Chereads / Escape from Avernus / Chapter 6 - Elemen Angin

Chapter 6 - Elemen Angin

"Apa yang kau lakukan, Zama?"

Keanu memegang pundak Akamu Zama. Pusaran tanah yang sudah menjadi pasir di sekitar mereka terus berputar naik ke atas menyelimuti tubuh mereka. Terus berputar hingga pandangan Keanu tertutup oleh pusaran itu.

Semua menjadi gelap, pandangan Keanu berkunang-kunang. Tubuhnya seolah melayang dalam ruang hampa tanpa gravitasi. Ia tak bisa menguasai keseimbangan badannya. Bahkan, tangannya yang semula memegang pundak Akamu Zama kini terlepas. Hanya selang beberapa saat, tubuh Keanu terhempas. Ia seperti memasuki sebuah dunia yang berbeda. Lengang dan mencekam.

"Ha ha ha ha."

Sebuah suara menggelegar, memenuhi ruang di mana Keanu kini berada.

"Di mana aku?" gumam Keanu. Lelaki berwajah putih dengan hidung mancung itu mencoba berdiri. Ia merasakan seperti ada yang berbeda. Sebuah jubah kerajaan, dengan bahan pilihan. Sepatu dari kulit yang terbuat dari hasil tangan tenaga profesional. Ia merasa seperti seorang bangsawan.

"Selamat datang di istanaku, Pangeran Keanu Caferino, putra mahkota Kerajaan Aure."

Suara itu kembali terdengar. Keanu memutar tubuhnya mencari sumber dari suara itu, kepalanya menoleh ke sana ke mari dengan mata menyusur tiap sudut gelap di sekelilingnya. Tak ada siapa pun. Hanya kegelapan dan dinding-dinding yang terlihat hitam.

"Siapa kau? Dan apa maumu?"

Keanu melangkah mundur hingga punggungnya menyentuh dinding-dinding batu. Lembap dan pengap. Dia seperti berada di dalam gua tanpa cahaya dan tanpa jalan keluar. Menyadari posisinya sudah terpojok dan tak mungkin bisa lari, Keanu mengangkat tangan kanannya. Dia mengumpulkan semua kekuatannya yang tersisa untuk mengerahkan pusaran angin yang menjadi ilmu andalannya.

"Kekuatanmu tak ada artinya melawanku, Keanu!"

Gumpalan asap hitam tiba-tiba bergulung-gulung di depan Keanu, bersamaan dengan memudarnya kabut itu, sesosok bayangan hitam dengan tudung kepala menutupi sebagian kepala orang itu, terlihat begitu besar berdiri di depan Keanu. Matanya menyala merah, dengan ekspresi wajah yang sangat datar. Mulutnya menganga, tapi lubang mulut itu seperti rongga kegelapan yang dalam dan tanpa dasar. Dan suara itu seolah tidak berasal dari sana, tapi dari dalam kegelapan yang menggema memekikkan telinga.

Psssssst!

Tornado kecil keluar dari telapak tangan Keanu dan mengarah sosok hitam itu. Namun, hanya dengan satu kibasan tangan yang tertutup jubah panjang, pusaran angin kecil itu langsung terurai dan hilang begitu saja seolah tersapu kekuatan yang lebih besar.

Keanu ternganga, dia tak mau menyerah begitu saja, dia melakukan kembali serangan seperti tadi dengan kekuatan yang lebih besar, tapi seberapa banyak apa pun serang itu, pusaran angin serangannya tak berarti apa-apa terhadap sosok itu. Bahkan, ketika Keanu mencoba memutar tubuhnya dan dengan semua kekuatan yang dimilikinya, sosok bayangan hitam itu sengaja tak menghindar. Pusaran tornado yang mengenai tubuhnya seperti terserap ke dalam sosok bayangan itu dan langsung lenyap tanpa bekas.

Keanu terdiam, ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Di saat ia dalam keadaan kebingungan, sepasang almonnya menyipit, melihat sosok bayangan hitam itu mengangkat tangannya. Tiba-tiba seluruh tubuhnya seperti diimpit kekuatan besar yang tak terlihat. Seperti tangan-tangan raksasa, kekuatan yang tak terlihat itu mengangkat tubuhnya, membiarkannya mengambang untuk beberapa saat sebelum menghempaskannya ke sisi lain ruangan itu.

Keanu jatuh terjungkal, seluruh tulang-tulangnya serasa patah ketika tubuhnya membentur dinding-dinding batu gua itu. Ia tetap mencoba untuk berdiri, beringsut merangkak dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Kau lelaki payah, Keanu!" cibir bayangan itu. Tubuhnya seperti melayang mendekati Keanu dan berdiri tepat di hadapan lelaki yang sudah tak berdaya itu.

"Pantas saja Aidan Enakai begitu mudah mengalahkanmu, bahkan kekasihmu, Woyla Argya sekarang meninggalkanmu. Karena kau lelaki lemah, Keanu! Kau lelaki yang tidak bisa menjaga martabat keluargamu, bangsamu bahkan dirimu sendiri."

Ucapan sosok misterius itu begitu menyayat. Seperti sebuah tombak yang menembus ke dalam jantungnya, lalu mengiris-iris menjadi sayatan paling kecil. Seketika tubuh Keanu bergetar, kedua tangannya mengepal, menahan amarah yang tiba-tiba terbakar.

"Aidan? ... Woyla? ... Kedua orang itu?" Gigi Keanu gemeretak, tulang rahangnya mengeras. Ia teringat bagaimana Woyla, kekasih hatinya–Putri Kerajaan Argya–tiba-tiba datang menyerang kerajaannya. Ia menggunakan kekuatan elemen air untuk membunuh rakyat negeri Aure. Dia menyerap semua sumber air hingga rakyat Negeri Aure dilanda kekeringan. Pada saat yang sama, Aidan juga muncul dan menggunakan kekuatan elemen api untuk membumihanguskan kerajaannya.

"Merekalah yang membunuhmu, membakarmu hidup-hidup tanpa ampun dan tanpa belas kasihan."

"Membunuhku? Benarkah aku sudah mati?" Seperti tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, Keanu mengangkat kedua telapak tangan dan memandangnya lekat-lekat. Ia menampar wajahnya sendiri, mencubit lengan bahkan memukul-mukul tanah. Semua tak dirasakan sama sekali.

Malam itu Woyla memang menyuruh pengawal untuk menyeret tubuhnya. Ratapan dan permintaan ampunan yang keluar dari mulut Keanu seperti tak ia dengar. Wanita itu berdiri angkuh seperti tak pernah mengenal Keanu. Bahkan ketika Aidan membisikkan perintah untuk mengikat dan membakar Keaunu hidup-hidup, Woyla hanya tersenyum dan mengiyakan ide Aiden dengan anggukan kepalanya.

Taman kerajaan Aure menjadi saksi. Cinta Keanu dan Woyla seperti tak terpisahkan. Mereka biasa menghabiskan waktu sepanjang hari di taman itu. Namun, malam itu Woyla seperti orang asing. Dia menghabisi semua rakyat Aure dengan bengis. Dan malam itu juga, di sebuah taman yang sama, taman yang biasa mereka lalui bersama, Woyla memerintahkan prajuritnya untuk mendirikan sebuah tiang di tengah-tengah taman. Ia juga memerintahkan prajuritnya untuk mengikat tubuh Keanu yang tak berdaya di atas tiang itu.

"Bakar dia, Aidan! Aku tak mau melihatnya dalam bentuk apa pun. Bakar sampai tubuh itu menjadi abu dan angin Gunung Aure akan menghempaskan serpihan abunya hilang tanpa sisa."

Aidan menyeringai, itulah yang dia harapkan. Dari dulu dia ingin menyingkirkan Keanu. Pesona kecantikan Woyla membuat Aidan gelap mata. Dia tidak bisa mendekati Woyla karena cinta Woyla terhadap Keanu begitu besar. Satu-satunya jalan untuk membuat Woyla jatuh cinta dengannya hanya jika dia bisa menyingkirkan Keanu. Dan dia telah melakukan itu.

"Jadi aku telah mati? Dan tubuh ini ... hanya sebuah ruh yang tersesat di alam kegelapan?"

Kesadaran Keanu seolah terbagi, tiba-tiba ia teringat ketika bayangan-bayangan hitam menarik tubuhnya dari kobaran api. Bayangan-bayangan itu masuk menjadi dirinya, lalu membawanya ke sebuah pusaran lubang hitam yang ia tak tahu dari mana asalnya. Lubang hitam adalah Avernus.

"Aku bisa membantumu untuk balas dendam. Ulurkanlah tanganmu, akan kuberi kau kekuatan."

"Balas dendam?" Keanu bergumam, tatapannya begitu kosong. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Bahkan ia tak tahu ada di mana dan harus bagaimana. Ia membiarkan bayangan itu mendekat, lalu tangan-tangan mereka saling menggenggam. Dan ... seberkas cahaya putih tiba-tiba meledak memenuhi tempat itu.

***

"Keanu! Keanu! Di mana kau, Keanu?"

Pangeran Akamu Zama dari negeri Tyra berjalan di antara sisa-sisa kobaran api Kerajaan Tyra. Satu tangannya memegang obor, semenara tangan yang lain memegang tongkat mengais-kais puing-puing Istana Tyra.

Hari sebentar lagi pagi, Pangeran Akamu Zama berhenti di tanah lapang bekas taman istana Tyra. Matanya nyaris tak berkedip. Ia melihat seonggok kayu yang berdiri sendiri di tengah-tengah tanah lapang itu yang sudah menjadi arang. Di bawah tiang itu ada gundukan abu yang samar-samar memancarkan cahaya yang berkilauan.

"Keanu! Apa yang terjadi denganmu, Keanu?" Pangeran Akamu Zamaa berjalan mendekati gundukan abu itu lalu jatuh terduduk berlinang air mata. "Aidan? Woyla? Apakah kalian yang melakukannya? Apakah kalian sudah tak memandang persahabatan kita selama ini?"

Akamu Zama meletakkan obor, kedua tangannya lalu meraih abu dari jasad Keanu yang habis terbakar. Semburat kesedihan di garis wajahnya tiba-tiba sirna mana kala melihat kilauan cahaya samar yang bersinar di antara abu itu.

"Keanu masih bisa diselamatkan. Ia belum meninggal," ucap Akamu Zama bersemangat. Ia meletakkan kembali abu di tangannya dan mundur beberapa langkah.

"Keanu Caferno adalah pewaris elemen angin, api Aidan tak bisa sepenuhnya melenyapkannya. Yang hancur hanyalah tubuh Keanu, tapi jiwanya masih ada di luar sana. Energi tanah yang aku miliki masih bisa menyelamatkan jasadnya."

Akamu Zama mengangkat tangannya dengan mata terpejam. Kedua bibirnya mulai bergerak-gerak membaca mantra. Tiba-tiba kilat menyambar disertai gerimis kecil yang sudah lama tak membasahi negeri Aure. Gundukan abu dari jasad Keanu bergerak-gerak, bercampur air hujan, abu itu menggumpal sebelum akhirnya berubah bentuk menjadi sosok manusia. Pangeran Keanu Cafereno.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, ZAMA!" teriak lelaki tua yang tiba-tiba ada di belakang Akamu Zama. "A-aku hanya ...." Akamu Zama tergagap ketika menoleh dan melihat ayahnya sudah berdiri di belakang.

"Yang kau lakukan sudah melawan takdir, energi yang kau keluarkan bisa menyebabkan ketidakseimbangan alam ini. Akibatnya, gerbang Avernus akan terbuka, dan penguasa kegelapan akan terbebas dan menghancurkan dunia ini."

Booooom!

Tanah di sekitar mereka tiba-tiba meledak. Asap hitam dan debu yang tebal menyelimuti mereka. Namun sampai asap dan debu itu menghilang, tubuh mereka pun menghilang. Mereka terlempar ke dimensi lain yang pernah mereka ketahui.