Chereads / Ana (21+) / Chapter 10 - ‘1 On the Dining Table (21+)

Chapter 10 - ‘1 On the Dining Table (21+)

(Part 1)

Suara alat makan yang berdenting dengan piring pun terdengar mengisi suasana selain hadirnya topik pembicaraan panas yang menjerumus.

"Sudah selesai, kenyang."

Ana menepuk mulutnya dengan napkin, betapa anggunnya dia karena bisa menyesuaikan suasana yang tersaji. Ia sangat pandai untuk menjadi karakter yang berbeda-beda, karena memang memiliki cukup bakat untuk hal penyesuaian diri seperti ini.

Denish yang sedang menikmati makanannya pun langsung menaikkan pandangannya. "Huh? Kau sudah tidak sabar untuk di berikan kenikmatan dari ku?" Ia bertanya sambil mengerling.

Di meja makan ini, hanya ada Denish dan juga Ana. Tidak ada orang lagi selain mereka berdua, para maid pun di berikan perintah untuk tidak mendekat karena obrolan mereka terdengar bebas bahkan tidak masalah membicarakan mengenai obrolan yang menjerumus ke hal dewasa.

Terkesiap dengan perkataan Ana, ini menjadikannya menghembuskan napas dengan perlahan-lahan. "Percaya diri banget sih lo?"

"Inget untuk jadi wanita lembut seperti di ranjang, Juliana Moretha."

Pipi Ana bersemu, setelah itu melengos. Namun, saat ia mengalihkan pandangan, ia langsung melihat sebuah bingkai foto yang membuatnya bertanya-tanya. "Foto bersama siapa itu? Kekasih mu?" Ia bertanya, hanya penasaran dan bukan cemburu.

Sudah banyak sekali pekerjaan kotornya yang menelan para laki-laki hidung belang yang membutuhkan pemuas di setiap minggunya. Tidak banyak juga mereka sudah memiliki kekasih atau pun istri yang seharusnya tidak melakukan hal penuh gairah pada wanita lain, ini masalah menghargai dan memegang kepercayaan.

Kenapa Ana tau kalau rekan pemuas nafsunya memiliki wanita spesial? Karena tak jarang wanita ini menelepon ke laki-laki yang sedang ia puaskan hasratnya, bahkan beberapa juga ada yang meletakkan foto wanitanya di dompet yang tidak sengaja Ana lihat ketika laki-laki tersebut membuka dompet mereka.

Terkadang, Ana paham kalau semua laki-laki itu setara, apalagi menginginkan hasrat besar yang membutuhkan wanita yang dapat menyalurkan semua gairah. Ana sampai sekarang belum percaya kalau ada laki-laki baik yang tulus. Buktinya, ayahnya. Jangan jauh-jauh, laki-laki brengsek di hidupnya jatuh pada Tom. Kasar, suka berjudi, bermain perempuan, jangan lupakan minum anggur merah —pemabuk— di setiap malamnya menjadikan poin sangat negatif untuk mendeskripsikan sang ayah.

Denish tau kalau orang yang ke rumahnya dan jika melihat foto itu pasti akan meluncurkan pertanyaan kepadanya. Memang, siapa yang tidak habis pikir dengan adanya fotonya berdua dengan seorang wanita yang selama ini orang-orang melihatnya selalu sendirian?

"Dia? Ibu ku." Denish menjawab sambil menyudahi makannya yang belum habis. Apa boleh buat? Ana mengatakan sudah selesai makannya, jadi ia melakukan hal yang serupa.

Ana mengerjapkan mata. "Bolehkah?" Ia bertanya, meminta izin.

Denish menganggukkan kepala. "Ya, sure. Silahkan."

Setelah mendapat persetujuan, Ana beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki untuk menghampiri objek benda yang ingin ia amati.

Ana berhenti, lalu melihat bingkai foto yang terpanjang di dinding. Bingkai yang sepertinya di hiasi berlian, mungkin? Ia bahkan tidak bisa menebak alasan Denish memilih bingkai foto yang ada berliannya. Biasa lah, orang kaya bisa melakukan apa saja.

Ana memperhatikan siapa yang ada di bingkai foto. Wanita yang terlihat masih muda, dan itu adalah potret yang sepertinya di ambil tidak jauh dari usia Denish yang sekarang.

"Itu foto satu minggu yang lalu."

Mendengar suara Denish yang seolah-olah bisa membaca pikiran, dan ini menjadikan Ana paham kalau ibu dari laki-laki yang masih berada di meja makan itu adalah wanita yang awet muda, membuatnya terkesan, apalagi wajahnya sangatlah cantik dan seolah tanpa kerutan.

"Dan… di mana dia?" Ana bertanya.

Ada dua kemungkinan, ibu Denish hamil di luar nikah atau nikah muda. Oke maaf kalau pemikiran Ana terlalu to the point, namun ini adalah kenyataan, benar? Kenapa ia bisa berpikiran opsi satu dan dua? Karena di sepanjang mansion ini, tidak pernah terlihat ada foto keluarga lengkap dan hanya foto Denish dengan wanita yang menurut pengakuan laki-laki itu adalah ibunya, yang artinya mendukung opsi satu. Belum lagi, untuk opsi dua itu sudah jelas karena di dukung dengan wajah awet muda.

"Apa yang kamu pikirkan, hm?"

Tubuh Ana yang hanya terbalut dress selutut yang membiarkan pahanya terbuka dan punggungnya terekspos dengan sempurna belum lagi belahan dada V lebar yang seolah memamerkan kedua gundukan kembar di dadanya, rasa merinding pun menjalar ke seluruh tubuh.

Ana dapat merasakan hembusan napas di lehernya. Terasa hangat, bahkan kini bulu-bulu halus dari brewok tipis Denish pun terasa di bahunya yang tanpa benang.

"Enggg..." Ana menutup mata, merasakan hembusan napas Denish yang membuat bulu roma-nya berdiri.

Sebagai seorang laki-laki, Denish sama sekali tidak bisa di katakan sebagai sosok yang baik. Terbukti dari tangannya yang mulai naik, dari pinggul, sampai menyentuh gunung kembar wanita yang ia peluk dari belakang.

"Kenapa memakai baju seperti ini? Sengaja ingin menggoda?"

"Itu sudah tugas ku, Denish."

"Nah seperti ini, jadilah wanita yang lembut saat berada di dekapan ku."

Ana tidak merespon. Tolong, ia terbuai dengan perlakuan Denish yang menurutnya sangat… membuatnya mabuk kepayang. "Hentikan Denish, jangan lakukan di ruang makan." Ia melirih, bahkan sampai menggigit bibir bawahnya.

Denish yang melihat kecemasan Ana pun terangsang, ia dapat melihat semua ekspresi wajah Ana walaupun kini ia berada di belakang wanita itu. "Emangnya kenapa? Aku jago melakukannya di mana pun," ia berkata seperti ini.

Denish. Terkadang, ia menjadi pria dingin saat sudah selesai melakukan aktifitas panas karena merasa hasratnya telah di salurkan. Jadi, ibaratnya ia menjadikan Ana pelampiasan dan membuangnua jika sudah di pakai. Namun sekarang lihat, jika ia membutuhkan pelampiasan, maka sifatnya selembut kapas.

Ana tidak bisa berkata-kata, ia membiarkan Denish yang mengarahkan semuanya padanya. Ia biasanya yang lebih dominan memainkan tubuh laki-laki karena ia melayani pekerja yang artinya terkadang tenaganya sudah terkuras. Namun untuk Denish yang sekarang, ia di tuntun oleh laki-laki itu untuk mendapatkan kenikmatan.

Denish selalu mendapatkan lampu hijau dari banyak wanita, namun yang membuatnya sangat memiliki hasrat besar adalah Ana, hanya Ana.

"Kau sangat sexy, membuat jiwa ku bergetar."

"Dan sentuhan mu, engg— sangat sensual."

Denish semakin berani, seperti awal pertemuan mereka dialah yang dominan. "Let's do it right here, right now, at the dinner table."

Srekkkkkk

Ana yang tadinya menutup mata pun langsung membelalakkan kedua matanya. Bajunya di robek oleh Denish!

"Begini jauh lebih sexy, kau nakal, ternyata sedaritadi tidak memakai CD."

Ya, Ana memiliki penjelasan untuk 'tidak memakai Cd' ini.

Denish langsung membalikkan tubuh Ana yang langsung menghadapnya. Ia melihat tubuh yang… "Sialan, hanya dengan melihat mu saja sudah membuat ku tegang, baby. Aku akan membuat mu mengaduh minta ampun untuk malam ini,"

Next chapter