"Ya, aku rasa aku bisa mencoba saran dari Mila untuk mengatakan semua ini kepada Bara agar tahu bagaimana respon pria itu. Bagaimana pun juga ini kan memang anaknya. Aku tidak ingin pusing sendirian. Setidaknya Bara harus ikut memikirkan bagaimana solusinya." Liana mengerucutkan bibirnya sebal, terlebih ketika angannya kembali teringat perjuangan yang dia lakukan seharian ini. Belum lagi perjuangan yang akan dia lakukan beberapa bulan ke depan. "Benar kata Mila. Enak saja Bara itu. Harusnya berani berbuat, maka harus berani juga bertanggung jawab!" Liana kian gencar memukul guling yang ada di pangkuannya.
"Tetapi ... bagaimana kalau akhirnya Bara tetap tidak mau mengakui anak ini?" Liana kembali bersedih. Semua pikiran baik dan buruk beradu satu di dalam kepala mungil gadis itu. Lalu, perasaan takut pun kembali melingkupi.
