Keanu terdiam sesaat, tatapannya terus mengawasi wanita yang baru datang itu. 'Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu?' ucap Keanu dalam hati. Seorang wanita bergaun warna hijau dengan tiara yang menghiasi kepalanya.
"Siapakah wanita itu? Kenapa pikiranku tiba-tiba tidak tenang seperti ini?"
"Sttt ... Tundukkan kepalamu!" Akamu Zama berbisik di telinga Keanu, wajahnya menghadap ke tanah, tak berani mengangkat sedikit pun. "Mereka adalah Raja dan Ratu kerajaan terkenal. Kau harus menundukkan kepalamu agar tak terjadi masalah denganmu."
"Raja dan Ratu?"
Belum sempat Keanu bertanya lebih banyak, dari meja yang hanya berselang beberapa langkah dari tempat mereka, wanita yang disebut Akamu Zama sebagai Ratu itu mengerlingkan mata pada Sang Raja seolah memberi perintah dan menyatakan ketidaksukaannya dengan sikap Keanu.
Sang Raja memberi isyarat kepada pengawal yang berdiri di belakangnya.
"Congkel matanya untukku!"
Dua orang pengawal bergegas menghampiri meja tempat Akamu Zama dan Keanu duduk. Wajah garang dengan derap langkah yang kuat dari sepatu mereka menggema, seperti ketukan para penggali kubur.
"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" Tuan Su setengah berlari menghadang kedua pengawal itu. Tubuh rentanya membungkuk, lalu menjatuhkan diri bersujud menyentuh kaki salah satu pengawal itu.
"Maafkan anak-anak yang tak tahu diri ini, Tuan. Sesungguhnya mereka masih sangatlah muda, mereka tidak mengerti tata krama, biarkan orang tua ini yang akan mengajari mereka sopan santun."
Tuan Su terus memegangi kaki pengawal itu, ia lalu menoleh ke arah Akamu Zama dan Keanu.
"Keanu! Zama! Berlututlah! Minta pengampunan kepada Baginda Raja Aidan dan Baginda Ratu Woyla!"
Akamu Zama menarik tubuh Keanu untuk mengikutinya berlutut.
"Aidan? Woyla? Aku seperti pernah mendengar nama-nama itu. Tapi di mana?" Otak Keaunu terus berpikir. Mungkin dengan dia menuruti untuk bersujud, asupan darah dalam otaknya bisa mengalir dengan cepat sehingga serpihan ingatan-ingatan yang bertebaran di dalam benaknya bisa berkumpul dan memberitahunya, siapa jati dirinya yang sesungguhnya, dan orang-orang yang saat ini di depannya.
Aidan Enakai berdiri, ia melangkah mendekati tubuh Tuan Su yang bersujud dengan sekujur tubuh yang gemetaran.
"Apa yang membuatku harus mengampuni anak itu. Apa hubungannya anak itu denganmu, Pak Tua!" Aidan menunjuk ke arah Keanu.
Masih dengan posisi badan bersujud dan kepala yang menempel di lantai, Tuan Su mengikuti arah telunjuk Aidan Enakai yang menunjuk Keanu.
"Dia adalah sahabat anakku yang baru datang dari jauh. Dia berasal dari hutan belantara negeri Aure. Baru hari ini dia datang ke sini, jadi ... ampunilah dia, Tuan! Dia belum mengenal Paduka Yang Mulia Aidan Enakai, penguasa Kerajaan Basdev yang agung."
Aidan Enakai mengangguk, dia terus menatap ke arah Keanu dengan sangat teliti.
"Kau dan putramu berdirilah! Aku hanya punya urusan dengan anak dari negeri Aure ini."
Akamu Zama ingin sekali terus berlutut untuk menemani Keanu, tetapi tatapan tajam Tuan Su seperti memberi isyarat agar Akamu Zama mengikuti perintah Aidan Enakai. Keduanya surut ke belakang dan duduk bersila dengan kepala masih menunduk.
"Benarkah kau dari Negeri Aure?" tanya Aidan Enakai yang berdiri tegak di depan Keanu yang masih bersujud mencium lantai.
Keanu hanya diam tak menjawab pertanyaan Aidan. Aidan pun tak membutuhkan jawaban dari Keanu. Lelaki tegap dengan jubah kerajaan itu berjalan memutar, mengelilingi tubuh Keanu lalu kembali berdiri di depan tubuh yang masih bersujud.
"Aku tak menyangka kalau masih ada keturunan Negeri Aure yang masih selamat, apakah kau tahu? Bagaimana aku menghancurkan negerimu? Bahkan, Pangeran dari kerajaanmu yang pecundang itu aku bakar hidup-hidup dengan apiku ini."
Aidan Enakai membuka telapak tangannya, dari telapak tangan itu tiba-tiba muncul bola api berwarna merah legam dengan lidahnya yang menjilat-jilat siap membakar apa pun yang menyentuhnya.
"Simpan apimu, Aidan!" Sang Putri dari Kerajaan Argya, Woyla Argya yang semula bergeming di tempat duduknya tiba-tiba berdiri dan menghampiri mereka, gaun birunya yang menjuntai panjang terseret sepanjang lantai yang ia lalui.
"Kita tak punya waktu untuk hal sepele seperti ini, mari kita pergi dari tempat ini. Selera makanku sudah hilang melihat sampah-sampah seperti mereka."
Ucapan Woyla Argya begitu dingin, sedingin tatapannya yang memandang tajam ke arah Keanu.
"Angkat wajahmu!" bentak Woyla ke arah Keanu.
Lelaki bertudung kain itu mengikuti perintah Woyla. Dengan tubuh masih dilipat di atas lantai, wajahnya terangkat, sorot almon birunya tepat bertemu dan berbenturan dengan sorot mata Woyla yang kecokelat-cokelatan.
Wajah Woyla memucat, dia seperti melihat kegelapan dari dalam mata Keanu. Sedikit rasa takut tiba-menyelimuti sang Putri dari Negeri Argya itu. Tangan-tangannya dari balik lengan gaunnya mengepal. Seketika seberkas cahaya hijau menyelimuti sekujur tubuhnya. Cahaya itu berputar sebentar lalu bergulung menyapu tubuh Keanu dan menghempaskannya jauh ke belakang.
Keanu terkulai setelah membentur dinding ruangan itu. Matanya masih terbuka tapi tak segera bangkit.
"Elemen air? Jadi wanita itu adalah Putri Woyla dari Negeri Argya, pemilik elemen air. Bagaimana dia bisa bersama Aidan Enakai? Raja Basdev yang arogan dan sombong. Bukankah mereka awalnya saling membenci?"
Woyla berniat menghampiri Keanu, namun Tuan Su yang tega melihat kondisi Keanu kembali menghadang Putri Woyla dan segera bersujud.
"Ampuni dia, Yang Mulia! Biarkan dia tetap hidup. Hamba akan memberikan semua makanan yang hamba punya asalkan Paduka mengampuni nyawa tak berguna anak itu."
Woyla mendengkus, ia lalu berbalik dan berjalan keluar dari rumah makan itu.
"Ayo tinggalkan tempat ini!" ucap Aidan memerintahkan pengawalnya untuk pergi dan mengikuti Woyla yang sudah duduk di atas kudanya.
"Aku tak membutuhkan makananmu, Pak Tua!" ucap Aidan sinis.
Aidan pun berjalan keluar dari rumah makan itu, sesampainya di luar ia membalikkan badan, bola api kembali keluar dari telapak tangannya, kali ini lebih besar dari pada sebelumnya. Aidan mendorong bola api itu masuk ke dalam ruangan dan langsung membakar semua yang ada di dalam ruangan itu.
Api dengan cepat melahap bangunan rumah makan itu, sesaat setelah rombongan Aidan dan Woyla pergi. Bangunan itu pun runtuh menyisakan serpihan-serpihan hitam yang masih mengeluarkan asap tebal.
Gerimis kecil yang masih turun sepanjang siang tadi tak bisa mengalahkan panasnya kobaran api. Warga sekitar yang melihat kejadian itu hanya bisa memandang dari tempat mereka berdiri tanpa bisa berbuat apa pun. Hingga matahari tenggelam di langit barat, dan kegelapan mulai menguasai malam. Ada sesuatu yang bergerak dari dalam puing-puing itu.
"Ayah? Apa kau tak apa-apa?" ucap Akamu Zama yang meringkuk mendekap tubuh Keanu. Sementara Tuan Su dengan posisi setengah berjongkok merentangkan kedua tangannya seperti membentuk perisai yang melindungi kedau anak muda itu. Tubuhnya seperti terbalut benda padat yang keras yang membuat Keanu dan Akamu Zama selamat dari semburan api Aidan Enakai, sang pemilik elemen api.
"Tuan Su? Ini ...."
Keanu meraba tubuh Tuan Su yang mulai dingin, perlahan tubuh yang semula tulang yang berbalut daging itu mengeras, semakin lama tubuh itu berubah seperti tanah liat yang dibakar oleh api bersuhu tinggi, padat mengeras menjadi bongkahan batu.
"Elemen Tanah? Tuan Su pemilik elemen Tanah?"