Chereads / Escape from Avernus / Chapter 4 - Elemen Tanah

Chapter 4 - Elemen Tanah

Daun Persik berguguran, terbang diterpa angin gunung yang membawanya melayang-layang, sebelum akhirnya jatuh di atas gundukan tanah yang masih berwarna merah.

Akazami Zuma duduk tafakur di depan sebuah batu yang menjadi nisan Tuan Su. Sementara Keanu hanya berdiri beberapa jengkal di belakangnya.

Tak ada percakapan antara mereka, keduanya larut dengan pikiran masing-masing. Aidan Enkai membakar dan menghancurkan rumah makan milik Tuan Su.

Demi melindungi dua putranya, ia menjadikan dirinya sebagai tameng dari serangan api yang meluluhlantakkan bangunan yang menjadi tempat tinggal dan usahanya mencari nafkah.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Tiba-tiba Keanu memukul-mukul tanah dengan geram. "Aku benar-benar manusia pembawa sial, belum ada sehari aku sudah membuat seseorang meninggal dan kehilangan tempat tinggalnya."

Akamu Zama menoleh ke arah Keanu. Matanya masih sembab, tapi wajahnya yang masih terlihat berduka memancarkan ketenangan.

"Kau tak perlu menyalahkan dirimu sendiri seperti itu, Keanu! Semua sudah menjadi takdir!"

Keanu menatap ke arah Akamu Zama. Air matanya berlinang, raut wajahnya menyiratkan penyesalan yang sangat mendalam.

"Seharusnya aku tak perlu datang ke rumahmu, Zama! Dan bencana ini tak perlu terjadi dan menimpa dirimu."

Keanu mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ia menengadah. Tiba-tiba tubuhnya melesat ke atas. Sebuah pusaran angin menyelimuti tubuhnya. Untuk beberapa saat, tubuh Keanu mengambang di udara. Lalu ia berputar dan mengarahkan kepalan tangannya ke arah batu besar yang jauh dari tempat Akamu Zama berdiri.

Boom!

Sebuah pusaran angin keluar dari tinju Keanu dan bergerak menghantam batu itu. Bersamaan dengan tubuh Keanu yang kembali mendarat sempurna di tempatnya semula, batu yang terkena pukulan anginnya hancur berkeping-keping.

"Aku berjanji, Zama! Akan kubalaskan dendam ayahmu, akan kucari ke mana pun mereka pergi! Bahkan—"

"KEANU!"

Akamu Zama membentak, memotong ucapan Keanu Caferino.

"Ayahku tak memintamu untuk membalaskan dendam, aku juga tak ingin kau mengotori tanganmu dengan hal-hal yang tak perlu."

Keanu mendengus. "Ayahmu memang tak memintaku, tapi aku sendiri yang ingin melakukan itu!" Keanu bersikeras, dia terlihat sangat garang di banding sebelumnya. Kedua matanya menyala berwarna putih.

Akamu Zama tersenyum sinis. "Kau pikir dengan kemampuanmu itu bisa mengalahkan Aidan? Tidak Keanu! Elemen Angin yang kau miliki jauh dari kata sempurna. Bahkan aku berani bertaruh, dengan kekuatan yang kau miliki saat ini tak akan bisa mengalahkanku."

Keanu terperangah. Ia tak menyangka Akamu Zama mengetahui kekuatannya. Laki-laki yang berdiri di depannya itu jauh berbeda dengan lelaki yang dulu pernah di selamatkan di lembah Aure. Ia terlihat tenang, bahkan saat dia baru saja kehilangan keluarga dan harta bendanya.

Seharusnya di saat sekarang yang paling marah adalah Akami Zama, harusnya dia juga yang membenci Keanu karena menjadi penyebab semua ini. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Apa sebenarnya yang telah terjadi?

"Dengarkan aku baik-baik, Keanu! Ayahku bisa saja mengalahkan Aidan Enakai. Meski dia bersekutu dengan Woyla Argya, sang pemilik elemen air. Tapi masalah yang kita hadapi tak sesederhana itu."

Keanu benar-benar tak mengerti dengan ucapan Akamu Zama. Namun ketidaktahuannya membuatnya semakin penasaran, siapa itu Aidan, siapa itu Woyla.

"Berapa lama kau tinggal di lembah Aure?" Akamu Zama merendahkan nada bicaranya. Ia menatap perbukitan hijau di depannya. Bukit Aure. Bukit yang menjadi pembatas antara Kota Tyra dan Negeri Aure.

Di balik bukit itulah tempat asal Keanu, negeri yang telah hancur dan hanya tersisa puing-puing kota yang menghitam. Semua rakyatnya telah musnah, semua keluarga kerajaan telah dibantai. Negeri Aure menjadi kota mati yang tak berpenghuni.

"A-aku ...." Keanu terlihat kebingungan, ia terlihat berpikir keras mengingat siapa jati dirinya.

"Entahlah .... Aku tidak tahu dari mana aku berasal. Yang aku ingat, aku tiba-tiba terbangun di sebuah gua di hutan belantara. Tak ada siapa pun di tempat itu selain aku. Aku sudah berjalan ke mana-mana mencari orang yang bisa aku temui, tapi itu sia-sia. Akhirnya aku memutuskan untuk bertahan di tengah hutan. Hingga akhirnya aku bertemu denganmu."

Akamu Zama kembali tersenyum.

"Inilah takdir kita, Keanu! Inilah takdir kita yang dipertemukan untuk melawan kejahatan."

"Kejahatan? Kejahatan seperti apa yang kau bicarakan? Bahkan kau melarangku untuk membalas dendam terhadap orang yang telah membunuh ayahmu."

Keanu kembali mengepalkan tangan. Sekujur tubuhnya bergetar menahan amarah yang membuncah.

Akamu Zama menyilangkan tangan di belakang tubuhnya lalu berjalan menjauhi Keanu sejauh sepuluh meter.

"Apakah kau benar-benar tak mengingat semuanya, Keanu?"

Keanu hanya menggeleng tanpa menjawab. Pikirannya benar-benar buntu. Dunia yang dilihatnya saat ini benar-benar dunia asing. Dunia yang sama sekali tak dimengertinya.

Akamu Zama berbalik, mulutnya bergerak-gerak seperti sedang merapal mantra, kedua tangannya yang semula ia sembunyikan di belakang, bergerak ke depan.

Tiba-tiba tanah di depan Keanu bergerak, seperti adonan tepung yang mendidih, tanah itu meletup ke atas dan menyerang Keanu. Lelaki berkulit putih itu melompat ke belakang menghindari tanah yang menyembul keluar itu. Namun, baru saja kakinya menginjakkan tanah. Tanah yang menjadi pijakannya kembali meletup. Sebuah tonjolan tanah menyerupai mata anak panah, lancip dan tajam terangkat ke atas menyerangnya.

Keanu terpaksa harus menghindar lagi. Ia melakukan lompatan ke atas dan berputar di udara seperti yang ia lakukan tadi. Tubuhnya mengambang. Lalu pusaran angin dari kepalan tangannya bergerak ke arah tanah yang menyembul tadi.

Psssst

Seperti sebuah pasir yang tertiup angin, gundukan tanah tajam itu langsung musnah tersapu oleh pusaran angin ciptaan Keanu. Tubuh Keanu perlahan kembali turun. Ia memperhatikan gerak-gerik Akamu Zama. Tanah yang menyerangnya adalah perintah dari Akamu Zama.

"Hanya itu kekuatanmu, Zama?" cibir Keanu. Kakinya sudah menginjak lagi ke atas bumi. Namun, begitu kakinya menginjak tanah. Tanah itu berubah seperti lumpur hisap yang menarik tubuh Keanu. Ia tak sempat melompat karena tanah itu terus menariknya hingga sebagian tubuhnya terbenam ke dalam tanah.

Keanu berusaha berkonsentrasi, ia mengerahkan semua tenaganya untuk keluar dari dalam tanah yang terasa lembek seperti lumpur. Pada saat yang sama, Akamu Zama terlihat menangkupkan kedua tangannya.

Seperti mengikuti perintah Akamu Zama. Tanah yang menenggelamkan sebagian tubuh Keanu tiba-tiba kembali mengeras. Tubuh Keanu kini terjebak di dalam tanah yang mengeras yang membuatnya tak bisa bergerak sama sekali.

"Lepaskan aku, Zama! Mari kita bertarung secara jantan!" Keanu berusaha berontak, namun impitan tanah yang menenggelamkan sebatas leher, membuat tangan dan kakinya tak bisa digerakkan.

"Kau curang, Zama! Kau curang!" Keanu terus meracau.

Akamu Zama tersenyum sambil berjalan mendekati Keanu. Ia lalu berjongkok di depan Keanu yang hanya terlihat kepalanya saja.

"Aku sudah bilang, kekuatanmu tidak ada apa-apanya, Keanu! Kau tidak bisa melawan Aidan dengan kemampuanmu yang seperti ini."

Keanu mengelus-elus kepala Keanu seperti seorang pemain bola yang sedang menyiapkan tendangan penalti.

"Lalu apakah kau akan membiarkan begitu saja orang yang telah membunuh ayahmu, Zama!" Gigi Keanu gemeretak, ia marah dengan Zama dan dirinya sendiri yang tak mampu berbuat sesuatu.

"Bukan itu tujuan ayahku, aku sudah bilang kepadamu, jika ayahku mau, dia bisa saja mengalahkan Aidan Enakai. Tapi—"

"Tapi kenapa tak ia lakukan? Kenapa ia membiarkan rumah makannya terbakar? Kenapa ia membiarkan nyawanya melayang?"

Keanu membuang mukanya seperti tak ingin melihat Akamu Zama.

"Jangan-jangan kau hanya membual, kau pecundang, Zama!"

Mendengar makian Keanu, Akamu Zama menggerakkan tangannya, seketika tanah di sekitar Keanu kembali bergerak, tanah itu seperti menyeret tubuh Keanu dan menenggelamkannya semakin dalam. Kini tubuh Keanu terbenam hingga mulutnya. Kepalanya yang terlihat hanya sebatas mata dan hidungnya untuk membuat Keanu tetap bernapas.

"ARHHHG" Keanu seperti mengerang, namun tanah yang kembali mengeras membuat tubuhnya semakin terimpit dan membuat dadanya terasa sesak. Suaranya pun tenggelam karena mulutnya terbungkam.

Akamu Zama kembali menurunkan tangannya.

"Sumber dari masalah ini bukanlah Aidan atau pun Woyla. Ada makhluk lain yang menguasai mereka yang ingin membuat kehancuran di dunia."