama di tengah malam seperti ini."

Perasaan menghajar Rai dengan perkataanya sendiri terasa sangat nikmat. Hampir menghapus rasa tidak enak saat aku memutuskan untuk tidak mendampinginya.

"Bagaimana jika aku memberitahumu beberapa hal mengenai Feivel ?"

Aku tidak mempercayai perubahan sikapnya.

"Kamu akan memberikanku jawaban begitu saja?"

Harapanku lenyap secepat ia datang. Singa akan memakan rumput sebelum Rai memberikan informasi penting begitu saja.

"Tidak, tapi aku akan memberitahumu buku dan makanan yang disukainya, hobinya, hubungan pertemanannya."

Mengapa sebenarnya dia melakukan ini? Apakah dia memancingku untuk menjauh dari Cassius- Saat dia masih memakai cincin kekasihnya mengapa dia menghalangiku?

"Sebenarnya apa yang kamu harapkan dengan melakukan ini?"

Sebagai novelis, aku bisa memikirkan berbagai macam cerita di balik tindakannya. Cinta. Iri. Waspada. Tetapi, tebakanku meleset semua.

"Aku ingin kamu menjalin hubungan keluarga yang baik dengan Feivel."

_____________

"Jadi Feivel suka susu soya dan telur setengah matang. Membaca sejarah dunia dan teknologi. Warna favoritnya hitam dan oranye…."

Aku mengucapkan ulang fakta - fakta yang diberitahukan Rai kepadaku. Di elevator yang baru saja kupakai tadi dengan Cassius.

Ternyata, Rai juga menginap dihotel ini sementara waktu dia datang berkunjung. Tombol elevator menyala di lantai 19, beberapa lantai di bawah kamar kami.

Saat aku di depan pintu kamarnya, aku tidak memikirkan apapun saat masuk karena terlalu fokus akan cerita mengenai Feivel. Tetapi begitu juga kebanyakan burung yang dipancing masuk ke dalam kandang.

"Dia mirip denganmu di sisi itu." Rai mengeluarkan produk kesukaanku, susu soya kenangan dari kulkas dan menuangkannya ke dua gelas.

Adegan dejavu ini membuatnya terlihat komikal. Sambil meminumnya, aku mengutarakan satu hal yang membuatku bingung.

"Tetapi, aku tidak mengerti kenapa kamu ingin membantu kami berhubungan."

Hanya untuk diberikan jawaban tidak tulus.

"Kepedulianku terhadap teman."

Jika dia benar - benar peduli, dia tidak akan menyembunyikan kebenaran dariku. Pemandangan di luar sudah bertambah gelap, menunjukan betapa larutnya malam.

Aku duduk hanya untuk menyadari bahwa kamar ini model queen bukan twin. Apakah aku keluar dari kamar ini saja?

"Kalau begitu aku akan balik ke kamarku Rai, kamu sudah aman sampai disini."

Tugasku sudah selesai. Selama aku tidak menetap terlalu lama orang tidak akan curiga.

"Jangan pergi, El."

Rai yang duduk di sofa berkata. Kenapa rasanya aku pernah mendengarnya sebelumnya? Aku mengabaikannya dan bersiap pergi.

"Kamu tahu apa yang orang pikirkan tentangku jika aku tetap disini?"

Dari waktu aku datang kontroversi bisa terjadi. Demi menenangkan Rai dan mempedulikan Feivel aku telah berjudi melebihi batasku. Jika aku menetap, hubunganku dengan Cassius bisa runtuh.

"Bukan maksudku untuk menodai reputasimu."

Lantas, apa yang sedang ia upayakan. Seolah - olah dia ingin menghancurkanku secara utuh. Tetapi, disaat yang sama waktu kuragu, dia yang mendorongku ke altar.

"Jika kamu tidak bermaksud, jangan lakukan."

Aku keluar dari kamar itu, mencapai pintu saat aku mendengar Rai mengejarku.

"El. Jangan terlalu mempercayai apa yang kamu lihat."