Koreksi chapter 3 dan 10. Tempat tinggal Eliana dan Rak sebelum cerita ini mulai diubah ke new york. Tanggal pernikahan Susana (sering bulan cerita ini menjadi augustus.
________________
Konon, anak kecil adalah makhluk yang paling jujur. Jadi kenapa bocah yang terlentang di sofa putih di depanku bermuka dua? Baru kemarin dia memanggilku wanita itu, tetapi hari ini dia tertidur dengan buku yang kutulis- Atlantisku meniban wajahnya.
Begitu aku melihat judul bukunya, aku terpikir ini tidak mungkin kebetulan. Buku ini datang dengan saran tidak dibaca dibawah umur 16 karena banyaknya kekerasan dan kata buruk. Dan analisis pembaca menunjukan pembaca termuda berada di antara 14-15.
Penuh trauma, desepsi dan kesakitan.
Itu bukanlah cerita yang seharusnya dibaca anak - anak.
Berencana menutup mataku kepada perilakunya ini, aku berputar badan mengarah ke tangga menuju kamar hanya untuk terganggu oleh kibaran AC. Suhu ruangan begitu dingin, seperti telah turun 10 derajat.
Aku melempar pandangan kedua kepada atasan tipis yang di pakai Feivel, dengan warna hitam untuk menyerap sinar matahari di ruangan- sebuah tujuan yang tidak tercapai melihat cara tirai dalam keadaan tertutup.
Tanpa melihat cara jari - jari kakinya meringkuk, neckline berpotongan rendah kaosnya, dicocokan dengan celana pendeknya yang tidak mencapai lutut, aku sudah menggigil kedinginan di tempatnya.
"Kamu terlalu ceroboh," kata - kata menegor tidak sadar keluar dari mulutku, selagi aku melepaskan jaketku untuk diletakan sebagai selimut diatas tubuhnya yang hampir terlihat seperti kerangka.
Tetapi, bahkan sebelum jaketku dapat terletak sepenuhnya diatasnya, baru setengah menutupinya, tangan yang awalnya berada di samping kirinya, melemparkannya ke lantai.
"Wanita pengganggu. Sekarang waktu tidurku hilang."
Selagi Feivel mengatakannya, dia mulai duduk, tangan kanannya yang tidak dipakai untuk menopang buku di mukanya, hanya sebagian dari mata abu - abunya kelihatan. Peringatan tersembunyi di dalamnya, geraman tajam dibalik setiap kata menyakitkan. Seperti serigala mengusir pengusiknya.
Ia menginjak perasaanku dengan cakarnya.
"….Aku hanya berpikir kamu kedinginan."
Kepanasan murka mulai merengut rasa peduliku kepadanya. Tetapi aku terus mengingatkan diriku. 'Feivel adalah anakku. Aku harus bersabar, terutama karena aku menggantikan ibunya.'
"Buku itu… aku yang menulisnya. Kamu, membacanya?"
Terus terang, di saat ini aku telah kehilangan harapan bahwa dia membacanya dengan pengetahuan aku yang menulisnya. Aku adalah penjahat yang mengambil tempat duduk ibunya. Anggrek yang menggerogoti pohon ingatan, mempercepat kematiannya
Tetapi, Feivel melanjutkan perilaku ambigunya.
"Karena seseorang memintaku."
Hanya sejumlah orang yang mengetahui bahwa Eli Skies itu adalah aku. Rai. Vienna. Publisherku. Dan diluar itu semua- orang dengan kemungkinan terbesar menggali identitasku-
"Cassius?"
Awalnya kupikir, ini adalah jawaban yang tidak mungkin salah. Persamaan di kepalaku terselesaikan. Semua titik yang bersebaran terselesaikan secara rapi. Tetapi, saat kuserahkan ke pengujinya, disalahkan.
Peta di kepalaku kacau total.
"Seseorang yang lebih berharga untukku." Kelembutan memunculkan diri untuk pertama kalinya dalam perkataan Feivel. Dan aku berpikir sejenak, siapa yang menempati tempat itu di hatinya.
Kemanusiaan itu nampak hanya untuk menghilang secepat ia datang. Seperti ikan pelangi yang kembali menyelam kedalam kegelapan yang terlihat tidak ada awal.
"Katanya jika aku membacanya, aku akan dapat melihat akhir yang sudah berakhir."
Emosi dibalik kata itu. Aku sudah sering melihatnya. Di sosok temanku. Seakan - akan dunia yang ia ingin raih telah hancur dari akarnya. Menembus hati. Bahkan saat kamu mengetahui ia hanya ingin mencapai pelepasan. Air mata keluar untuk meratapi bagaimana ia terlilit dalam masa lalu dan kini.
Terjebak di waktu yang tidak berjalan.
"…. Kalau begitu, aku mengharapkan kamu dapat melihat akhir itu." Merasa canggung, aku tidak tahu apa yang seharusnya kukatakan. Maka aku melakukan satu - satunya hal yang kuketahui , melarikan diri.
"Aku pergi dulu ya. Feivel. Selamat membaca."
Dengan begitu, aku meninggalkan ruangan itu. Tidak melihat bahwa dibawah buku yang diturunkan ke sofa itu bersembunyi dua mata bergemuruh dengan garis ditinggalkan oleh aliran air yang sudah mengering.
_________________
Waktu kuhabiskan memikirkan seri selanjutku. Atlantisku adalah buku ketiga dari trilogi pertamaku. Banyak pembacaku akan tercengang jika mengetahuinya, tetapi alur buku itu awalnya tidak akan setragis itu jika bukan karena usulan teman itu.
'Mungkin kali ini, setingannya akan terjadi jauh di masa depan.'
Tepat di saat aku mulai memikirkan garis besarnya, kulihat notifikasi messenger muncul, nama dengan capslock "DOCTOR CASS." Dengan emoji muka dengan mata hati disampingnya.
[Turun kebawah, Mari makan malam.]
Mengetahui sifat Cassius, dia akan datang keatas menjemputku kalau aku tidak turun, maka aku bergegas pergi.
Dari tangga saja, aku sudah bisa mencium bau makan malam. Salmon bakar dengan sayuran panggang. Perutku mulai berbunyi bahkan tanpa merasa lapar sebelumnya. Tetapi, kelaparan itu menguap begitu aku mendengar suara orang memelas..
"Feivel, aku tahu kamu membenciku, tetapi, hargailah ibumu!"
Aku berhenti dalam langkahku. Berpikir bagaimana Cassius mengetahui tindakan Feivel siang ini dan mengapa ia berpikir Feivel membencinya. Darah lebih kental dari air. Sebenarnya apa yang ia lakukan untuk membuat hubungan diantara mereka begitu tipis?
"Kamu menikah dengannya tidak menjadikannya ibuku."
Sekali lagi, hatiku menjadi target bidikan terbuka. Aku menjadi gajah di ruangan yang dibicarakan; topik kontroversi yang memicuku memiliki pikiran bertentangan mengenai diriku.
'Tidak apa - apa. Feivel akan datang untuk menerimaku.'
"Atas tahun - tahun kamu tinggal bersamaku, setidaknya lakukan ini untukku."
'???'
Entah mengapa, kalimat itu terdengar janggal. Bukan "setidaknya untuk ayahmu, lakukan ini untukku"? Tetapi, "atas tahun - tahun kamu tinggal bersamaku..?" Muka yang begitu mirip. Ada kepastian mereka berhubungan darah. Tetapi, mengapa ia berkata seakan - akan mereka tidak selalu bersama?
"Kenapa kamu bersikeras sekali mengenai makan malam?" "Feivel akhirnya meninggalkan sofa putih itu. menaruh bukuku di bawah bantal di ujung. "Baiklah."
Aku berlaga tidak tahu tentang penolakannya kepadaku dan duduk di meja makan.
Kecanggungan yang awalnya kurasakan menghilang begitu makan malam mulai. Obrolan yang tak berhenti dari Cassius menjadi salah satu alasannya. Sampai ia mengeluarkan topik yang terlarang di meja makan.
"Oh iya, Eli, Feivel sering membaca bukumu."
Aku tersedak. Salmon di tenggorokanku seperti bungkaman terhadap teriakanku memintanya mengganti bahan pembicaraan. Butuh beberapa menit dan segelas air untuk menghilangkannya.
"..Aku sudah dengar. Tidak ada yang membuatku lebih bahagia sebagai penulis daripada melihat betapa diminati tulisanku."
Ditengah ini semua, Feivel hanya terus makan. Salmon dan sayuran panggang- satu demi satu gigitan kecil. Dia tidak terlalu suka makan nasi? Menurutku, hari ini dimasak dengan sangat baik, Pulen dan legit.
"Ada sesuatu hal yang mungkin membuatmu lebih bahagia." Cassius memakai seringai itu, kelap - kelip mata seperti sedang merencanakan sesuatu, "bagaimana perasaanmu jika kita membuat adaptasi drama untuk trilogi yang kamu tulis?"
Tanganku berhenti di tengah udara. Adaptasi drama. Terus terang, aku pernah didekati oleh beberapa orang yang menawariku kesempatan itu. Tetapi, melihat tulisanku masih belum selesai aku selalu menolaknya. Sekarang sudah selesai dengan penerbitan Atlantis dan buku mengenai lanjutan hidup para karakter samping.
"Pertama, boleh kutanya dulu alasanmu mengajukan proposal ini?"
Aku meletakan sumpitku. Dan mengambil seteguk air untuk menghilangkan rasa pahit. Jika dia memberiku kesempatan ini hanya karena kita menikah tanpa membaca karyaku aku akan menolak.
"Karena tulisanmu diminati banyak orang, dan akan mendatangkan banyak keuntungan. Terutama, aku ingin melihat karyamu lebih diketahui orang."
Bagaimana kalau kita mengujinya?
"Ceritakan garis besar cerita itu, mulai dari buku pertama- kamu tahu judulnya kan?"
Setidaknya untuk menawarkan itu seharusnya dia membaca buku pertama kan?
"Tentu cintaku, kaktus paya adalah cerita yang berputar di sekitar sebuah anak terlentar yang akhirnya menjadi ahli pedang dan panah di kelompok tentara sewaan terkenal. Karena kemiripan mukanya akan anak general yang meninggal akan penyakit sebelum ia muncul di perperangan pertamanya, ia diangkat oleh keluarga itu sebagai anaknya dan dibesarkan dengan bantuan tunangan anak aslinya. Mendaki kekuasaan satu langkah demi satu langkah."
'Ternyata dia sungguh membacanya.'
Kebahagiaan melandaku cukup untuk menghiraukan ekspresi bangga di muka Cassius.
"Perlukah kubacakan rangkuman buku keduanya?"
Dia bertanya, dan aku hanya bisa menggelengkan kepala dalam rasa percayaku kepadanya. Mungkin benar bahwa cinta membutakan, tetapi setidaknya bayangan itu menghilang.
"Tidak perlu, proposal ini- akan kuterima."