Matahari telah tenggelam beberapa saat yang lalu di langit barat Kota Tyra. Ini untuk pertama kalinya Keanu berada di tempat asing, tempat yang jauh dari di tempat tinggal sebelumnya, Lembah Aure.
Dia berpikir, kota yang ia tuju adalah kota yang ramai, kota yang dipenuhi lalu lalang para penduduknya. Di mana transaksi jual beli berlangsung, saling tukar makanan, pakaian atau apa pun yang menjadi ciri khas sebuah kota. Namun perkiraannya jauh dari kenyataan. Kota Tyra di malam hari sangatlah lengang. Bahkan suara hewan-hewan malam tak ia dengar.
"Zama! Bukankah kau pernah bilang, kota asalmu adalah kota yang ramai. Hampir tiap malam ada hiburan dan pertunjukan. Kenapa sekarang kota ini seperti kota mati?"
Akamu Zama menoleh ke arah Keanu sebentar. Lalu kembali memeriksa dinding-dinding rumahnya yang terbuat dari kayu, yang baru saja dia bangun setelah di pembakaran yang Aidan lakukan. Sebuah ruangan kecil yang hanya berukuran 4 meter persegi.
Akamu Zama meluruskan kakinya dan duduk di atas tumpukan jerami. "Semula memang seperti itu, tapi aku tidak tahu kapan kejadian ini mulai terjadi. Saat aku pulang dari berburu dan bertemu denganmu, keadaan kota ini sudah seperti ini."
"Maksudmu? Sebelum kau tersesat di hutan dan bertemu denganku, semuanya baik-baik saja?"
Akamu Zama hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia kembali berdiri dan mengintip dari celah-celah dinding kayu yang tidak terlalu rapat.
"Apakah kau menunggu seseorang? tanya Keanu lagi. "Lalu di mana orang-orangmu yang tadi pagi membawa gerobak bersamaku?"
Akamu Zama menarik napas pelan, lalu mengembuskannya kuat-kuat. "Mungkin mereka lari saat melihat kedatangan rombongan Aidan. Atau mereka sekarang bersembunyi di lorong-lorong bawah tanah rumah mereka."
"Aidan?" Keanu kembali mengepalkan tangannya. Giginya gemeretak menahan marah. Namun kejadian itu tak berlangsung lama saat sorot mata Akamu Zama menatap tajam ke arahnya.
"Sudah aku bilang, semua ini bukan salah Aidan sepenuhnya. Sebentar lagi kau akan melihat sesuatu yang menjadi penyebab semua ini. Tidak sepenuhnya benar juga, tapi setidaknya ada hubungannya dengan bencana yang melanda kota ini."
"Bencana? Bencana apa?"
Belum sempat Akamu Zama menjawab pertanyaan Keanu, suara lolongan dari kejauhan terdengar. Lolongan itu seperti membungkam seluruh alam. Angin berhenti berembus, makhluk malam tak bersuara bahkan mungkin menahan napasnya seakan tak ingin diketahui keberadaannya oleh makhluk itu.
"Suara apa itu?" tanya Keanu seperti berbisik.
"Kau akan tahu semua setelah melihatnya. Ini hanya bagian kecil dari roh-roh yang dilepaskan oleh Avernus. Ini lah yang aku bilang sumber dari malapetaka. Dan Aidan serta Woyla, adalah bagian yang terpengaruh oleh sihir jahat mereka."
Sesuai berkata seperti itu, Akamu Zama memutar tubuh dan kembali mengintip dari celah dinding. Ia menjentikkan jari mengajak Keanu untuk melihatnya.
Keanu mengikuti apa yang dilakukan Akamu Zama, ia mencari celah di dinding kayu itu untuk melihat keluar. Tak begitu jelas. tak ada cahaya apa pun di luar sana selain kegelapan, hanya temaram suasana jalanan di bawah cahaya bulan yang sedikit melengkung.
Keanu hampir saja menarik kepalanya yang menempel di dinding itu. Namun dari kejauhan, berpasang-pasang cahaya merah seperti berjalan. Mereka bergerombol dan terus mendekat.
"Makhluk apa itu, Zama?" tanya Keanu. Masih dengan setengah berbisik tanpa menoleh ke arah Akamu Zama.
"Mereka adalah serigala Seth."
"Serigala Seth? Makhluk jenis apa itu?''
"Serigala Seth adalah hewan berbadan seperti manusia, memiliki dua kaki dan dua tangan, juga memiliki ekor seperti garpu. Kepalanya seperti seekor serigala dengan mulut yang panjang dan melengkung."
"Dari mana asal mereka? Apa yang mereka cari?" Keanu semakin penasaran, matanya tak berkedip menatap rombongan manusia berkepala serigala itu. Mata-mata mereka memancarkan cahaya merah yang menyala. Seperti iblis yang sedang marah, tangan-tangan mereka memiliki cakar dengan kuku yang panjang dan tajam.
"Mereka adalah makhluk dunia bawah, mereka keluar ke dunia ini melalui celah-celah lubang Avernus yang mulai terbuka. Mereka disiapkan untuk menyambut Osiris, yang akan menguasai dunia ini dengan kegelapan. Mengambil jiwa-jiwa manusia yang tersesat, lalu dijadikan budak untuk memperkuat kekuatan mereka."
Meski tidak sepenuhnya mengerti dengan ucapan Akamu Zama, setidaknya Keanu memahami, makhluk-makhluk yang ada di luar sana adalah iblis jahat yang akan membunuh semua manusia. Mereka juga sedang menunggu sang penguasa kegelapan yang akan keluar dari lubang Avernus. Satu-satunya hal yang bisa mencegah mereka adalah dengan mencegah terbukanya lubang itu. Tapi di mana lubang Avernus. Bagaimana harus mencegahnya?
"Satu-satunya yang bisa mencegah terbukanya lubang Avernus adalah jika empat elemen bersatu." Akamu Zama seperti tahu apa yang ada dalam benak Keanu. "Oleh karena itu, Osiris, sang penguasa kegelapan mencoba memecah belah empat elemen agar saling bermusuhan, saling serang, sehingga kita lengah. Lalu dia akan mengambil kesempatan itu untuk keluar dari lubang Avernus."
"Empat elemen? Siapa empat elemen?"
Braaaak!
Akamu Zama belum sempat menjawab pertanyaan Keanu, tiba-tiba sebuah makhluk menjebol atap rumah mereka dan melompat turun menatap liar ke arah mereka.
"Persiapkan dirimu, Keanu! Mereka sudah tahu keberadaan kita, sebentar lagi makhluk-makhluk itu pasti akan berdatangan mengikuti makhluk di depan kita ini."
Akamu Zama mundur beberapa langkah ke belakang. Posisinya kini sejajar dengan Keanu. Sementara makhluk yang berada di depan mereka, yang telah masuk dengan menjebol atap, menyeringai menatap buas ke arah mereka. Matanya menyala merah, ia membungkuk dengan kedua tangan yang terlihat panjang. Kuku-kuku tajamnya menggaruk-garuk tanah seperti sedang mengasah. Sementara bagian ujung ekornya yang bercabang tiga seperti sebuah trisula, sama tajam seperti sengatan tawon.
"Pergilah ke asalmu! Di sini bukan tempat kalian!" ucap Akamu Zama sambil menggerakkan tangan kanannya. Seketika tanah yang ada di depan makhluk itu terangkat dan melemparnya ke belakang hingga membentur dinding kayu dengan sangat keras.
Mahluk itu meraung, memamerkan gigi-gigi tajamnya. Air liur menetes di antara tepi lidahnya yang menjulur panjang keluar. Ia bersiap melakukan terkaman. Namun sebuah pusaran angin sebesar tubuhnya tiba-tiba menggulung makhluk itu dan melemparkannya membentur pintu dan menghempaskannya keluar jauh melalui pintu yang jebol oleh benturan tubuhnya.
Keanu menghela napas seraya menurunkan telapak tangannya yang terbuka.
"Serangan yang lumayan." Antara memuji dan mengejek, Akamu Zama berjalan keluar melewati pintu yang bolong. "Ayo kita keluar, Keanu! Kita usir makhluk-makhluk itu!"
Keanu berjalan mengikuti langkah Akamu Zama. Begitu mereka keluar, puluhan serigala seth sudah berdiri mengepung mereka.
"Sial! Mereka semua sudah berkumpul di tempat ini, Zama! Sepertinya mereka akan menjadikan kita santapan makan malam mereka."
Akamu Zama tak menanggapi ucapan Keanu, dia menyatukan telapak tangan di depan dada. Tanah di sekitar mereka tiba-tiba bergetar. Lapisan yang semula keras berubah seperti pasir yang di aduk, bergerak dan berputar mengitari tubuh Keanu dan Akamu Zama.
Rumah gubuk yang baru saja mereka bangun dan tempati, ikut tenggelam dalam pusaran tanah ciptaan Akamu Zama, Serigala Seth mulai mundur, sebagian yang tidak sempat menghindari pusaran pasir itu terseret dan dilahap masuk ke dalam tanah.